Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 370 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arlinda Sari Wahyuni
Abstrak :
Kanker payudara (KPD) masih merupakan masalah kesehatan pada wanita baik di negara maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia kanker payudara merupakan penyakit keganasan kedua terbanyak juga sering menyebabkan kematian. Selain itu, banyak penelitian di Indonesia yang menyatakan bahwa penderita kanker payudara mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau ke dokter setelah penyakit masuk dalam stadium lanjut. Keberhasilan pengobatan kanker payudara lazim digambarkan dengan ketahanan hidup 5 tahun (five year survival rate). Selain aspek pengobatan, banyak faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup 5 tahun penderita KPD seperti stadium, ukuran tumor, penyebaran tumor, aspek patologi, aspek sosial ekonomi, dan aspek lainnya. Sampai saat ini penelitian tentang ketahanan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara di RS Kanker Dharmais belum pemah dilakukan. Namun, jumlah penderita kanker payudara pertahunnya cukup banyak (menempati urutan 1 pada kasus rawat inap tahun 2000). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker payudara serta faktor-faktor yang berhubungan dengan ketahanan hidup 5 tahun di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan rancangan studi longitudinal. Data yang dikumpulkan berasal dari data rekam medik penderita KPD tahun 1993 sampai tahun 1996. Sampel berjumlah 137 penderita. Cara pengumpulan data adalah dengan observasi data rekam medik serta media komunikasi via telepon atau surat untuk mengetahui ketahanan hidup 5 tahun penderita KPD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa probabilitas ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker payudara sebesar 48% dan median ketahanan hidup 54 bulan. Probabilitas ketahanan hidup penderita kanker payudara pada stadium dini operable (I-IIIA) adalah 72% dan stadium lanjut (IIIB dan. IV) adalah 12%. Jika dibanding dengan stadium dini operabel, risiko untuk meninggal pada stadium lanjut sebesar 2,3 kali (95% CI: 1,228; 4,163). Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker payudara pada ukuran tumor < 5 cm adalah 81%, dan ukuran tumor lebih dari 5 cm adalah 24%. Jika dibanding dengan ukuran tumor < 5 cm risiko meninggal pada ukuran tumor > 5 cm adalah 3,7 kali (95% CI: 1,803; 7,770). Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun dengan pengobatan lengkap adalah 69% dan pengobatan tidak lengkap adalah 13%. Risiko meninggal penderita dengan pengobatan tidak lengkap adalah 3,3 kali (95%CI: 1,950; 5,572) dibanding dengan pengobatan lengkap. Berdasarkan hasil penelitian ini kepada tenaga medis diharapkan dapat meningkatkan penanganan kanker payudara dengan mengupayakan deteksi dini pada penderitanya. Selain itu perlu dorongan dari tenaga medis dan bantuan konseling agar penderita dapat mengikuti prosedur pengobatan dengan teratur dan lengkap. Kepada wanita terutama yang telah berumur di atas 20 tahun disarankan untuk melakukan SADARI (perikSA payuDAra sendiRl) setiap bulannya sehingga dapat segera mengetahui kelainan yang timbul pada payudaranya. Kepada pemerintah perlu diupayakan peningkatan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) dengan penyebaran informasi lewat media massa tentang penyakit kanker payudara.
