Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Aji Prakoso
Abstrak :
Kemunculan program IPHPS sebagai model perhutanan sosial terbaru yang hak pengelolaan sepenuhnya berada di tangan masyarakat dalam kasus ini Poktan WBM pada masyarakat desa Mekarwaru, masih belum berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Pokja PPS selaku mediator dalam proses perolehan lahan tani juga bertindak sebagai broker yang mencoba untuk membantu pengembangan masyarakat desa dengan membantu memperoleh SK IPHPS dan menarik investor masuk untuk berinvestasi pada lahan IPHPS. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang konsep dan praktik mengenai kendala pada program IPHPS sebagai bentuk perhutanan sosial dengan skema terbaru dan menjadi prioritas pemerintah di desa Mekarwaru. Skripsi ini berfokus untuk menganalisa tugas, peran, dan fungsi Pokja PPS sebagai broker dalam program IPHPS. Peran Pokja PPS yang dipertanyakan ini sebenarnya tidak selalu positif dan negatif melainkan dinamis tergantung situasi. Desa bukan lagi merupakan ‘komunitas’ yang homogen dimana warga masyarakatnya memiliki tujuan yang sama. Perbedaan ini antara lain disebabkan adanya diferensiasi sosial-ekonomi di masyarakat. Studi ini tidak hanya melihat sejumlah kendala yang ada dalam implementasi program IPHPS Desa Mekarwaru, tetapi jugaperan Pokja PPS sebagai broker. Peran Pokja PPS sebagai broker sangat strategis dan sentral dalam implementasi program IPHPS. Pertanyaan studi ini adalah bagaimana peran Pokja PPS dalam implementasi program IPHPS dan pasca perolehan Surat Keputusan (SK) dan apa implikasinya pada masyarakat desa Mekarwaru? Riset etnografis dilakukan penulis dalam kurun waktu Januari hingga Maret 2019 serta sebelumnya sudah datang ke desa Mekarwaru pada bulan April dan Juli 2018. Dengan mengamati aktivitas Poktan WBM sebagai kelompok tani dan Pokja PPS yang merupakan broker utama dalam program IPHPS. Studi ini menemukan bahwa Pokja PPS secara aktif menjalankan tugasnya sebagai broker dengan membantu mempertemukan negara dengan masyarakat dalam proyek pembangunan dalam hal ini perhutanan sosial. Serta menjembatani antara masyarakat dalam hal ini Poktan WBM dengan investor. Studi ini memperlihatkan bahwa broker memiliki peran sentralnya dalam program perhutanan sosial dan dapat membawa dampak yang sangat besar dalam kelanjutan serta mempengaruhi hasil akhir program yang dijalankan pemerintah. ......The emergence of the IPHPS program as the latest social forestry model whose management rights are fully in the hands of the community in this case it is the Poktan WBM in the Mekarwaru village community, has not yet proceeded according to the needs of the village community. PPS Working Group as mediator in the process of acquiring farmland also acts as a broker in trying to help the development of village communities by helping to 'Legalize' SK IPHPS and attracting investors to invest in IPHPS land. This study aims to get an overview of the concepts and practices of the obstacles in the IPHPS program as a form of social forestry with the latest scheme and a priority for the government in Mekarwaru village. This thesis focuses on analyzing the tasks, roles and functions of Pokja PPS as a broker. The questionable role of the PPS Working Group whose not always positive and negative but dynamic depending on the situation. The village is no longer a homogeneous 'community' that still has the same goal because of socio-economic differentiation. By looking at the obstacles that occur in the Mekarwaru Village IPHPS program and the role of the PPS Working Group as a broker to provide understanding that the role of the PPS Working Group as a broker is very strategic and central in the running of the IPHPS program. This writing focuses on how the role of Pokja PPS in the implementation of the IPHPS program and after the acquisition of SK occurred in the Mekarwaru village community? The writing is the result of the author's ethnographic research over a period of several months, on the activities of Poktan WBM working farmers and Pokja PPS who are the main brokers in the IPHPS program. This study found that the PPS Working Group has actively carried out its duties as a broker by collecting projects, exchanging and exchanging discursive commodities from IPHPS lands and further forming narratives that can attract investors into. This study shows that the broker and its central role can have a very big impact on the progress and the final results of the programs being implemented.

