Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Childe, V. Gordon
London: Cambridge University Press, 1930
571.3 CHI b (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Joko Suyono
Abstrak :
Tulisan ini ingin memperlihatkan kaitan antara arca perunggu kecil dan mandala. Yang menjadi obyek penelitian adalah 23 arca kecil perunggu Nganjuk yang dimiliki Museum Nasional Arca-arca ini dahulu adalah bagian dari kumpulan arca yang ditemukan di persawahan Candi Lor, Nganjuk pada tahun 1913 . Candi Lor adalah candi yang dibangun oleh Mpu Sindok. Tulisan ini memperkirakan arca-arca kecil Nganjuk itu merupakan arca-arca yang dulu di zaman Mpu Sindok ditaruh di altar untuk keperluan ritual. Tulisan ini berpendapat bahwa arca-arca Nganjuk tersebut merepresentasikan sebuah jenis mandala tertentu. Tulisan memperlihatkan bahwa mandala arca tersebut adalah Vajradhatu Mandala. Untuk keperluan itu telaah mempergunakan konsep Vajradhatu Mandala milik Buddhisme Shingon. F.D.K Bosch dalam sebuah artikelnya di tahun 1929 pernah menyinggung kemungkinan membaca arca Nganjuk berdasar mandala Shingon, namun ia hanya sepintas membicarakan itu. Shingon Buddhisme adalah satu sekte Buddhisme di Jepang yang dikenal sejak abad 9 sampai sekarang menggunakan Vajradhatu Mandala. Pendiri Shingon, Kukai mempelajari konsep mandala itu di Cina. Studi-studi mutakhir memperlihatkan bahwa konsep Vajradhatu Mandala selain dibawa Kukai ke Jepang juga menyebar ke Asia Tenggara meski kemudian diganti dengan jenis mandala lain. Vjradhatu Mandala adalah sebuah mandala yang berpusat pada Vairocana. Dalam konsep Shingon dalam Vajradhatu Mandala terdapat lapisan inti dan lapisan luar. Lapisan inti terdiri dari 37 pantheon utama dan lapisan luar adalah lapisan yang berisi dewa-dewa proteksi atau pelindung. Lapisan terakhir dari lapisan luar ini adalah lapisan yang disebut Trailokyavijaya yang terdiri dari penjelmaan Vajrapani dan beberapa dewa berekspresi krodha. Tulisan ini hendak menunjukkan bahwa – sisa arca-arca kecil Nganjuk yang dimiliki Museum Nasional memiliki unsur-unsur tersebut. Vairocana, Empat Tathagata dan juga Trailokyavijaya. ......The paper shows that the mandala of the statue is the Vajradhatu Mandala. For this purpose, this study is using the Vajradhatu Mandala concept of Shingon Buddhism. F.D.K Bosch in an article in 1929 mentioned the possibility of reading the Nganjuk statues based on the Shingon mandala, but he wrote about it briefly. Shingon Buddhism is a sect of Buddhism in Japan, which has been known since the 9th century to date using the Vajradhatu Mandala. Shingon founder, Kukai, studied the concept of the mandala in China. Recent studies show the concept of Vajradhatu Mandala was not only brought by Kukai to Japan but also spread to Southeast Asia, although it was later replaced by other types of mandalas. The Vajradhatu Mandala is a mandala centered on Vairocana. There is a core layer and an outer layer in the Shingon concept in the Vajradhatu Mandala. The core layer consists of 37 main pantheons and the outer layer is a layer that contains protective gods. The last layer of this outer layer is called Trailokyavijaya that consists of the incarnations of Vajrapani and several gods that have krodha’s expression. The objective of this paper is to show that the remaining small Nganjuk statues owned by the National Museum have these elements: Vairocana, the Four Tathagatas, and also Trailokyavijaya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo: Centre for Last Asian Cultural Studies, 1987
R 016.931 BIB
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Heekeren, H. R. van
S-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1958