Breast cancer is still a health problem for women in developed countries and developing countries. In Indonesia, number of breast cancer cases is high, the second cause of deaths after cervical cancer. In the other hand many researches in Indonesia report that the breast cancer patients go to hospitals or doctors after late stage. The successful breast cancer therapy was usually measured by using a five-year survival rate. Besides therapeutically aspects, many factors are involved in five-year survival rate namely: stage, tumor size, metastases, pathological aspects, socioeconomic aspects and etc. The annual number of the breast cancer patients is high (the first rank from all cancer type in 2000). However, until] now, no studies of five-year survival rate on RSKD have been done. The goal of this research is to find the probability of 5 year survival of the breast cancer patients in Dharmais Cancer Hospital Jakarta and the relationship between some other factors and 5 year survival rate. The design of this research is longitudinal study. Data are collected from the medical record breast cancer patients on 1993 toI996. The sample is I37 persons. The method of data collecting is observing of the medical record and telephoning or posting to find out the survival of breast cancer patient. The result shows that 5 year survival rate on breast cancer patient is 48%, the median of the survival rate is 54 months. The 5 years survival rate on early operable stage is 72% and on the late stage is 12%. By using the early operable stage as a baseline comparison, the risk ratio of the deaths for the late stage is 2,3 (95% CI: 1,228; 4,163). Moreover the 5 year survival rate on the less than 5 cm is 81% and more than 5 cm is 24%. If compared to size < 5 cm, the risk ratio of the deaths on patients with tumor size 5 cm is 3,7 (95% CI: 1,803; 7,770). The 5 year survival rate on patients with a complete therapy is 69% and an incomplete therapy is 13%. The risk of the deaths on the patients with the incomplete therapy is 3,3 times (95% CI: 1,950; 5,572) compared to the complete therapy. Based on this study, It is recommended that doctors/medicians be able to increase the ability to handle breast cancer cases by doing early detections to the suffers. Moreover the supports for medical professionals and counseling professional are needed so that the patients are able to follow the procedure of treatments regularly and completely. It is suggested that it is important to do SADARI monthly of women above 20. The government should increase to do EIC (Education, Information, and Communication) by spreading EIC materials through mass media about breast cancer.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10022
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Roostini Hardjolukito
Abstrak :
ABSTRAK
Sifat "hormone dependent" sebagian karsinoma .payudara telah lama dikenal; dan adanya reseptor hormon dalam sel karsinoma dihubungkan dengan sifat tersebut. Dari penelitian terdahulu terbukti bahwa penderita karsinoma payudara dengan reseptor estrogen (RE) positif 60% menunjukkan respons yang baik terhadap terapi hormonal, sedangkan dengan reseptor estrogen negatif keberhasilan terapi hanya mencapai 10%. Bila status reseptor tidak dibedakan, keberhasilan terapi hormonal hanya sampai 30%. Di samping itu " disease free interval" lebih lama pada tumor dengan reseptor positif. Status reseptor pada tumor primer juga berperan dalam menentukan respons terapi hormonal pada rekurensi/metastasis pada hart kemudian.

Teknik yang lazim dan banyak digunakan selama ini adalah pengukuran kuantitatif secara biokimia. Teknik ini pada prinsipnya menera reaktivitas reseptor terhadap molekul estrogen yang diberi label radioaktif pada ekstrak jaringan tumor. Kemudian dikembangkan teknik sitokimia/imunositokimia, baik dengan fluoresensi maupun peroksidase, yang dapat memeriksa reseptor langsung pada tingkat seluler. Pada teknik ini tidak dijumpai berbagai keterbatasan yang terdapat pada teknik biokimia, antara lain dapat diterapkan pada jaringan yang kecil (biopsi), visualisasi sel dapat dilakukan sehingga dapat mernbedakan positivitas pada sel tumor dan non tumor, dan sebaran positivitas pada sitoplasma atau inti dapat dinilai.

Kedua jenis teknik penetapan RE terbukti memberi kesesuaian hasil yang cukup besar, baik dalam hal positivitasnya maupun hubungannya dengan respons terhadap terapi hormonal.

Berbagai penelitian dengan teknik biokimia telah membuktikan adanya kaitan antara positivitas RE dengan berbagai aspek kliniko-patologik karsinoma payudara. Positivitas RE lebih banyak ditemukan pada tumor dengan diferensiasi baik, usia tua dan keadaan pasca menopause.

Namun demikian, dengan teknik yang sama, didapatkan kontroversi karena kaitan dengan derajat diferensiasi tidak selalu ditemukan. Di samping itu poly positivitas RE cukup bervariasi pada berbagai jenis histologik karsinoma payudara. Selama ini kaitan antara positivitas RE dengan berbagai aspek kliniko-patologik yang diperiksa dengan teknik imunositokimia belum banyak dilakukan.

Pada penelitian ini akan dilaporkan hasil penelitian yang bertujuan menilai kaitan antara positivitas RE dengan derajat diferensiasi tumor, jenis histologik dan status paid, yang diperiksa dengan teknik imunoperoksidase. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi yang lebih terinci pada tingkat seluler mengenai positivitas RE pada karsinoma payudara serta kaitannya dengan berbagai aspek yang diteliti.
