Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yazir Marzuki
Jakarta: Djambatan, 1993
726.143 YAZ b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Yohann Marshel Firstman
Abstrak :
Penelitian dilakukan terhadap penataan halaman percandian Buddha di Jawa Tengah bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk penataan halaman percandian Buddha di Jawa Tengah serta alasan dan pengaruh penataan halaman pada percandian Buddha di Jawa Tengah. Pendirian percandian Buddha di Jawa Tengah diketahui berkaitan dengan Dinasti Śailendra yang bercorak Buddhis dan berkuasa pada abad VIII-X Masehi. Percandian ini berfungsi sebagai tempat dilakukannya aktivitas keagamaan bagi umat pemeluk agama ataupun didirikan bagi kaum agamawan sebagai vihara. Fungsi yang demikian berkenaan dengan ragam bentuk penataan halaman pada masing-masing percandian Buddha di Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian arkeologi yakni pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, halaman percandian Buddha di Jawa Tengah memiliki karakteristik dan sifatnya masing-masing yang bertalian erat dengan aktivitas keagamaan pada percandian tersebut. ......Research on understanding to see how the arrangement of the courtyard in Buddhist temples in Central Java aims to determine the forms of courtyard layout by looking at the characteristics found in Buddhist temples in Central Java. The establishment of Buddhist temples in Central Java is known to be closely related to the Śailendra Dynasty, which is known to have a Buddhist style, which ruled around the VIII-X centuries AD. This temple serves as a place for ritual rites for religious adherents to perform or is established for religious people as a monastery. This function is closely related to the arrangement of the courtyard which has various forms in each Buddhist temple in Central Java. The method used in this research is archaeological research methods, namely data collection, data processing, and data interpretation. Based on the research conducted, the Buddhist temple courtyard in Central Java has its own characteristics that are closely related to the religious activities of the temple.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hariani Santiko
Abstrak :
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari dan merekonstruksi kebudayaan masa lalu berdasarkan sisa-sisa kebudayaan materi yang mereka tinggalkan. Mengingat kelembaban iklim Indonesia yang sangat tinggi serta akibat proses kimiawi yang terjadi dalam tanah dimana benda-benda tersebut terkubur beratus bahkan beribu tahun, maka benda-benda tinggalan manusia tersebut sudah tidak utuh lagi. Dari sisa-sisa materi yang terbatas inilah ahli arkeologi berusaha untuk merekonstruksi kebudayaan manusia masa lalu, apabila mungkin seutuhnya, Mengingat jangkauan arkeologi sangat luas, maka untuk merekonstruksi kebudayaan masa lalu, selain mempergunakan metode arkeologi secara seksama, apabila diperlukan, dapat diterapkan pula metode-metode yang dipinjam dari ilmu-ilmu lain (Magetsari 1990: 1-2). Dalam rangka penelitian arkeologi, untuk kali ini, perkenankanlah saya membahas salah satu jenis peninggalan arkeologi yaitu candi, sisa-sisa sarana ritual agama Hindu dan Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa dengan menitik beratkan pembicaraan pada ciri-ciri arsitektur candi serta membandingkannya dengan patokan-patokan yang digariskan oleh kitab Vastusatra (Silpasastra) di India, selanjutnya mencoba merekonstruksi makna simboliknya. Agama Hindu dan Buddha berkembang di Indonesia antara abad VII--XV Masehi, dan kebudayaan materi yang mereka tinggalkan kebanyakan adalah tempat-tempat suci yaitu candi, stupa, gua penapaan dan kolam suci (patirthan). Kehadiran bangunan suci candi mula-mula dilaporkan oleh orang-orang Belanda yang melakukan perjalanan di Jawa Tengah pada sekitar abad XVIII, Misalnya C.A. Lons, seorang pegawai VOC di Semarang mengunjungi Kartasura dan Yogyakarta, menyempatkan diri mengunjungi peninggalan-pcninggalan purbakala sekitar Yogyakarta termasuk kompleks candi Prambanan (Rara Jonggrang). Laporan-laporan tersebut rupanya menarik hati pejabat-pejabat Belanda, sehingga tahun 1746 Gubernur Jendral Van Imhoff mengunjungi kompleks Prambanan, kemudian berdatanganlah orang-orang, baik atas perintah atasannya maupun atas kehendak sendiri. Kemudian Sir Stamford Raffles yang menjadi Gubemur Jendral di Indonesia pada tahun 1814 sangat tertarik dengar kebudayaan Jawa. Dengan bantuan teman-teman dan bawahannya (orang Jawa) ia meneliti kebudayaan Jawa termasuk candi-candi yang kemudian diterbitkan daiam bukunya yang terkenal yaitu The History of Java (1817) . Pada waktu itu rupanya orang-orang Belanda dan Inggris telah mempunyai pandangan berbeda terhadap "barang-barang aneh" tersebut. Mereka mulai mengagumi candi dan berpikir betapa tingginya nilai seni yang ditampilkan, serta timbul kesadaran betapa tinggi peradaban bangsa Indonesia di masa lalu (Soekmono 1991:3). Pada tahun 1885 Y.W. Yzerman mendirikan Archaeologische Vereenigins van Jogya, yaitu semacam Badan Purbakala. Sejak itu penelitian terhadap benda benda purbakala dilakukan lebih sistematis, demikian pula mulai dilakukan pemugaran candi-candi besar maupun candi kecil. Penelitian candi-candi di Jawa maupun di luar Jawa telah banyak dilakukan Karangan-karangan tentang deskripsi candi paling banyak ditemukan, kemudian menyusul karangan mengenai relief candi, fungsi candi, Tatar belakang keagamaan seni arcanya, peranan candi dalam industri pariwisata dan sebagainya.
