Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Djamil Ibrahim
Abstrak :
ABSTRAK
Studi pergeseran kountur dengan metode proyeksi grating adalah merupakan metoda "straightforward" dengan menentukan 3 harga koordinat yang dipilih pada suatu tes obyek yang dibentuk oleh proyeksi jala (grating).

Dalam teknik ini, grating yang disebut "shadow projection type" moire topografi diganti dengan suatu bentuk grating mempunyai jala 2-3 cm. Tehnik ini, dapat diambil tiga koordinat dari titik penampang grating dengan menggunakan formula yang sama dalam teknik moire topografi. Dengan memperoleh tiga koordinat untuk setiap titik pada penampang, maka dapat ditentukan konkap dan konvek tanpa mengacu pada suatu "apriori konowledge". Dengan dikembangkan teknik ini dapat digunakan dalam orthopedik, khususnya mempelajari kontur tubuh.
ABSTRACT
The study grating countur shape method is a straightforward method which determines the three coordinate values of points selected on a test object to form a square mesh. In this technique, the grating of the so-called shadow projection type moire topography is replaced by a grating forming 2-3 cm square mesh. By this technique , we can obtain the three coordinates of the intersection point of the grating, using almost the same formula of moire topography. Because we can obtain three coordinates for each intersection point, we can determined the convexity and the concavity without referring to apriori knowledge. Based this technique, we applied in orthopedic especially to study a body contours.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Liem, Isabella Kurnia
Abstrak :
Perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya perlu dilakukan sebagai langkah pertama dalam memperkirakan tinggi badan pada kasus identifikasi atas mayat tak dikenal yang ditemukan dalam keadaan tidak lengkap (kasus mutilasi, berupa bagian-bagian kerangka atau fragmen-fragmen tulang). Penelitian perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Indonesia belum pernah dilaporkan, sehingga di lapangan digunakan rumusan yang dibuat berdasarkan penelitian-penelitian pada populasi lain dengan hasil yang kemungkinan kurang tepat. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian analitik-non eksperimental yang bertujuan memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Melayu (Deuteromalayid) Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap 454 tulang yang berasal dari 158 tulang femur (114 pria dan 44 wanita), 125 tulang tibia (90 pria dan 35 wanita), dan 169 tulang humerus (128 pria dan 41 wanita). Pada setiap tulang dilakukan pengukuran terhadap panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya berdasarkan definisi Steel. Kemudian dilakukan analisis mengenai perbedaan panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang terhadap panjang utuh tulangnya antara pria dan wanita, dan antara posisi lateral kanan dan kiri dengan uji ANOVA dua jalur, yang dilanjutkan dengan analisis regresi dan faktor multiplikasi untuk mencari hubungan di antara kedua parameter tersebut. Dan hasil analisis tersebut ditemukan bahwa: 1) panjang utuh dan panjang fragmen tulang femur, tibia dan humerus pria lebih panjang daripada wanita, kecuali fragmen T5 dan H3, 2) rasio panjang fragmen-fragmen tulang tibia (T2, T4 dan T5) dan humerus (HI dan H3) pria berbeda dengan wanita, tetapi pada tulang femur rasio tersebut antara pria dan wanita sama; 3) panjang utuh dan panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus kanan sama dengan kiri; 4) persamaan regresi dengan menggunakan prediktor panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan untuk memperkirakan panjang utuh tulangnya, kecuali fragmen T1 dan T5 pria dan wanita, dan H3 wanita; 5) faktor multiplikasi fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan memperkirakan panjang utuh tulangnya; 6) persamaan regresi lebih tepat dalam memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dan fragmen-fragmennya dibanding faktor multiplikasi, namun secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna.
