Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hertog Nursanyoto
Abstrak :
Masalah gizi mutakhir di Indonesia mempunyai fenomena unik dan disebut sebagai double burden in health problem karena ditandai oleh dua masalah yang berbeda yang terjadi pada saat bersamaan. Sementara penyakit infeksi akibat kekurangan gizi belum sepenuhnya dapat diatasi, pada saat yang sama penyakit degeneratif akibat kelebihan gizi mulai meningkat secara tajam. Salah satu masalah gizi lebih yang menjadi sorotan pada dewasa ini adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Secara umum penyakit ini didefinisikan sebagai gangguan akibat adanya penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) dan secara spesifik ditandai dengan adanya kelainan metabolisme lipoprotein. Diantara berbagai faktor etiologi yang teridentifikasi sebagai faktor risiko, terdapat enam faktor yang dianggap memiliki kontribusi penting. Keenam faktor tersebut menarik untuk dikaji iebih lanjut, karena memiliki akronim yang bisa dipakai sebagai slogan untuk pencegahan risiko. Oleh Hamilton faktor risiko ini dibuat menjadi matriks H.E.A.L.T.H yang merupakan singkatan mnemonik dari [H]eredity, [E]xercise, [A]ges, [L]bs, [T]obacco dan [H]abits of fat consumption. Penelitian bertujuan untuk menganalisis model hubungan yang terjadi antara faktor risiko pada matriks H.E.A.L.T.H dan peningkatan kadar kolesterol plasma. Diharapkan model hubungan ini dapat diaplikasikan sebagai bahan pertimbangan bagi terapi pencegahan aterosklerosis, karena dengan diketahuinya model hubungan yang terjadi dapat dirancang suatu tindakan preventif untuk mengurangi besarnya risiko dari masing-masing faktor. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel penduduk usia dewasa ( _> 18 tahun) yang berte mpat tinggal di kotamadya Denpasar. Analisis data dilakukan dengan strategi model regressi linier berganda dengan menempatkan kadar kolesterol plasma sebagai variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis diperoleh gambaran bahwa diantara keenam faktor yang ada dalam matriks H.E.A.L.T.H., faktor [H]eredity dengan OR 4,375(95% CI : 2,149-8,908) dan faktor {ff]abits of fat consumption dengan OR 3,038(95% CI : 1,317-7,009) merupakan kandidat terkuat sebagai determinant factor. Kedua faktor tersebut memiliki kontribusi yang dominan dalam model untuk menerangkan pola hubungan antara matriks H.E.A.L.T.H. dan hiperkolesterolemia Jana keberadaan keduanya sekaligus pada individu akanmemberi efek interaksi yang sinergis dalam mempertinggi risiko ateroskerosis. Faktor [E]xercise dan [L]bs pada dasarnya merupakan faktor yang mengukur gejala yang sama. Secara statistik keduanya memiliki hubungan linier dengan [E]xereise sebagai prediktor. Atau dengan kata lain [L]bs memang merupakan indikator dari level [E]xercise individu. Penyertaan keduanya didalam model akan menimbulkan gejala kolinieritas sehingga menghasilkan model yang over parameter. Dengan pertimbangan praktis di lapangan, penyertaan faktor [L]bs akan menghasilkan model yang lebih balk (well formulated model) dibandingkan penyertaan faktor [E]xercise ke dalam model. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol plasma dan matriks H.E.A.L.T.H. ternyata menghasilkan matriks rumusan yang sederhana dan dapat digunakan secara self asessment untuk mengukur risiko aterosklerosis individu. Meski demikian, sebelum diaplikasikan secara meluas, masih diperlukan penelitian gold standard untuk mengukur sensitifitas dan spesifisitas dan matriks rumusan tersebut, agar secarapositifdapat diprediksi peluang terj adinya aterosklerosis, jika berdasarkan rumusan matriks H.E.A.L.T.H. individu dinyatakan sebagai kelompok yang berisiko.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melly Juliawati Haliman
