Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagya Mujianto
Abstrak :
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/IX 1988, Asam Borat dan senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan makanan yang dilarang digunakan dalam produk makanan. Karena asam borat dan senyawanya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen. Meskipun boraks berbahaya bagi kesehatan temyata masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan, karena selain berfungsi sebagai pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tekstur bakso dan kerupuk sehingga menjadi lebih kenyal dan lebih disukai konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berhubungan dengan perilaku penggunaan boraks pada bakso oleh pedagang. Tempat penelitian di Kecamatan Pondok Gede-Bekasi tahun 2003. Populasi pada studi Cross Sectional ini adalah seluruh pedagang bakso yang menetap dan seluruh pedagang bakso yang keliling di area komplek perumahan di wilayah penelitian. Kriteria inklusi sampel adalah pedagang yang membuat bakso sendiri dengan jenis bakso adalah bakso daging sapi. Variabel yang diamati adalah perilaku penggunaan boraks, umur, tingkat pendidikan, pengetahuan tentang bahan tambahan makanan, sikap terhadap penggunaan boraks, lama berdagang, besar modal, pemberian pembinaan dan pemberian pengawasan. Responden yang diamati berjumlah 175 orang terdiri dari 100 orang pedagang menetap dan 75 orang pedagang keliling. Hasil penelitian mendapatkan bahwa proporsi penggunaan boraks pada pedagang menetap sebesar 38% (CI 90%: 28,49-45,97) dan pada pedagang keliling sebesar 28% (CI 90%: 17,77-38,23) telah diuji secara statistik kedua proporsi tersebut tidak berbeda. Setelah dilakukan analisis Regresi Logistik Ganda pada α=0,1 dari 8 variabel yang diduga berhubungan dengan penggunaan boraks, ditemukan pada pedagang menetap hanya 3 variabel yang berpengaruh yaitu sikap responden terhadap penggunaan boraks, lama dagang dan pemberian pembinaan. Sedangkan pada pedagang keliling variabel penentu tersebut adalah umur responden dan pemberian pembinaan. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku penggunaan boraks pada penelitian ini adalah faktor penguat, yaitu pemberian pembinaan, baik untuk pedagang menetap maupun pada pedagang keliling. Pada pedagang menetap diperoleh nilai OR=2,433 (CI:90% 1,108-5,342) yang artinya pedagang yang tidak diberi pembinaan cenderung menggunakan boraks sebesar 2,43 kali dibandingkan dengan pedagang yang telah diberi pembinaan. Pada pedagang keliling diperoleh nilai OR=5,420 (CI:90% 1,529-19,216) yang artinya pedagang yang tidak diberi pembinaan cenderung menggunakan boraks sebesar 5,42 kali dibandingkan dengan pedagang yang telah diberi pembinaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan kepada kalangan Akademis dan Peneliti perlunya dilakukan penelitian sejenis dengan sampel yang lebih komprehensif tidak sebatas pada perilaku penggunaan boraks tetapi lebih luas keperilaku penggunaan bahan tambahan makanan lainnya yang jelas dilarang oleh pemerintah tetapi masih banyak digunakan oleh masyarakat dan dicarikan zat pengganti selain boraks yang tidak merugikan konsumen dari segi kesehatan, mudah didapat dengan harga yang terjangkau oleh pedagang kecil/jajanan. Kepada instansi terkait perlu diintensifkan upaya pembinaan dan pengawasan terhadap pedagang jajanan. Kepada masyarakat diharapkan waspada tentang masih banyak bakso yang beredar menggunakan boraks. Dimohon para pedagang tidak menggunakan boraks. Daftar bacaan : 55 (1978-2003)
Based on Health Ministry of Republic of Indonesia regulation No722/Menkes/IX/1988, Borat Acid and its compound is one of food additives that prohibited in food product, because borax acid and its compound is carcinogenic. Although it is hazardous to human health, its usage still remain high rate by community as added material in food as preservative, also to enhance texture of bakso (meatball) and kerupuk so more elastic and enjoyable to consumer. This study objective is to find out factors that related to borax usage behavior on bakso by seller. This study conducted in Sub District of Pondok Gede, Bekasi year of 2003. Population in this cross sectional study is all bakso sellers in housing area of study area. Inclusion criteria are seller who makes bakso on they own and kind of bakso is bakso from beef meat. Observed variables are borax usage behavior, age, education level, knowledge of food additives, attitude to borax usage, selling experience, capital, given education, and monitoring. Respondents observed are 175 sellers; consist of 100 staying sellers and 75 moving sellers. Results of this study showed that proportion of borax usage in staying sellers is 38% (CI 90%:28,49-45,97) and moving sellers is 28% (CI 90%:17,77-38,23) statistically these proportions not different. After analyzed by multi logistic regression at aA),l from eight variables that suspected related to borax usage, in staying sellers only three variables that influencing, these are; sellers attitude to borax usage, selling experience, and given education. While in moving sellers influencing variables are age and given education. The most dominant factors which related to behavior of borax usage in this study is strengthened factor, that are good education that given to all sellers. In staying sellers OR value is 2,433 (CI:90% 1,108-5,342) which mean seller who never received education tend to use borax 2,43 times compare to those who has received education. In moving sellers OR value is 5,420 (C1:90% 1,529-19,216) which mean sellers who never received education tend to use borax 5,42 times than those who has received education. Based on these results, this study recommends to academia and researcher to conduct similar study with more comprehensive sample, not limited to borax use but wider to other food additives that prohibit for consumption and still being used by community then find the alternatives that easy to seek and inexpensive. It needs educational and monitoring to all street food sellers and to community to be careful in consumption bakso, because there is a lot of bakso still added with borax. Bibliography: 55 (1978-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatus Sa`adah
Abstrak :
Boraks dan asam borat termasuk bahan tambahan makanan yang dilarang karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Namun ternyata masih sering disalahgunakan oleh produsen makanan untuk mengenyalkan, memadatkan dan mengawetkan makanan, misalnya pada mie. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui adanya boraks dan asam borat pada beberapa jenis mie yang dijual di Pasar Depok. Dalam hal ini digunakan kertas kurkumin dan larutan kurkumin untuk mendeteksi boraks dan asam borat secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kertas kurkumin 0,150 % b/v dapat digunakan untuk mendeteksi boraks dan asam borat. Diamati pula adanya korelasi antara intensitas warna kertas kurkumin dengan kadar boraks dan asam borat yang terdapat dalam sampel mie. Batas minimum boraks dan asam borat yang dapat dideteksi secara visual adalah 20,0 μg/ml, sedangkan bila digunakan larutan kurkumin 0,150 % masih dapat terdeteksi hingga 5,0 μg/ml. Dari tiga belas sampel yang diidentifikasi, ditemukan tiga sampel mie basah mengandung boraks dan asam borat dengan perkiraan kadar di atas 3000,0 μg/20 g sampel. Sedangkan pada mie kering, bihun, soun dan kwethiaw yang diidentifikasi tidak ditemukan boraks dan asam borat. Borax and boric acid are the chemical substance which is banded because its possibility to harm human health. However, nowadays this compound is still misused by food producer for springy, stuff, and as the food preservative, for example at noodles. Therefore, require to be done a research to know borax and boric acid existence at some noodles which is sold in Depok market. In this case, used curcumin paper and curcumin solution to detect borax and boric acid as a qualitative method. Result of research indicate that curcumin paper 0,150 % b/v applicable to detect borax and boric acid. Also perceived correlation between colour intensity of curcumin paper with borax and boric acid rate in noodles sample. The minimum borax and boric acid could be detected visually is 20,0 μg/ml, while if used curcumin solution 0,150 %, it can be detected till 5,0 μg/ml. From thirteen sample identified, found three wet noodles sample contain borax and boric acid with rate estimate above 3000,0 μg/20 g sample. While at dry noodles, bihun, soun and kwethiaw which identified, is not found borax and boric acid.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Bisyaroh
Abstrak :
ABSTRAK
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai. Karena kadar tertinggi dicapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ lain. Dosis fatal boraks antara 0,1-0,5 g/kg berat badan. Banyak laporan kasus mengenai bahaya keracunan boraks. Insidens keracunan terjadi dimana saja diakibatkan menelan pangan yang tidak aman. Boraks harus dicegah karena kandungan toksitasnya. Penjelasan dan kesadaran tentang bahaya boraks sangat diperlukan karena sangat mudahnya konsumen terpapar boraks melalui makanan.