Estimating Bone Length Of Femur, Tibia And Humerus From The Fragment Length In Indonesian Malay (Deuteromalayid) PopulationEstimating length from its fragment length is required as the first step in estimating stature for identification of incomplete unknown bodies (for example, in mutilation cases and in cases in which only parts of human skeletons or fragmented bone are found). The method for estimating bone length from its fragment length in Indonesian population has not been reported yet. Therefore, in the real case, the estimation of bone length is calculated based on the other population data that usually result on relatively inaccurate result. Based on that reason, an analitic-non-experimental research was executed to get better method for estimating bone length of femur, tibia and humerus from the fragment length in Indonesian Malay (Deuteromalayid) population. The examination was performed on 454 bones that consisted of 158 femur (114 males and 44 females), 125 tibia (90 males and 35 females), and 169 humerus (128 males and 41 females). The measurements of the complete bone lengths and their fragment lengths were based on Steel definition. The analysis of the differences between bone lengths, the fragment lengths and the ratio of the fragmented bone versus the bone length were done between males and females, and between right and left side with two way ANOVA analysis. The analysis was continued with the regression and multiplication factor analysis to find the relationship between these two parameters. The results showed: 1) the male's bone length of femur, tibia and humerus and the fragment length were longer than the female's, except T5 and 1-13 fragments, 2) the male's ratio of the fragmented bones of tibia (T2, T4, and T5) and humerus (HI and H3) to their total length were different from the female's, but for femur, the male's ratio was the same as the female's; 3) the bone length, fragments length and the ratio of the fragmented bone of femur, tibia and humerus on the right side were equal with the left side; 4) regression equations fragment of femur, tibia and humerus can be used for estimating the, bone length, except the male's dan female's T1 and T5 fragments, and the female's H3 fragmen; 5) multiplication factor of fragmented bone of femur, tibia and humerus can be used for estimating the bone length; 6) regression equation is more precise than multiplication factor in estimating the bone length from the fragment length, although, statisticaly, there are no significant differences.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Mudjiati
Abstrak :
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai oleh penurunan densisitas massa tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah, disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium pada usia muda. Secara tidak langsung, pengetahuan, sikap dan perilaku seorang individu berperan terhadap kebiasaan dalam mengkonsumsi kalsium. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku tentang asupan kalsium serta faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan desain Cross-sectional. Sebanyak 108 subyek telah di pilih secara random. Pada awal penelitian, subyek diminta mengisi identitas umum berupa nama, usia, asal pulau, pendidikan & pekerjaan orangtua, dan dilakukan pengukuran TB, BB, dan lingkar badan, kemudian subyek harus mengisi kuisioner pengetahuan, sikap dan perilaku tentang asupan kalsium. Di akhir penelitian, peneliti menganalisis seluruh data yang didapatkan dan mencari hubungan diantaranya. Sebanyak 76,9% responden memiliki pengetahuan baik, 84,3 % memiliki sikap positif dan 82,4% memiliki perilaku kurang. Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap tentang asupan kalsium (p > 0,05; fisher2 sided), dan antara pengetahuan dengan perilaku tentang asupan kalsium (p > 0,05; fisher2 sided). Namun untuk pengujian kategori sikap terhadap perilaku tentang asupan kalsium didapatkan hubungan bermakna (p < 0,05; fisher2 sided). Tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, dan asal daerah dengan pengetahuan tentang asupan kalsium (p>0,05; Chi Square), dan antara tingkat pendidikan orangtua dengan pengetahuan subyek tentang asupan kalsium (p>0,05; kolmogorov-Smirnov). Pengetahuan tentang asupan kalsium tidak memiliki hubungan bermakna dengan sikap dan perilaku terhadap asupan kalsium, sedangkan sikap tentang asupan kalsium memiliki hubungan bermakna dengan perilaku tentang asupan kalsium.