Jakarta: UI-Press, 1995
PGB 0462
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Greysia Susilo-Junus
Abstrak :
Studi mengenai Cina di Indonesia merupakan lapangan studi yang membutuhkan eksplorasi luas. Klenteng sebagai salah satu wujud material agama orang-orang Cina di Indonesia memiliki bentuk bangunan yang khas Cina dengan atribut-atribut kuat sebagai penanda bangunan dan atribut-atribut lemah sebagai bagian dari gaya I style. Penelitian mengenai klenteng-klenteng abad 16 hingga paruh awal abad 20 di DKI Jakarta merupakan suatu penelitian awal untuk memahami klenteng sebagai salah satu wujud kebudayaan orang-orang Cina yang bermukim di Indonesia sejak lama, terutama pemahaman mengenai agama dan aspek sosialnya. Penelitian memakai atribut-atribut bentuk, material, ukuran dan detail bagianbagian bangunan sebagai alat utama dan latar belakang konsep pendirian klenteng di Cina sebagai data penunjang untuk menghasilkan suatu tipologi bangunan klenteng yang berada di DKI Jakarta. Kentalnya unsur-unsur bangunan Cina dalam klenteng-klenteng di Jakarta menandakan bahwa bangunan merupakan manifestasi identitas bagi masyakarat Cina di manapun mereka berada. Penambahan unsur-unsur tokoh lokal Indonesia pada dewa-dewi yang dipuja merupakan bagian akulturasi orang-orang Cina dengan konsep kepercayaan lokal di mana mereka bermukim. Klenteng yang berada di DKI Jakarta merupakan bangunan klenteng yang memiliki konsep bangunan daerah Selatan Cina yang jauh dari pemerintah pusat di bagian Utara sehingga memiliki gaya yang berbeda. Klenteng di Jakarta tidak memiliki konsep Klenteng Kerajaan yang resmi dibangun pemerintah Cina yang. berkuasa tempi memiliki konsep bangunan 'rumah =wall' yang biasa dibangun para pedagang-pedagang kaya di daerah Selatan Cina. Hal ini terlihat pada sebagian besar atributnya yang merupakan ciri khas bangunan daerah Selatan Cina.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsad
Abstrak :
Candi merupakan salah satu bangunan peninggalan purbakala masa Klasik yang banyak terdapat di Indonesia terutama di pulau Jawa, Bali dan Sumatera, baik candi yang berasal dari agama Hindu maupun Buddha. Pada Umumnya candi tersebut mempunyai banyak hiasan. Hal ini disebabkan candi tidak hanya berfungsi sebagai bangunan suci yang dipakai untuk tempat pemujaan para dewa, melainkan juga merupakan suatu bangunan dari hasil kesenian pada masa kebudayaan Hindu-Buddha yang bisa disebut sebagai masa Klasik. Salah satu ragam hias yang menarik untuk dikaji adalah ragam hias Kepala Kala terutama dari Candi yang berasal dari masa Klasik Muda (13-15 Masehi). Ragam Hias Kepala Kala pada Masa Klasik Muda mempunyai perbedaan dengan Kepala Kala Masa Klasik Tua terutama pada penggambaran Dagu dan cakar. Tujuan penelitian adalah untuk mencari. Mencari unsur-unsur atau komponen apa saja yang terdapat pada pengggambaran ragam hias Kepala Kala dan Mencari faktor-faktor yang mempengaruhi persamaan dan perbedaan dalam penggambaran ragam hias Kepala Kala tujuan dari penelitian ragam hias Kepala Kala ini adalah untuk mengetahui dan mengenali jenis serta bentuk ragam hias penyusun Kepala Kala beserta variasi-variasinya. Dari variasi-variasi bentuk ragam hias tersebut akan menghasilkan tipologi setiap komponen ragam hias Kepala Kala yang diteliti. Diharapkan dari hasil tipologi tersebut dapat dipahami faktor penyebab terjadinya variasi-variasi tersebut. Metode penelitian yang digunakan meliputi kegiatan pengumpulan data utama, yaitu pengamatan langsung pada Kepala Kala dengan cara pendeskripsian tertulis, gambar dan foto, sedangkan pengumpulan data tambahan diperoleh dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Setelah itu, data diolah dan dianalisis serta diperbandingkan (metode analogi) baik dari data itu sendiri maupun hasil penelitian yang terdahulu. Hasil penelitian menunjukan pada umumnya ragam hias Kepala kala mempunyai Dagu, naga dan cakar, sesuatu yang jarang ditemui pada Kepala Kala masa Klasik Tua. Banyak variasi penggambaran bentuk rambut, hiasan rambut, hiasan telinga, bentuk alis dan lain. Penyebab perbedaan tersebut adalah dikarenakan kebebasan sang seniman dalam menciptakan ragam hias tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vevi Ratna Sari
Abstrak :