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Dwi Rachmawati
Abstrak :
Pendahuluan: Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian dan morbiditas utama pada perempuan. Kanker ini paling sering ditemukan pada perempuan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat (AS), merupakan penyebab kedua tersering kematian pada perempuan. Penyebab besarnya angka morbiditas dan mortalitas antara lain disebabkan oleh tendensi kanker payudara primer untuk bermetastasis ke lokasi regional dan metastasis jauh serta tidak adanya terapi klinis yang efektif untuk metastasis. Pemahaman yang lebih baik mengenai metastasis pada kanker payudara diperlukan untuk memperbaiki tatalaksana klinis serta membuka potensi adanya strategi prognostik serta terapeutik baru pada metastasis kanker payudara. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif retrospektif. Dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan mengumpulkan data rekam medis pada pasien-pasien keganasan payudara di poliklinik onkologi RSCM periode Januari 2008 hingga Desember 2011. Hasil: Didapatkan 112 kasus kanker payudara dari total 126 kasus yang mengalami metastasis sehingga angka metastasis di RSCM sepanjang tahun 2008-2011 sebesar 8,55%. Kasus terbanyak dengan metastasis adalah tipe karsinoma payudara tipe duktal invasif (n = 94) dengan metastasis terbanyak ke tulang (n = 69), diikuti oleh metastasis ke paru (n = 22), 4 metastasis ke hepar, tulang, dan paru; 5 metastasis paru dan tulang; 4 metastasis hepar dan paru, 4 metastasis hepar dan tulang; 3 metastasis hepar; dan 1 metastasis paru dan otak. 46 pasien (41.07%) merupakan kasus primer 66 pasien (58.93%) merupakan kasus residif. Tiga puluh sembilan kasus datang dengan stadium 2 atau 3, 73 pasien datang dalam stadium 4. Kesimpulan: Tatalaksana keganasan payudara merupakan tantangan bagi seluruh ahli bedah umum dan onkologi dan membutuhkan penatalaksanaan holistik. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pemangku kepentingan agar pasien berobat secara teratur dan mendapatkan kualitas hidup yang baik. ...... Background: Breast cancer is one of the leading causes f morbidity and mortality in women. This cancer found in every corner of the world. In the United States, breast cancer is the second cause of death in women. The cause of this huge number of morbidity and mortality is due to the tendency of primary breast cancer to metastasize to regional dan distant sites. Moreover there are no effective treatments for metastatic disease. Better understanding on metastasis of breast cancer is needed to improve clinical treatment and open up potency on prognostic and therapeutic strategy for metastatic disease. Method: This was a retrospective descriptive study performed in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) by collecting data from medical record of breast cancer patients in out patient clinic in RSCM from January 2008 to December 2011. Result: There are 112 cases of breast cancer from total 126 cases with metastasis. The incidence of metastasis in breast cancer in RSCM from 2008 to 2011 is 8.55%. Ductal invasive is the most common type of breast cancer to have metastasis (n = 94). The most common site for metastasis is the bone (n = 69), followed by lung (n = 22), liver (n = 4), lung and liver (n = 1), lung and bone (n = 5), liver and lung (n = 4), liver and bone (n = 4), lung and brain (n = 1). 46 patients (41.07%) were primary cases and 66 (58.93%) were residif cases. 39 cases were in stadium 2 or 3, and 73 patient came in stadium 4. Conclusion: Treatment of breast cancer is a challenge for every surgeons. It needs holistic and comprehensive treatment. Cooperation from the stakeholders is needed to make sure that these patients have a good compliance in the treatment and have good quality of life.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T32131
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mandala Noras
Abstrak :
Latar Belakang Menurut WHO diseluruh dunia ada sekitar 10 jula kasus bam kanker dengan lebih dan 6 juta kematian setiap tahunnya. Angka tersebut meningkat bila dibandingkan dengan dua dekade yang sebeiumnya, dimana dilaporkan 6 juta kasus kanker baru dengan jumlah kematian 4 juta orang (WHO, 2002). Di Indonesia kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan kematian karena kanker juga meningkat, dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 kanker merupakan penyebab kematian dengan urutan ke 9 dari 10 penyebab kematian utama yang ada dan pada hasil SKRT 2002 dilaporkan kanker menempati urutan ke 5 sebagai penyebab kematian (Depkes. 