Osteoporosis is a bone disease which is characterized by the bone mass densisity that decreases and makes bones become brittle and easily broken. The reason behind this problem is because of the inadequate calcium intake during adolescence. Indirectly, knowledge, attitudes and behavior of an individual can contribute to the habit of calcium consumption. In this research, the researcher wanted to know the relationship between knowledge, attitudes and behaviors about calcium intake and related factors. This research design is cross-sectional and has 108 subjects who were chosen randomly. Subjects asked to fill their identity form that consists of name, age, gender, island of origin, parental education & occupation, their weight and height measured, then filled the questionnaires of knowledge, attitudes and behaviors about calcium intake. At the end, researcher analyzed subject data’s and was looking for the relationship between them.The number of students that has good knowledge are 83 people (76,9%), positive attitude are 91 people (84,3%), poor behavior are 89 people (82,4%). There was no significant relationship between knowledge with attitudes about calcium intake (p>0.05,Fishertest), and knowledge with behavior about calcium intake (p>0.05,Fishertest). But, there was significant relationship between attitudes with behavior about calcium intake (p <0.05, Fishertest). There was no relationship between age, gender, and island of origin with the knowledge about calcium intake (p>0.05,ChiSquare), and between parent’s education level with knowledge about calcium intake (p>0.05,Kolmogorov-Smirnov). Knowledge about calsium intake had no significant relationship with attitudes and behaviors of calcium intake, while attides about calsium intake have a meaningful relationship with the behavior of calcium intake.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Melda Silvia Sari
Abstrak :
Kandungan fitoestrogen dalam buah kacang panjang (Vigna unguiculata (L.) Walp.) dapat mencegah kehilangan massa tulang akibat defisiensi estrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiosteoporosis dari ekstrak etanol 70% buah kacang panjang berdasarkan jumlah sel osteoklas pada growth plate tulang trabekular tikus yang telah diovariektomi. Dalam penelitian ini dilakukan ovariektomi pada 30 ekor tikus putih betina dan pembedahan tanpa ovariektomi pada 6 ekor tikus betina lainnya. Tikus-tikus ini kemudian dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif yang mendapat CMC 0,5%, kelompok II sebagai kontrol positif yang mendapat larutan natrium alendronat dengan dosis 0,18 mg/200 g BB tikus, kelompok III, IV, dan V merupakan kelompok dosis yang diberikan ekstrak buah kacang panjang dengan dosis berturut-turut, 100; 200; dan 400 mg/200 g BB tikus yang disuspensikan dalam CMC 0,5%, dan kelompok VI sebagai kelompok sham diberikan CMC 0,5%. Pemberian perlakuan dimulai pada hari ke-21 pascaovariektomi dan diberikan perlakuan selama 28 hari. Pada hari ke-29 pasca pemberian ekstrak, tikus dikorbankan dan diukur berat uterusnya serta diambil tulang trabekularnya untuk dibuat menjadi suatu preparat histologi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah kacang panjang dapat digunakan sebagai agen antiosteoporosis dengan dosis optimum adalah dosis 100 mg/200 g BB tikus. ......The content of phytoestrogens in long bean (Vigna unguiculata (L.) Walp.) can prevent loss of bone mass caused by estrogen deficiency. This study aimed to determined the effect antiosteoporosis of 70% ethanolic extract of long bean based on the number of osteoclasts in trabecular bone growth plate that had been ovariectomized rats. Ovariectomy in this study conducted on 30 female white rats and surgery without ovariectomy in female rats 6 others. These rats were divided into 6 groups. Group I as a negative control group which received 0.5% CMC, group II as a positive control group who received a dose of sodium alendronate solution of 0.18 mg/200 g BW rats, group III, IV, and V is the dose given long bean extracts length with successive doses, 100; 200; and 400 mg/200 g BW rats suspended in 0.5% CMC, and the group VI as a sham group given 0.5% CMC. Provision of treatment started at day-21 pascaovariektomi and given treatment for 28 days. On day 29 after received the extract, the rats were sacrificed and uterus weight were measured and taken his trabecular to be made into a histological preparations. This study showed that administration of long bean extract can be used as an antiosteoporosis agent, the optimum dose is the dose of 100 mg/200 g BW rats.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43445
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This book describes the basics of bone biology and of the immune system and provides insight into the molecular mechanisms of bone diseases. In addition, clinical data is presented and put into context with the newest research findings.