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan usaha keperantaraan telah banyak dikeluarkan namun demikian masih banyka pelanggaran yang terjadi dalam hal penimbunan barang. Pelanggaran yang dilakukan oleh pedagang perantara berupa kegiatan penimbunan barang melampaui jumlah dan batas waktu yang ditetapkan, disamping itu terdapat penimbunan barang yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memang tidak mendapatka ijin untuk itu. Peraturan yang merupakan rambu dalam kegiatan ekonomi dalam kenyataannya potensial untuk dilanggar oleh para pelaku ekonomi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Optimalisasi peranan Departemen Perindustrian dan perdagangan menjadi sangat penting dalam memberikan tindakan preventif maupun represif terhada[ pelanggaran yang terjadi.
346 JEPX 4 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Permanasari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Penutupan Kode AB terhadap kualitas pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penerapan penutupan Kode AB diukur dengan indikator dummy atas periode sebelum dan setelah penutupan Kode AB. Pengukuran kualitas pasar terdiri dari volatilitas high low saham, bid-ask-spread, total depth Value dan volume transaksi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model regresi Fixed Effect Ordinary least squares (OLS) dan Fixed Effect Two-Stage Least Square (2SLS) dan menggunakan sampel seluruh saham yang aktif bertransaksi selama periode 04 Desember 2020 s.d. 06 Desember 2022. Hasil penelitian memberikan bukti empiris bahwa Penutupan Kode AB berpengaruh positif atau meningkatkan volatilitas 330 saham teraktif, berpengaruh negatif terhadap bid-ask-spread Volume atau bid-ask spread kecil. Di sisi lain, penerapan penutupan kode AB berpengaruh positif atau meningkatkan Total depth Value akan tetapi berpengaruh negatif sangat kecil pada volume transaksi. ......This study aims to determine the effect of the implementation of Anonymity Broker ID on the quality of the stock market on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The application of Anonymity Broker ID is measured by dummy indicators over the period before and after Anonymity Broker ID. Market quality measurement consists of high low volatility of stocks, bid-ask-spread, total depth Value and volume. Hypothesis Testing was carried out using Fixed Effect Ordinary least squares (OLS) and Fixed Effect Two-Stage Least Square (2SLS) regression models and using a sample of all stocks that were actively transacting during the period 04 December 2020 to 06 December 2022. The results provide empirical evidence that Anonymity Broker ID has a positive effect on the volatility and Total depth Value of the 330 most active stocks, negatively effects on Bid Ask Spread and Volume. It can generally be concluded that Anonymity Broker ID can effectively dampen excessive market reaction during enactment.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rawa El Amady
Abstrak :
Studi ini tentang budaya hutang, di mana toke membangun strategi untuk merespon perubahan sosial- budaya di Desa Parit Baru, Kampar Riau dengan berperan sebagai kapitalis kecil dan cultural broker. Desa Parit Baru sebelumnya merupakan kampung terisolir, setelah tahun 1999 Desa Parit Baru berubah menjadi desa pinggiran kota yang bisa diakses dengan mudah. Perubahan sosial-budaya mempengaruhi posisi toke di desa, dari enam toke, lima bangkrut dan hanya satu toke yang bertahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk memperoleh data dan menginterpretasi data, di mana toke sebagai subjek utama. Toke yang bertahan adalah toke yang mampu mereproduksi budaya hutang dan membangun beberapa strategi sebagai berikut; Pertama, merubah pola hubungan dengan anak semang, dari pola yang ketat, ke pola jaringan ekslusif yang terdiri dari kelompok toke, pabrik dan penguasa desa untuk menetapkan harga; Kedua, toke menjadi kapitalis kecil untuk memudahkan membangun jaringan dan akses ke berbagai pihak yang lebih luas, sehingga anak semang bisa berinteraksi langsung pada kreditor dari luar desa; Ketiga, toke sebagai cultural broker mereproduksi budaya hutang dan memproduksi gaya hidup konsumtif. Kajian ini mengungkapkan bahwa; Pertama, perubahan pola perniagaan toke bisa menjadi jendela untuk memahami kapitalisme global, bahwa negara pusat harus dinamis pada negara pinggiran dan semi pinggiran, sebab negara pinggiran sudah mempunyai akses yang luas serta memiliki kemandirian pilihan ekonomi dan politik; Kedua, toke sebagai cultural broker bisa menjelaskan bahwa kapitalisme global harus mempunyai kesadaran pada kultur lokal untuk membangun jaringan komoditas yang lebih luas. Bahwa jaringan politik dan ekonomi harus memperhatikan budaya lokal agar nilai-nilai konsumerisme hadir di desa-desa terpencil