2002). Tujuan: Penelitian ini bermjuan untuk mengetahui faktor~faktor yang berhubungan dengan terjadinya kematian pasien ravwxt inap kanker payudara di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta yang meninggal pada tahun 1999 sampai dengan 2005 Metode: Rancangan penelitian ini adalah studi kasus kontrol dengan jmnlah sampel keselumhan 201, jumlah sampel kasus 67 dan kontroi 134 (perbandingan I:2). Kasus adalah pasien rawat inap kanker payudara RSPN-CM yang meninggal dari tahun 1999- 2005 dan kontrol adalah pasien rawat inap kanker payudara RSPN-CM yang tidak meninggal dari tahun 1999-2004. Variabel penelitian adalah faktor prognosis tumor yang terdiri dari stadium, ukuran tumor, residiIQ metastase, faktor kelengkapan terapi, faktor prognosis penderita yang terdiri dari usia, jenis pembayaran dan jenis pekerjaan. Hasil: Pekerjaan pasien kanker payudara berhubungan bermakna secara statistisk OR 3,52 (95%CI 1,66-7,42). Faktor tumor stadium (OR=ll,98 95%CI:4,64-30,91) dan metastase (OR:8,44 95% CI3,l8-22,4) berhubungan dengan kematian pasien kanker payudara Kelengkapan pengobatan (OR:3,82 95%CI 1,57-9,25) berhubungan dengan kematian pasien kanker payudara. Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disarankan bagi wanita yang mempunyai resiko untuk mengalami kanker payudara agar melakukan perneriksaan dini dan bagi penderita kanker payudara untuk melakukan pengobatan selengkap mungkin. Penyuluhan tentang faktor resiko kanker payudara, pengobatan yang akan dilakukan, waktu yang diperlukan untuk pengobatan kanker payudara merupakan salah satu cara mengurangi resiko untuk terjadinya kematian pasien kanker payudara.
Background: WHO (2002) state that in the world there are I0 million cancer new cases and more than 6 million death every years. This incidence was increased than two decade before where was reported 6 million cancer new cases and death 4 million people. ln Indonesia cancer cases and death caused cancer increase. Based of health household survey (SKRT) 1992, cancer is caused death at 9"' from 10 primary caused death and at health household survey (SKRT) 2002 reported that cancer is at 5°? caused death (Dcpkes. 2002). The objective: The objective of this research to know the related factors to breast cancer patient death at Dr Cipto Mangunkustuno Hospital Jakarta years] 999-2005 Method: The design of this research is case control design with 20| total samples that consist of 67 cases and 134 controls (l:2). Cases is breast cancer patient at Dr Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta yearsl999~2005 that were death. And control is breast cancer patient at Dr Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta yearsl999-2005 that were life. The variable of this research are patient factors consist of age, kind of payment, and job. Tumor factors are stage, the size, residual, metastasis and completing therapy factor. Result: The job of breast cancer patient related to death significant statistically, OR 3,52 (95%Cl 1,66-7,-42). Tumor factors are stage (OR=l 1,98 95%Cl:4,64»30,9l) and metastasis (OR:8,44 95% CI3,l8-22,4) related to death of breast cancer patient The completely therapy (OR:3,82 95%CI 1,57-9,25) related to death of breast cancer patient. Conclusion: In this research the job status, tumor stage, metastasis and completly therapy related to breast cancer patient death. Women with risk factors to breast cancer that is suggested to early examination and to breast cancer patient suggested to completely therapy. The campaign of risk factors breast cancer, the therapy procedure and time for therapy are some ways to decrease breast cancer patient death.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Sulistiowati
Abstrak :
ABSTRAK
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak pada wanita dengan insidens yang terus meningkat serta merupakan penyebab kematian terbanyak pada perempuan. Pemeriksaan c-erbB2 dan VEGF merupakan salah satu penunjang dalam mengidentifikasi, menentukan pengobatan dan prognosis pasien kanker payudara. Overekspresi c-erbB2 pada kanker payudara, mempunyai hubungan yang erat dengan ekspresi VEGF. Peningkatan kadar marker ini mengindikasikan adanya tumor, agresivitas dan prognosis yang jelek pasien kanker payudara. Selain menggunakan serum, saliva juga merupakan sumber sampel yang potensial untuk pemeriksaan c-erbB2 dan VEGF. Melihat bahwa saliva memiliki potensi sebagai salah satu sumber cairan tubuh yang dapat digunakan untuk pemeriksaan c-erbB2 dan VEGF, maka pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi kadar c-erbB2 dan VEGF dalam saliva dan serum wanita kanker payudara dibandingkan dengan kontrol. Selain itu juga akan menilai kemungkinan pemanfaatan saliva sebagai sampel alternatif pemeriksaan biomarker tersebut melalui uji diagnostik. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jenis desain analitik uji diagnostik. Setelah melalui kriteria inklusi dan eksklusi, tercapai 111 subjek yang terdiri dari: 55 subjek kelompok pasien kanker dan 56 kelompok kontrol. Kadar c-erbB2 dan VEGF diukur dari serum dan saliva subjek dengan metode ELISA, kemudian kadar c-erbB2 maupun VEGF dibandingkan antara kasus dengan kontrol dan dilakukan uji diagnostik. Terdapat 14,5% pasien kanker payudara yang mengekspresikan c-erbB2 (+3) pada jaringan, dimana 75% pemeriksaan c-erbB2 (+3) pada jaringan terdeteksi juga di dalam serum dan 50% terdeteksi dalam saliva. Kadar c-erbB2 serum pasien kanker payudara lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sensitivitas, spesifisitas c-erbB2 serum dibandingkan dengan IHK berturut-turut 38% dan 91% dengan PPV 50% dan NPV 86%. Sedangkan kadar c-erbB2 saliva 13% dan 91% dengan PPV 25% dan PPV 82%. Kadar VEGF pada pasien kanker payudara lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, peningkatan kadar VEGF serum berhubungan dengan stadium namun VEGF
ABSTRACT
Breast cancer is the most common type of cancer in women with an increasing incidence and as the biggest cause of death in women. Examination of c-erbB2 and VEGF as markers in initial detection, will determine treatment and prognosis of the breast cancer. C-erbB2 over expression in breast cancer, has a close relationship with the expression of VEGF. Increased levels of these markers indicate an aggressiveness of the tumor and poor prognosis of the patients. In addition to the serum, saliva is also a potential source of specimen for the examination of c-erbB2 and VEGF. In this study we have evaluated the levels of c-erbB2 and VEGF in saliva and serum of women with breast cancer compared to the controls. We also assessed the possibility of using saliva as an alternative specimen for biomarker screening in diagnostic tests. A cross-sectional study with an analytical design diagnostic tests was applied. After going through the inclusion and exclusion criteria, 111 subjects have been selected: 55 subjects are breast cancer and 56 are control patients. Levels of c-erbB2 and VEGF were measured from serum and saliva by ELISA. The results were compared between cases and controls and then analyzed the diagnostic test (sensitivity, specificity, PPV and NPV). There are 14.5% of breast cancer patients that express c-erbB2 (+3) on the tumor tissue, of which 75% are also detected in the serum and 50% in the saliva. Level of c-erbB2 serum of breast cancer patients is higher than the control group. Sensitivity and specificity of c-erbB2 serum compared to the IHC results, were 38% and 91%, respectively, with a PPV of 50% and NPV 86%. The levels salivary c-erbB2 were 13% and 91% with a PPV of 25% and PPV 82%. VEGF levels in breast cancer patients are higher than the control group, and the level of the serum VEGF is associated with the stage but not with the level of salivary VEGF
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Kusmalasari
Abstrak :
ABSTRAK
Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak di antara wanita di dunia maupun Indonesia. Di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (RSKD) Jakarta angka kasus meningkat ditiap periode waktu dari angka 21,46% di tahun 1993-1997 meningkat hingga 40,58% di tahun 2003-2007. Dalam menangani penyakit ini, terdapat modalitas terapi kanker di antaranya adalah operasi, radiasi, kemoterapi ataupun kombinasi dari ketiganya. Namun, modalitas terapi tersebut menimbulkan efek samping yang tidak sedikit pada pasien, khususnya kemoterapi. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Akibat dari kondisi tersebut, banyak pasien kanker yang menggunakan terapi komplementer-alternatif (CAM) untuk mengurangi gejala efek samping yang dialaminya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat CAM terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sebagai terapi pendukung di RSKD. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 152 pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dan verifikasi data rekam medis. Metode penelitian menggunakan disain studi analitik potong lintang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan CAM tidak berhubungan bermakna secara statistik (p value >0,05) terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara setelah dikontrol variabel lain. Berdasarkan analisis stratifikasi didapatkan hubungan yang signifikan (p value <0,05), di mana pada kelompok responden yang menggunakan CAM non-herbal selama 1-6 bulan memiliki peluang 6,75 kali (95% CI:1,12-40,56) untuk memiliki kualitas hidup baik dibandingkan dengan responden yang menggunakan jenis CAM herbal selama 1-6 bulan. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan desain prospektif dan sampel yang lebih besar.