Skripsi ini berisi tentang bentuk, hiasan, dan keletakan relung-relung candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah pada abad ke-8--10. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk, hiasan, dan keletakan relung-relung candi Hindu dan Buddha dan melihat persamaan dan perbedaannya, serta diharapkan dari penelitian ini menambah pengetahuan mengenai perbedaan fisik yang terdapat di candi Hindu dan Buddha. Dalam penelitian ini dilakukan pengidentifikasian relung-relung yang terdapat di candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah pads abad ke-8-10, balk itu berupa data lapangan maupun studi kepustakaaii. Hasr1 penelitian lapangan dan kepustakaan ini kemudian diklasifikasikan secara umum (bentuk, bingkai relung, dan hiasan), dan diklasifikasikan lagi berdasarkan kronologi relatif yang telah dilakukan oleh peneliti.-peneliti sebelumnya. Pada tahap pengolahan data, hasil klasifikasi tersebut dianalisis dengan cara perbandingan terhadap masing-masing relung Hindu, masing-masing relung Budhha dan perbandingan di antara keduanya untuk mendapatkan hasil akhir. Hasil penelitian menunjukkan dari 28 jenis relung Hindu dan enam belas jenis relung Buddha terdapat tujuh bentuk relung, yaitu bentuk empat persegi panjang, empat persegi panjang dengan puncak busur lemah, empat persegi panjang dengan puncak busur tinggi, empat persegi panjang dengan puncak segi tiga, empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M, empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M ganda, dan empat persegi panjang dengan puncak lengkung kurawal. Diketahtu bentuk yang dominan dari relung Hindu adalah bentuk empat persegi panjang, sedangkan untuk bentuk relung Buddha adalah empat persegi panjang dengan puncak busur lemah dan empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M. Untuk hiasan relung, umumnya pada candi Hindu dan Buddha sama, yaitu hiasan kola-makara dengan lidah api atau pilaster. Keletakan yang paling umum pada relung Hindu adalah tiga relung utama yang masing-masing berada pada dinding luar bagian utara, selatan, dan timur atau barat sesuai dengan arah hadap candi dan dua relung penjaga yang masing-masing terletak di kanan-kiri pintu masuk, sedangkan pada relung Buddha setiap candi memiliki keletakan yang berbeda-beda dan umumnya berada di dalam bilik. Sehingga dapat dikatakan untuk membedakan relung Hindu dan Buddha tidak dapat dilihat dari bentuk dan hiasannya, tetapi dapat dilihat dari keletakan relung-relung tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Candi Blandongan merupakan salah satu candi di Komplek Percandian Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Candi ini belum diketahui bentuk dan fungsinya secara pasti. Bentuk dan fungsi pada candi ini penting untuk diketahui guna merekonstruksi tingkah laku manusia pada masa lampau terutama dalam hal pembangunan candi pada masa awal perkembangan agama Buddha di daerah Jawa bagian barat. Penelitian mengenai bangunan Candi Blandongan dimulai dengan pendeskripsian yang dilanjutkan dengan melakukan analisis khusus dan kontekstual terhadap bangunan candi. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan bangunan Candi Blandongan dengan bangunan candi lain yang ada di Komplek Percandian Batujaya. Hasil dari analisis tersebut adalah sebuah eksplanasi bahwa bangunan Candi Blandongan diperkirakan merupakan bangunan candi yang memiliki stupa pada bagian atasnya dan berfungsi sebagai pusat pemujaan pada masa awal perkembangan agama Buddha di daerah Jawa bagian barat., Blandongan Temple is one of the temples in Batujaya Enshrinement Complex. The form and function is important to note in order to reconstruct human behavior in the past, particularly in temple constructing matters in the early days of the development of Buddhism teachings in western Java. The research is started by describing the temple physical building and followed by performing form analysis and contextual analysis. Analysis is done with comparing Blandongan Temple building to other building temples inside Batujaya Enshrinement Complex. The result of said analysis explains that Blandongan Temple building probably is a temple with stupa on top of it and had been used as worship place in the early days of the development of Buddhism teaching in western Java.]
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yi, Ho-il, 1944-
Soul-si : Karam Kihoek, 2010
KOR 294.351 9 YIH u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Somun, Song
Seoul: Mirae Munhwasa, 2006
KOR 294.351 9 SOM h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gaya Favorit Press, 2016
726.1 LAL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>