571.309 91 HEE b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Yulita
Abstrak :
Salah satu tujuan diadakan penelitian di bidang Arkeologi adalah untuk melakukan identifikasi terhadap artefak temuan sehingga keberadaan dapat diketahui. Seringkali arkeolog merasa kesulitan dikarenakan data yang menyertai temuan tidak lengkap terutama untuk temuan yang dikategorikan temuan lepas. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pendekatan dari sudut pandang lain. Penelitian ini mencoba menawarkan pendekatan analisis bahan melalui komposisi kimia bebas penyusun artefak untuk identifikasi meriam perunggu Museum Nasional yang dikategorikan sebagai temuan lepas. Komposisi kimia dapat diperoleh setelah dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif pada sejumlah kecil bahan. Pengetahuan mengenai komposisi sangat penting karena berhubungan dengan struktur kimia yang merupakan unsur pembentuk kekuatan artefak. Kekuatan artefak berhubungan dengan penampilan dan penampilan berhubungan erat dengan pemanfaatan artefak sebagai fungsi teknologi, sosial dan ideologi. Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini berdasarkan perbedaaan komposisi kimianya adalah pertama apakah keberadaan meriam dengan bentuk dan hiasan yang beragam mengindikasikan adanya perbedaan fungsi meriam saat digunakan. Permasalahan yang kedua adalah apakah dapat dibedakan pabrik asal pembuatan meriam terutama untuk meram yang memiliki identitas. Permasalahan yang ketiga adalah bagaimana tingkat kekuatan perunggu yang digunakan untuk meriam dengan perunggu yang digunakan untuk artefak bukan meriam. Langkah penelitian yang digunakan sesuai dengan konsep arkeologi yaitu pertama pengumpulan data, dilanjutkan dengan pengolahan data dan penyimpulan data. Data artefaktual diperoleh berdasarkan atribut yang dimiliki sehingga diperoleh meriam yang mewakili kelompoknya untuk diambil komposisi bahannya. Kemudian dilakukan analisis kimia dengan menggunakan spektrofotometer fluoresence sinar X. Tahap berikutnya yaitu pengolahan data dilakukan dengan mengintegrasikan data artefaktual dengan data komposisi kimia. Berdasarkan hasil integrasi dan dilengkapi dengan pengetahuan yang diperoleh dari literatur ini kemudian dilakukan tahap terakhir yaitu penyimpulan data. Kesimpulan yang diperoleh antara lain meriam berdasarkan variasi hiasan dan komposisi kimia dapat dibedakan fungsinya sebagai senjata dan sebagai simbol sosial. Berdasarkan literatur diketahui meriam yang digunakan sebagai senjata memiliki kandungan seng (Zn). Meriam dengan hiasan dan dekorasi indah kemungkinan besar tidak digunakan sebagai senjata karena tidak adanya unsur seng dalam komposisi. Meriam yang berlambang AVOC dan HVOC memiliki persamaan unsur yaitu adanya unsur tembaga(Cu), timah (Sn), seng (Zn) dan arsenik (As) sebagai unsur utama, sedangkan meriam yang berlambang VOCVOC hanya memiliki unsur utama tembaga dan seng tanpa adanya timah dan arsenik Padahal arsenik merupakan ciri khas perunggu Eropa. Sehingga dapat dipastikan meriam yang berlambang VOCVOC bukan berasal dari negara asal VOC. Apabila dibandingkan dengan perunggu yang digunakan untuk artefak bukan meriam, ternyata perunggu untuk meriam memiliki kekuatan yang lebih. Hal ini karena kandungan timah (Sn) pada meriam tidak lebih dari 10% dan perunggu memiliki kandungan fosfor, serta tidak adanya unsur timbal seperti yang ditemukan pada campuran logam untuk artefak lain.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Knappett, Carl
Oxford: Oxford University Press, 2014
938.01 KNA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Higham, Charles
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1996
959.01 HIG b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library