ABSTRACT
Breast Cancer is the most type of cancer among women in the world and in Indonesia. In Indonesia, especially in “Dharmais” Cancer Hospital (RSKD) Jakarta increased number of cases in each periode of time from 21,46% in 1993-1997 to 40,58% in 2003-2007. In dealing with this disease, there is a cancer therapeutic modalities which are surgery, radiation, chemoterapy or a combination of all three. However, the reality these therapies have side effects that are not small in patients, particularly chemoterapy. This condition can affect the patient’s quality of life. The result of these conditions, many cancer patients use Complementar-Alternative Medicine (CAM) to alleviate the symptoms of the side effects they experienced. The porpose of this study was to determine the benefits of CAM to the quality of life of breast cancer patients who are undergoing chemoterapy as supportive therapy in RSKD. This study is a cross sectional analytic that conducted through interviews of 152 breast cancer patients who are chemoterapy and then verifying medical records. The result found that CAM use was not statistically significantly related to the quality of life of breast cancer patients after controlling for other variables. Based on stratification analysis found a significant relationship in which the respondents who use non-herbal types for 1-6 months had 6,75 times (95% CI: 1,12-40-56) the chance to have a good quality of life compared with respondents who used herbal types for 1-6 months. Need to do further research with a larger sample and prospective design.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dila Nelvo Dasril
Abstrak :
ECVT (Electrical Capacitance Volume Tomography) untuk pencitraan payudara merupakan teknik pencitraan yang memanfaatkan nilai kapasitansi. Sensor ECVT yang digunakan berupa setengah bola, terdiri dari 24 elektroda dengan bentuk 3 tingkat susunan berbentuk segitiga dan trapesium. Sensor mengukur nilai kapasitansi listrik yang dipengaruhi oleh distribusi permitivitas yang terdapat di dalam objek, yang kemudian direkonstruksi untuk mendapatkan citra probabilitas Fantom payudara yang tidak homogen. Penelitian aplikasi ECVT untuk biomedical imaging ini dilakukan dengan membuat Fantom dengan berbagai kondisi seperti bentuk, volume dan posisi. Fantom payudara tersebut memiliki nilai yang ekivalen dengan jaringan payudara manusia, jaringan kanker dan glandular yang disesuaikan dengan kondisi yang sesungguhnya. Hasil uji karakteristik sensor dengan LCR-Meter menunjukkan bahwa nilai kapasitansi yang kontras antara medium udara dan air berada pada tingkat 2 sensor. Dari hasil citra rekonstruksi ECVT belum dapat menggambarkan anatomi bentuk asli dari Fantom karena medan listrik yang dihasilkan tidak homogen dan tidak lurus sehingga hanya pada tingkat 2 sensor yang bisa digunakan untuk pencitraan. Dalam menentukan sensitifitas ECVT dari Fantom payudara didapatkan hasil ratio a dan b yang mendekati 1 dari diameter aksial berada pada slice ke-8 s/d slice ke-12 dan untuk potongan lateral berada pada slice ke-16 karena melewati bidang utama sensor. Hasil citra ECVT yang bisa dijadikan untuk pencitraan adalah pada daerah tingkat 2 dengan menganalisa hasil rekonstruksi potongan aksial citra.