Wien: Springer, 2012
e20417999
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
IB Wiweka Sastrawan
Abstrak :
Latar belakang : Tindakan untuk mencegah hilangnya tulang dan melindungi arsitektur tulang belum menjadi bagian dari manajemen stroke sampai saat ini. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian dimana sebagian besar pasien stroke akan mengalami komplikasi (hemiparesis). Perjalanan klinis dari stroke dengan hemiparesis/hemiplegi merupakan predisposisi untuk terjadinya gangguan pada fisiologi tulang sehingga menyebabkan terjadinya reduksi dini pada densitas tulang. Oleh sebab itu kami melakukan penelitian untuk melihat densitas massa tulang pada pasien pasca stroke. Tujuan : Mengetahui gambaran densitas massa tulang pada pasien pasca stroke, perbedaan densitas massa tulang pada sisi yang lumpuh dan yang tidak lumpuh dan mengetahui korelasi antara derajat kekuatan motorik dengan penurunan densitas massa tulang. Metodologi : Studi potong lintang dengan membandingkan densitas tulang femoral neck sisi yang lumpuh dengan sisi yang tidak lumpuh dan dilakukan uji korelasi untuk mengetahui korelasi antara derajat kekuatan motorik dengan penurunan densitas tulang. Hasil : Dari 35 sampel yang terkumpul, didapatkan median usia 59 tahun, median IMT 22,22 kg/M2 median kadar kalsium serum 9,10 mg/dL dan median kekuatan motorik yang lumpuh adalah 3. Rerata densitas tulang femoral neck sisi yang lumpuh adalah 0,822 gr/cm2 'Didapatkan perbedaan yang bermakna antara rerata densitas tulang femoral neck sisi yang lumpuh dengan yang tidak lumpuh ( p=0,001 ). Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kekuatan motorik sisi yang lumpuh dengan densitas tulang femoral neck sisi yang lumpuh (r= 0,166; p=0,340). Kesimpulan : Rerata densitas tulang femoral neck sisi yang Iumpuh sebesar :0,822 gr/cm2 Didapatkan rerata densitas tulang femoral neck yang lebih rendah pada sisi yang lumpuh dibandingkan sisi yang tidak lumpuh sedangkan korelasi antara kekuatan motorik dengan densitas tuiang femoral neck belum dapat dibuktikan.
Backgrounds: Bone loss prevention and bone architectural protection have not been established as a part of stroke management so far. Stroke is a major cause of disability and mortality because most of stroke patient will have complication (hemi paretic). Clinical history of hemi paretic/ hemiplegics stroke disturbs the bone physiology that will cause early reduction of bone mass density. Therefore, we conduct this study to observe the bone mass density in post-stroke patient. Objective: To recognize the profile of bone mass density in post-stroke patient, the difference of bone mass density in immobilized part. Compared to the normal part as well as the correlation between the grade of motor strength and the reduction of bone mass density. Methods: A cross sectional study comparing bone mass density of neck femoral in immobilized part and normal part has been conducted. In addition, a correlation test to recognize the correlation between the grade of motor strength and the reduction of bone mass density was also conducted. Result: The median age of 35 samples collected was 59 years, median IMT was 22.22 kg/M2 median of calcium serum level 9.10 mg/dL and the median of motor strength of immobilized part was 3. Mean of bone density in immobilized neck femoral was 0.822 g/cm2. We found a significant difference between mean of bone density in immobilized femoral neck compared to normal (p = 0.001). There was no significant correlation between immobilized motor strength and bone density of immobilized femoral neck (r = 0.166; p = 0.340), but greater motor strength has a greater mean of bone density. Conclusion: Mean of bone density in immobilized femoral neck is 0.822 g/cm2. We found a lower mean of bone density in immobilized femoral neck compared to the normal part while the correlation between motor strength and bone density of femoral neck has not been established.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elin Hertiana