Tujuan utama penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan boraks pada pedagang bakso di Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan desain case control dengan jumlah sampel sebanyak 150 penjual yang memproduksi bakso sendiri. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2016

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara faktor predipsosisi dengan perilaku penggunaan boraks, yaitu P value pelatihan sebesar 0,960, P value pengetahuan = 0.539, dan P value sikap = 0.464. Faktor penguat yang berhubungan dengan perilaku penggunaan boraks adalah pembinaan, P= karena nilai P= 0.045, Odd Ratio (OR) = 2.528 (95% CI : 1.091- 5.858). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan pembinaan, 2.528 kali lebih untuk tidak menggunakan boraks dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan pembinaan. Dari hasil analisis multivariat secara keseluruhan, maka penggunaan boraks pada responden dapat diperkirakan dengan ketersediaan boraks dan pembinaan. Pembinaan akan menurunkan penggunaan boraks sebesar 2.198. Saran yang dapat diberikan yaitu, perlu dilakukan peningkatan pembinaan dan pemerintah mengawasi lebih ketat peredaran bahan makanan terlarang terutama boraks.
ABSTRACT
Borax is toxic to all cells. The effect on the body depends on the concentration achieved. Because the highest levels achieved on time excreted the kidney is the organ most affected compared to other organs. Borax fatal dose of between 0.1-0.5 g / kg body weight. Many case reports of poisoning hazard borax. The incidence of poisoning occur anywhere due to swallowing food insecure. Borax must be prevented because the content of toxcity. Explanation and awareness about the dangers of borax is indispensable because it is so easy consumer exposure through food contain borax

The main purpose of research is to determine the factors that affect the behavior of the use of borax from meatballs traders in South Tangerang City Year 2016. This study used a case control design with a sample size of 150 sellers who produce their own meatballs. This study was conducted in April-June, 2016. The results of this study showed no statistically significant association between the use of behavioral factors predipose with borax, namely the training variable has P value = 0,960, P value of knowledge = 0539, and P value of attitudes = 0.464. Reinforcing factors relating to the behavior of the use of borax is coaching, P value = 0.045, odds ratio (OR) = 2,528 (95% CI: 1091-5858). This indicates that respondents who receive coaching, 2,528 times more for not using borax compared with respondents who did not receive coaching. Multivariate analysis as a whole, then the use of borax in the respondent can be predicted by the availability of borax and coaching. Coaching will reduce the use of borax by 2.198. Advice can be given that, there should be an increase in guidance and tougher of government to monitor illicit circulation of foodstuffs especially borax
2016
T46111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library