ECVT (Electrical Capacitance Volume Tomography) for breast imaging is an imaging technique that takes the advantage of electrical capacitance value. ECVT’s sensor used here is a half-ball shaped, consist of 24 triangular and trapezoidal electrodes. The sensor measure the value of electrical capasitance affected by permittivity distribution across the object, and then reconstructed to obtain probability image of inhomogen breast phantoms. This ECVT application research for biomedical imaging is done by making various breast phantoms. These phantoms have different shape, volume and object position. They have equivalent value with a real human breast tissue, glandular, and cancer tissue. Sensor characterization using LCRmeter shows that there is a contrast capacitance value between air and water on the level 2 sensor. ECVT reconstructed image result hasn't been able to image the real anatomy of the phantom because the electricel field is inhomogen and not straight, so only level 2 sensor can be used for imaging. The result of determining ECVT sensitivity shows that the a and b ratio are closed to 1 for axial diameter on the 8th and 12th slice and for lateral direction on 16th slice, because they pass through the sensor's main plane. ECVT image result that can be used for imaging is the image from the level 2 sensor by analizing the axial slice reconstructed image result.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Rachmanita, auhtor
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan meneliti ekstrak etanol Curcuma aeruginosa Roxb. yang dihipotesakan menjadi terapi alternatif komplementer kanker payudara. Ekstrak dibuat dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hewan yang digunakan adalah tikus putih betina strain Sprague-Dawley dibagi dalam 9 kelompok yaitu kontrol normal, kontrol DMBA, kontrol doksorubisin, kelompok perlakuan kuratif dan kelompok perlakuan adjuvan. Setiap tikus, kecuali kontrol normal, diinduksi dengan 7-12-dimetilbenz(a)antrasena (DMBA) 20 mg/kgBB sebanyak 5 kali, dua kali seminggu. Masa inkubasi tumor 8 minggu. Kelompok perlakuan mendapatkan ekstrak dalam 3 variasi dosis yaitu 40 mg/200gBB, 80 mg/200gBB dan 160 mg/200gBB. Palpasi dilakukan seminggu sekali. Pada minggu terakhir perlakuan dilakukan pembedahan. Tumor dibuat preparat histopatologi hematoksilin-eosin dan AgNOR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kelompok kuratif dan kelompok adjuvan (2 dan 3) berat tumornya lebih rendah secara signifikan (P<0.05) dibandingkan DMBA. Volume tumor kelompok kuratif dosis 1 dan 3 serta adjuvan 2 lebih rendah secara signifikan (P<0.05) dibandingkan DMBA. Skor HE kelompok kuratif dosis 1 dan 3 lebih rendah signifikan (<0.05) dibandingkan DMBA. Nilai mAgNOR dan pAgNOR seluruh kelompok lebih rendah secara signifikan (P<0.05) dibandingkan DMBA. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa ekstrak temu hitam dapat menghambat pertumbuhan tumor payudara tikus khususnya kelompok perlakuan kuratif dosis 3 (160 mg/200gBB), meskipun tidak sebanding dengan doksorubisin.
The aim of this study is to investigate the ethanolic extract of Curcuma aeruginosa Roxb. which hypothesised to become complementary alternative therapies for breast cancer. Extracts were made by maceration using ethanol 96%. Animals used were female white rats of Sprague-Dawley strain which divided into nine groups: normal control, DMBA control, doxorubicin control, curative treatment groups and adjuvant treatment groups. Each rat, except for the normal controls, induced by 7-12-dimetilbenz(α)anthracene (DMBA) 20 mg/kgBW 5 times, twice a week. The incubation period of tumors was 8 weeks. Extract in the treatment group were given 3 variant of doses, 40 mg/200gBW, 80 mg/200gBW and 160 mg/200gBW. Palpation done once a week. Surgery was done in the last week of treatment. Histopathological slides of tumor in hematoxylin-eosin and AgNOR staining was made. The results showed that tumor weight of all curative groups and adjuvant groups (2 and 3) was significantly lower (P <0.05) than DMBA. Tumor volume of curative groups dose 1 and 3 and adjuvant 2 significantly lower (P <0.05) than DMBA. HE score of curative groups dose 1 and 3 significantly lower (<0.05) than DMBA. The value of mAgNOR and pAgNOR of the whole group was significantly lower (P <0.05) than DMBA. Overall can be concluded that the extract of temu hitam can inhibit the rat breast tumors growth particularly the curative treatment dose 3 (160 mg/200gBW) although not comparable to doxorubicin.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T42797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Dwi Mulia
Abstrak :
ABSTRAK
Keterlambatan pengobatan kanker payudara merupakan masalah serius yang dapat memengaruhi kesintasan hidup seseorang. Terutama mereka yang berobat di rumah sakit rujukan, kemungkinan besar telah mengalami keterlambatan berulang. Sehinggu tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan kanker payudara tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain cross sectional dengan sampel dari rumah sakit rujukan nasional pada tahun 2013 - 2016. Pengobatan dikatakan terlambat jika membutuhkan waktu lebih dari tiga bulan untuk mendapatkan pengobatan sejak pertama kali datang ke rumah sakit. Penelitian ini menggunakan analsisi cox regresi dengan tingkat kemaknaan 0,005. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa faktor yang paling memengaruhi keterlambatan pengobatan pada pasien yang pernah mendapatkan pengobatan adalah tempat tinggal PR 1,593 95 CI 1,031 ndash; 2,462 . Kemudian faktor yang memengaruhi keterlambatan pada pasien baru adalah tingkat pendidikan PR 1,743 95 CI 1,025 ndash; 2,997 dan riwayat pengobatan alternative PR 2,741 95 CI 1,419 ndash; 5,296.