Abstrak :
Densitas tulang adalah jumlah kandungan mineral per cm2 tulang, dibedakan menjadi 3 yaitu normal, osteopenia, dan osteoporosis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui risiko kegoyangan gigi melalui analisis densitas tulang. Diasumsikan bahwa densitas tulang rendah yang berhubungan dengan osteopenia/osteoporosis dapat berpengaruh secara langsung pada mikroarsitektur tulang alveolar, dan menyebabkan kegoyangan gigi. Subjek terdiri dari 22 pria dan 56 wanita berusia ≥ 50 tahun. Pengukuran densitas tulang mandibula dilakukan dengan radiograf panoramik dan periapikal DDIR (direct digital intraoral radiograph). Pengukuran densitas tulang skeletal dilakukan dengan QUS (Quantitative Ultrasound). Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara kebersihan mulut dan densitas tulang skeletal dengan kegoyangan gigi (p= 0,000, p=0,035, berturut-turut) serta diperoleh indeks perkiraan kegoyangan ≥50% dari seluruh gigi di mandibula. ...... Bone mineral density is the amount of bone mineral content in cm2. It can be classified into normal, osteopenia, and osteoporosis. This study was conducted to determine the risk assessment of tooth mobility through bone density analysis. Low bone density, which is associated with osteopenia / osteoporosis can affect directly the alveolar bone microarchitecture, and cause tooth mobility. The subjects consisting of 22 men and 56 women aged ≥ 50 years. Mandibular bone density measurements done by panoramic radiographs and periapical DDIR (direct digital intraoral radiograph). Bone mineral density measurement was performed with QUS (Quantitative Ultrasound). The result showed that there is a relationship between oral hygiene and bone mineral density with tooth mobility (p = 0.000, p = 0.035, respectively) and an index was formulated to estimate mobility of ≥ 50% out of teeth in mandible.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oryza Satria
Abstrak :
[ABSTRAK
Pada fraktur pelvis tidak stabil yang disertai dengan fraktur vertikal sakrum (AO Tipe C1.3) terdapat instabilitas terhadap gaya shearing aksial yang besar. Fiksasi pada fraktur tersebut harus memberikan kekuatan biomekanik yang baik dan minimal invasif. Penempatan sekrup iliosakral (SIS) di S1-S3 secara divergen dapat meningkatkan kekuatan biomekanik terutama kekakuan translasi. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kekuatan biomekanik SIS S1-S3 dan sekrup pubis (PS) dibandingkan konfigurasi fiksasi lain untuk memberikan solusi konfigurasi fiksasi baru pada fraktur pelvis AO Tipe C1.3. Simulasi fraktur pelvis dibuat dengan fraktur ramus pubis superior, inferior, dan fraktur vertikal sakrum ipsilateral (AO tipe C1.3) pada tulang sintetik Synbone®. Enam kombinasi fikasi yaitu Tension Band Plate (TBP)+PS, TBP+plat symphysis (SP), SIS S1-S2+PS, SIS S1-S2+SP, SIS S1-S3+PS, SIS S1-S3+SP diuji dengan diberikan beban aksial menggunakan mesin kompresi Tensilon® sampai titik kegagalan fiksasi sebesar ≥2 mm atau ≥20, kemudian dievaluasi kekakuan translasi, kekakuan rotasi, dan titik kegagalan fiksasi. Analisis statistik dilakukan dengan uji ANOVA dilanjutkan dengan uji post-hoc Bonferroni Dari hasil uji biomekanik didapatkan kelompok fiksasi SIS S1-S3+PS memiliki kekakuan translasi, kekakuan rotasi, dan titik kegagalan fiksasi tertinggi (830,36 N/mm, 599,68 N/°, dan 1522,20 N) terhadap beban aksial. Fiksasi SIS di S1-S3 dan sekrup pubis merupakan fiksasi terbaik untuk fraktur pelvis tidak stabil dengan fraktur vertikal sakrum karena mempunyai properti biomekanik yang baik dan secara klinis fiksasi ini memberikan keuntungan prosedur yang minimal invasif dan pasien dapat mobilisasi segera sehingga mengurangi komplikasi postoperatif.