The study on the culture of debt in which the toke role as a petty capitalist and cultural broker, in an effort to develop strategies to respond to the socio-cultural change in the village of Parit Baru, Kampar Riau. Parit Baru village was an isolated village but after 1999 turned into a suburban village which can be accessed easily. Changes affecting the position of the toke in the village, which is of six tokes, five bankrupt and only one toke survived. This study used a qualitative approach to obtain the data and interpret the data, where toke as a major subject in this study. Toke that survive are capable of reproducing the culture of debt and build some of the following strategies, first, change the pattern of the relationship with the anak semang, from a strict pattern, pattern to the exclusive network consisting of a group toke, factory and village authorities to set prices. Second, toke become petty capitalists to facilitate networking and access to a wider variety of parties, so that the anak semang can interact directly to creditors from outside the village. Third, as a cultural broker toke reproduce the debt culture and producing consumptive lifestyle. The study revealed that, first, the changing patterns of trade toke can be a window to understanding global capitalism, that the state should be dynamic centers on the periphery and semi- periphery, because the periphery has had extensive access and has a choice of economic and political independence. Second, toke as cultural broker can explain that global capitalism must have consciousness on local culture to build a wider network of commodities. That the political and economic networks should pay attention to local culture that values ​​consumerism is present in remote villages.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1925
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brady Rikumahu
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya persistensi dalam transaksi, melakukan perbandingan antara perilaku broker domestik dan broker asing, melakukan pengukuran intensitas transaksi, mengukur branching ratio yaitu probabilitas terjadinya transaksi berturutan, mengukur berapa besar intensitas transaksi bertambah dengan adanya transaksi yang persisten, mengukur kecenderungan berkumpulnya transaksi, dan mengukur dampak harga dari transaksi yang persisten. Identifikasi transaksi yang persisten dilihat dari adanya transaksi berturutan untuk saham yang sama yang dilakukan oleh satu broker tertentu untuk waktu yang panjang. Pengukuran intensitas transaksi, probabilitas terjadinya transaksi yang berturutan, besarnya penambahan intensitas transaksi sebagai akibat adanya transaksi persisten, dan kecenderungan transaksi untuk berkumpul dilakukan dengan menggunakan Hawkes process, suatu self-exciting point process, diperkenalkan oleh Hawkes (1971), yang mengakomodasi pengukuran kegiatan yang terjadi berturutan dengan rentang waktu antar kejadian yang tidak seragam satu dengan lainnya. Pengukuran dampak harga dari transaksi dilakukan dengan menggunakan model dari Boehmer dan Wu (2006) dimana dampak harga diukur dengan meregresikan ketidakseimbangan transaksi dengan imbal hasil. Ketidakseimbangan transaksi diukur dengan selisih antara transaksi beli dengan transaksi jual pada suatu hari tertentu. Dengan menggunakan data frekuensi tinggi dari empat saham dengan transaksi tertinggi pada tahun 2010, hasil pengujian menunjukkan bahwa terjadi transaksi yang persisten untuk saham-saham yang diamati. Kemudian juga diamati bahwa broker asing lebih aktif dalam melakukan transaksi. Selain itu ditemukan juga bahwa intensitas transaksi broker asing lebih tinggi daripada intensitas transaksi domestik. Pengamatan selanjutnya menunjukkan bahwa kenaikan intensitas broker asing adalah lebih