ABSTRACT
Delayed treatment of breast cancer is a serious problem that can worsen the survival period. Then, there is patients already experiencing repeated delays. The purpose of this study is to find out what factors influences the delay of treatment. The study was done with cross sectional design taken from 564 samples of patient breast cancer in Cipto Mangunkusumo General Hospital between 2013 and 2016. Data collected based on register hospital. Time of delay treatment that measured the time from the first came to hospital to the first treatment in hospital. Delay was defined when there was more than 3 months from come to hospital to first treatment. The study based on cox regression was used with p value
2017
T47992
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Setiawati Kusumaningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia dan lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut. Akupunktur sebagai salah satu alternatif terapi memiliki peran pada kasus keganasan. Dari penelitian-penelitian terdahulu diketahui bahwa mekanisme akupunktur sebagai terapi kanker dengan mengaktivasi jalur neurohormonal dan modulasi sistem imun, terutama meningkatkan aktivitas sel NK. Sel NK banyak terdapat dalam limpa sebagai organ limfoid. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik yang bertujuan untuk membuktikan tindakan EA dapat meningkatkan diameter pulpa alba limpa. Penelitian ini dilakukan terhadap 20 sediaan preparat tumor dari mencit C3H model adenokarsinoma mammae yang dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok tersebut adalah kelompok yang tidak mendapatkan EA, kelompok yang mendapatkan 1x EA, kelompok yang mendapatkan 2x EA dan kelompok yang mendapatkan 3x EA. Tindakan elektroakupunktur menggunakan gelombang kontinyu dengan frekuensi 2 Hz selama 15 menit, pada titik ST36 Zusanli, BL18 Ganshu dan BL20 Pishu. Hasil penelitian didapatkan rerata diameter terbesar terdapat pada kelompok yang mendapatkan 3x EA (497,86 ± 122,261). Namun dengan uji ANOVA tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok penelitian, dengan nilai p = 0,094. Kesimpulan yang diperoleh yaitu elektroakupunktur dapat meningkatkan diameter pulpa alba limpa mencit C3H model adenokarsinoma mammae.
ABSTRACT<>br> Breast cancer is one of the most common cancers in Indonesia and more than 80% of cases are found to be in an advanced stage. Acupuncture as an alternative therapy has a role in the case of malignancy. From previous studies known that the mechanism of acupuncture as cancer therapy by activating neurohormonal pathways and immune system modulation, especially increase the activity of NK cells. NK cells are widely present in the spleen as lymphoid organs. This research is a laboratory experimental study that aims to prove the action of EA can increase the diameter of the white pulp spleen. This study was conducted on 20 preparations of tumor preparations from C3H mice of mammae adenocarcinoma model divided into 4 groups. The group is a group that does not get an EA, a group that gets 1x EA, a group that gets 2x EA and a group that gets 3x EA. The electroacupuncture uses a continuous wave, frequency of 2 Hz for 15 minutes, at the point ST36 Zusanli, BL18 Ganshu and BL20 Pishu. The results showed that the largest diameter was found in the group that received 3x EA (497,86 ± 122,261). However, the ANOVA test showed no significant difference between the study groups, with p = 0,094. The conclusions obtained are that electroacupuncture can increase the diameter of the white pulp spleen in C3H mice with adenocarcinoma mammae.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>