ABSTRACT
In unstable pelvic fracture with vertical sacral fracture (AO Type C1.3), there are tremendous instability towards axial shearing load. Ideally, the fixation should provide good biomechanical properties and minimal invasive. Divergent Iliosacral screw (ISS) placement on S1-S3 could enhance biomechanical strength. The purpose of this research was to evaluate the biomechanical properties of ISS S1-S3 and pubic screw (PS) compared to other configuration to provide solution for new configuration of fixation in AO Type C1.3 pelvic fracture. A simulation of pelvic fracture was created on superior and inferior pubic rami, and ipsilateral vertical sacral fracture (AO Type C1.3) on a synthetic bone (Synbone®). Six fixation combination including tension band plate (TBP)+PS, TBP+symphyseal plate (SP), ISS S1-S2+PS, ISS S1-S2+SP, ISS S1-S3+PS, ISS S1-S3+SP were tested using compression machine Tensilon® until failure point defined by ≥2 mm or ≥20 displacement was met. Translational stiffness, rotational stiffness and load to failure were evaluated. Statistical analysis was performed with ANOVA test followed by Bonferroni post hoc-test. From biomechanical test, fixation using ISS S1-S3+PS had the highest translational stiffness, rotational stiffness, and load to failure (830,36 N/mm, 599,68 N/°, and 1522,20 N respectively) toward axial load. Fixation by ISS S1-S3+PS was the best configuration in unstable pelvic fracture with vertical sacral fracture due to its good biomechanical strength, minimal invasiveness which renders early immobilization for patients hence decreasing postoperative complications., In unstable pelvic fracture with vertical sacral fracture (AO Type C1.3), there are tremendous instability towards axial shearing load. Ideally, the fixation should provide good biomechanical properties and minimal invasive. Divergent Iliosacral screw (ISS) placement on S1-S3 could enhance biomechanical strength. The purpose of this research was to evaluate the biomechanical properties of ISS S1-S3 and pubic screw (PS) compared to other configuration to provide solution for new configuration of fixation in AO Type C1.3 pelvic fracture. A simulation of pelvic fracture was created on superior and inferior pubic rami, and ipsilateral vertical sacral fracture (AO Type C1.3) on a synthetic bone (Synbone®). Six fixation combination including tension band plate (TBP)+PS, TBP+symphyseal plate (SP), ISS S1-S2+PS, ISS S1-S2+SP, ISS S1-S3+PS, ISS S1-S3+SP were tested using compression machine Tensilon® until failure point defined by ≥2 mm or ≥20 displacement was met. Translational stiffness, rotational stiffness and load to failure were evaluated. Statistical analysis was performed with ANOVA test followed by Bonferroni post hoc-test. From biomechanical test, fixation using ISS S1-S3+PS had the highest translational stiffness, rotational stiffness, and load to failure (830,36 N/mm, 599,68 N/°, and 1522,20 N respectively) toward axial load. Fixation by ISS S1-S3+PS was the best configuration in unstable pelvic fracture with vertical sacral fracture due to its good biomechanical strength, minimal invasiveness which renders early immobilization for patients hence decreasing postoperative complications.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Olvariani
Abstrak :
ABSTRAK
Penurunan bone mass density merupakan salah satu dampak negatif timbal. Timbal dapat ditemukan pada lindi hasil penguraian dari timbunan sampah secara open dumping. TPA Namo Bintang sudah tutup tahun 2013 tapi diperkirakan proses penguraian masih berlangsung sampai saat ini sehingga timbal dalam lindi menjadi faktor risiko untuk masyarakat yang tinggal disekitar tempat pembuangan akhir sampah tersebut. Tujuan: Untuk menganalis pengaruh timbal terhadap densitas tulang. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Data yang dikumpulkan di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Indonesia berjumlah 96 orang responden yang umurnya >18. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran. Umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh, olahraga, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, frekuensi konsumsi makanan pencegah osteoporosis, konsumsi kopi dikumpulkan dengan interview sedangkan BMD diukur dengan Densitometer QUS (Quantitative Ultra Sound) dan kadar timbal diukur dengan Atomic Absorption Spectroscopy. Hasil: Sejumlah 24% responden memiliki kadar timbal tinggi, dan sebanyak 49% mengalami osteoporosis. Osteoporosis dipengaruhi oleh umur (p=0,008) dan konsumsi susu (p=0,002). Faktor yang mempengaruhi bone mass density adalah umur dan konsumsi susu, sedangkan timbal tidak berhubungan. Saran: Osteoporosis dapat cegah dengan melakukan pola hidup sehat seperti olah raga dan konsumsi makanan yang mengandung kalsium.