tinggi dari kenaikan broker domestik pada transaksi beli, sementara itu, walaupun intensitas transaksi jual broker asing lebih tinggi dari intensitas transaksi broker domestik, kenaikan intensitas broker domestik lebih besar dari kenaikan intensitas broker asing pada transaksi jual. Ditemukan juga bahwa transaksi yang dilakukan oleh broker asing secara rata-rata hanya 27% yang dipengaruhi oleh faktor yang bersifat eksogen dan sisanya sebesar 73% dipengaruhi oleh faktor endogen. Sementara, untuk broker domestik, transaksi yang dipengaruhi oleh faktor eksogen adalah 35% dan faktor endogen adalah sebesar 65%. Untuk dampak harga, penelitian ini menemukan bahwa transaksi broker domestik memiliki koefisien korelasi ketidakseimbangan transaksi dengan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi daripada besaran yang sama untuk broker asing. Selain itu juga dapat dikonfirmasi adanya stylized facts yang ditemukan pada penelitian menggunakan data frekuensi tinggi lainnya bahwa baik untuk broker domestik dan broker asing intensitas transaksi terjadi pola berbentuk huruf U yang berarti bahwa dalam satu hari, intensitas transaksi akan tinggi pada saat pembukaan Bursa, kemudian menurun dan cenderung konstan disepanjang hari dan akan meningkat kembali pada saat bursa akan tutup, yang memberikan indikasi bahwa transaksi persisten dilakukan dengan memanfaatkan informasi yang beredar di pasar. ......This research aims to identify the persistency in transactions, measure the difference on the domestic and foreign brokers, measure the intensity of transactions, measure the branching ratio which is the probability of the occurence of succesive transactions, how much the increase in transactions intensity as the result of the presence of persistence in transactions, measute the clustering property of transactions, and to measure the price impact of the persistent transactions. Identification of persistent transactions is done by the existence of the consecutive transactions that is done by the same broker for a specific stock for a long spell of time. The measurement of the transaction’s intensity, the probability of the occurence of the consecutive transactions, the increase in transactions’ intensity as the result of the existence of persistent transactions, and the tendency of the clustering of transactions, is done by using the Hawkes Process, a self-exciting point process, introduced by Hawkes (1971), which accommodate the measurement of activities that occurs successively that have irregular time interval of occurrences. The measurement of the price impact of transactions is done using the model of Boehmer and Wu (2006) in which the price impact is measured by regressing the transaction imbalance with returns. Transaction imbalance was measured as the difference between buy transactions and sell transactions on a particular day. Using the high-frequency data of four stocks with the highest transactions in 2010, results showed that persistency in transactions occurred for the observed stocks. It is also observed that foreign brokers were more active than the domestic brokers. It is also found that the transactions' intensity of the foreign brokers were higher than the domestic brokers’. Further observation found that the jumps in the intensity of foreign brokers were higher than the jump in the intensity of domestic brokers for buy transactions, whereas, even though the foreign brokers’ selling intensity were higher than the domestic brokers’ the jumps in domestic brokers’ intensity were higher than the foreign brokers’. It is also found that on average, the foreign brokers’ transactions were only 27% caused by exogenous factors, and the other 73% were caused by endogenous factors. For the domestic brokers, the numbers are 35% and 65%. For the price impact of transactions, this research found that the domestic brokers’ transactions have higher correlations with stock returns than the foreign brokers’. It is also found that the transactions' intensity, both for domestic and foreign brokers confirmed to the stylized facts that are found in the research using the high-frequency data which is the existence of the U-shaped pattern. It means that in a day, transaction's intensity will be high when the market open, diminish in the course of the day, and then go up near the market close, an indication that persistent transactions were done according to the evolvement of information in the market.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kheren Mettalia Gunawan
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai dua hal utama, yakni : teori-teori terkait pertanggungjawaban broker reasuransi, dan anggung jawab broker reasuransi jika ia lalai dalam mencarikan perusahaan asuransi yang kredibel sehingga klaim dari perusahaan asuransi tidak dibayarkan. Penelitian ini merupakan penelitian yuridisnormatif dengan menggunakan analisis kualitatif atas data primer dan data sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah : ( 1 ) Terdapat empat teori terkait pertanggungjawaban broker yaitu duty of broker, degree of negligence, limit of liability of broker, doctrine indemnity. ( 2 ) Jika broker lalai dalam mencarikan perusahaan reasuransi yang kredibel, broker reasuransi bertanggung jawab kepada perusahaan asuransi untuk mengganti kerugian perusahaan asuransi hanya sebatas kelalainya saja, tetapi tidak menggantikan posisi perusahaan reasuransi untuk membayar klaim perusahaan asuransi. ...... This thesis reviews two thigs which are : the theories about the liability of reinsurance broker and the liability oh reinsurance broker if it is negligent in finding the credible reinsurance company that the claim of the insurance company had not been paid. This research is normative-legal research used qualitative analysis of secondary data. The result of this research are : ( 1 ) There are four broker? liability theories which are duty of broker, degree of negligence, limitation of liability of broker, doctrine indemnity. ( 2 ) if the broker is negligent in finding the credible reinsurance company, the reinsurance broker should liable to the insurance company to pay the loss of the insurance company just for the broker reinsurance? negligence not to replace the position of the reinsurance company to pay the claim of insurance company.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S56801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ades Vera Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis pengaruh dari sistem online terhadap tarif komisi yang ditetapkan oleh perusahaan pialang PPE kepada investor. Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa sistem online mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tarif komisi. Dimana perusahaan pialang online umumnya menetapkan tarif komisi yang lebih murah dibandingkan perusahaan pialang konvensional. Hal ini terjadi karena sistem online mampu menurunkan biaya transaksi transaction cost . IOSCO, sebagai salah satu lembaga yang mewadahi regulasi pasar modal dunia menyebutkan bahwa biaya/tarif komisi merupakan salah satu bentuk dari biaya transaksi transaction cost yang muncul di pasar bursa. Penelitian ini menggunakan 68 perusahaan pialang PPE di Indonesia sebagai sampel penelitian, dengan periode triwulan tahun 2010-2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sistem online mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap tarif komisi. Dimana perusahaan pialang online PPE online akan menetapkan tarif yang lebih murah dibandingkan perusahaan pialang konvensional.
ABSTRACT
This study analyzes the influence of the online system on brokerage fee commissions that determined by brokerage firm to investor in Indonesia Stock Exchange. Several studies mentioned that the online system has a significant influence on the brokerage commission. The online brokerage firms typically charge brokerage commission lower than conventional firms. This occurs because the online system is able to reduce transaction cost. International Organization of Securities Comissions IOSCO , as an institution that embodies the global capital market regulation, states that brokerage commission is the transaction cost that arise in capital market. This study uses 68 brokegare firms in Indonesia as a sample, the quarterly period 2010 2015. The result of this study showed that the online system has a significant influence negatively on brokerage commission, online brokerage firm PPE online will determine brokerage commissions cheaper than conventional firms.
2017
T47154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library