ABSTRACT
The reduction of bone mass density is one of the negative impacts of lead. Lead can be found in decomposition of garbage piles at open dumping. TPA Namo Bintang had closed in 2013 but estimated that the decomposition process is still ongoing so that lead in leachate is a risk factor for people who lived around the landfill. Objective: To analyze the influence of lead against bone density. Method: This study used cross sectional design. Data collected in Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Indonesia amounted to 96 respondents who age > 18. Data collection was done by interviewed and measurement. Age, sex, body mass index, exercise, smoking habit, alcohol consumption, frequency of osteoporotic prevention food consumption, and coffee consumption was collected by interviewed while BMD was measured by QUS Densitometer (Quantitative Ultra Sound) and Lead Blood Level measured by Atomic Absorption Spectroscopy. Results: 24% of respondents had high lead levels, and 49% had osteoporosis. Osteoporosis was affected by age (p = 0.008) and milk consumption as osteoporotic prevention food (p = 0.002). Factors affecting bone mass density were age and milk consumption, while lead was unrelated. Suggestions: Osteoporosis can be prevented by healthy lifestyle such as exercise and consumption of foods contains calcium.
2017
T48555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Masita Hayati
Abstrak :
Latar belakang dan tujuan: Angka kejadian osteoporosis di Indonesia cukup tinggi disertai peningkatan risiko patah tulang terutama pada wanita. Pemeriksaan kepadatan massa tulang dengan DXA merupakan baku emas dalam mendiagnosis osteoporosis dan memperkirakan risiko patah tulang berdasarkan nilai T-score, namun ketersediaan perangkat DXA di Indonesia masih terbatas. Rasio ketebalan korteks merupakan salah satu parameter sederhana, objektif, dan mudah diterapkan dengan menggunakan radiografi konvensional yang berguna untuk memperkirakan kepadatan massa tulang, namun perlu dibuktikan korelasinya dengan nilai T-score. Metode: Uji korelatif dengan pendekatan potong lintang pada nilai rasio ketebalan korteks radius distal menggunakan radiografi konvensional dan T-scoreradius distal menggunakan DXA berdasarkan database populasi Asia, terhadap 40 subjek penelitian, menggunakan data sekunder dalam kurun waktu November 2016 sampai April 2017. Hasil: Dengan uji korelasi Pearson, didapatkan nilai p<0,05 dan r=0,39 antara nilai rasio ketebalan korteks radius distal menggunakan radiografi konvensional dan T-score radius distal menggunakan DXA. Kesimpulan: Terdapat korelasi positif yang lemah antara nilai rasio ketebalan korteks radius distal menggunakan radiografi konvensional dan T-score radius distal menggunakan DXA. ...... Background and Objective: The prevalence of osteoporosis in Indonesia is high with increased risk of fractures, especially in women. Examination of bone density by DXA is the gold standard in the diagnosis of osteoporosis and predicts fracture risk based on the T-score, but the availability of DXA devices in Indonesia is very limited. The cortical thickness ratio is a simple, objective parameter, and easily applied to conventional radiography in estimating bone density, but needs to be proven its correlation with the T-score. Methods: A cross sectional correlation study between the cortical thicknessratio of distal radius by conventional radiography and T-score of distal radius by DXA based on population database in Asia, conducted in 40 subjects in the period of November 2016 toApril 2017. Results :With the Pearson correlation test, there is a significant correlation (p < 0.05 and r = 0.39) between the cortical thickness ratio of distal radiusby conventional radiography and T-score of distal radius by DXA. Conclutions: There is a weak positive correlation betweenthe corticalthickness ratio of distal radius by conventional radiography and T-score of distal radius by DXA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>