Abstrak :
Gangguan sirkulasi sering menimbulkan penyakit dengan angka kematian yang tinggi. D Indonesia gangguan sirkulasi sudah merupakan masaiah utama kesehatan Peningkatan kekentalan atau viskositas darah dapat merupakan penyebab langsung kegagalan sirkulasi Dengan semakin banyaknya kematian disebabkan oleh gangguan sirkulasi maka diperkirakan dimasa yang akan datang di Indonesia permintaan pemeriksaan rheologi seperti viskositas akan semakin meningkat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi viskometer yang dimilik Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCM sebelum dapat digunakan untuk kepentingan diagnosis dan mengikuti perkembangan suatu penyakit serta menetapkan nilai rujukan viskositas darah, plasma dan serum Selain itu juga dilakukan uji korelası dan dan uji regresi untuk mengetahui faktor-taktor seluler dan non seluler mana yang paling mempengaruhi viskositas darah dan faktor non seluler mana yang paling mempengaruhi viskositas plasma dan serum Subyek penelitian adalah 139 subyek berasal dari mahasiswa dan penderita yang memeriksakan darahnya di Laboratorium Patolog Klinik FKUI-RSCM Pada subyek tersebut dilakukan uji korelasi dan regresi antara viskositas darah, plasma dan serum dengan parameter seluler dan non seluler Khusus untuk uj korelasi antara viskositas darah dengan vanabel bebas dilakukan uji korelasi parsial dengan melakukan kontrol terhadap variabel yang pengaruhnya pada viskositas darah paling besar yaitu Ht, Hb dan jumlah eritrosit Dari 139 subyek di atas diambil 20 subyek pria dan 20 subyek wanita baik yang memenuhi kriteria untuk dilakukan penetapan nilai rujukan viskositas darah, plasma dan serum Didapatkan hasil uji ketelitian dan ketepatan viskometer Brookfield LVDV-III Didapatkan nilai rujukan viskositas darah pada pria 3 77- 497 mPa s dan pada wanita 3.36-4 20 nilai rujukan viskositas plasma pada pria dan wanita sama yaitu 1 38-1 70 mPa s. Didapatkan mPa s, Sedangkan nilai rujukan viskositas serum pria lebih tinggi dani wanita yaitu 1 18-1 54 vs 1.19- 1.43. Pada uji korelasi bivariat didapatkan korelasi antara viskositas darah Hb (r =0.8281. p 0.000), Ht (r = 0.8358, p = 0.000), hitung enitrosit (r = 0.7454, p=0000) Sedangkan pada uji korelasi parsial setelah dilakukan kontrol terhadap Ht Hb dan entrosit didapatkan korelasi antara viskositas darah dengan log. hitung leukosit (r = 0.3694, p = 0.000), log LED (r = 0.3575, p 0 000), log. hitung trombosit (r= 0.2340, p= 0 006), log trigliserida (r = 0.3707, p = 0 000), log K total (r 0.3331, p = 0.000), K LDL (r = 0 2812, p = 0.001), protein total ( r 0 1981, p 0.021) globulin (r = 0.2598, p 0.002, log glukosa (r = 0 2462, p 0 004), asam urat (r = 0.2667, p= 0.002) dan log fibrinogen ( r = 0 4387, p = 0.000) Pada uji korelasi bivariat didapatkan korelasi antara viskositas plasma dengan log fibrinogen (r = 0.2705 p = 0.001), protein total (r= 0.2362. p = 0.005 dan globulin (r = 0.2420, p = 0.004). Pada uji korelasi bivarial didapatkan korelasi antara viskositas serum dengan protein total (r = 0.1786, p = 0.035) dan log trigliserida (r = 0.2037, p= 0.016). Pada uji regresi ganda bertahap didapatkan viskositas darah dipengaruhi oleh Ht, log hitung leukosit, log fibrinogen, albumin dan log trigliserida dengan R² persamaan 077 Pada regresi ganda bertahap didapatkan viskositas plasma dipengaruhi oleh log fibrinogen dan protein total denga R persamaan 0.11. Pada uji regresi ganda bertahap didapatkan viskositas serum hanya dipengaruhi oleh log trigliserida dengan R² persamaan hanya 0.04. Dari hasi uji korelasi tampak bahwa faktor seluler terpenting yang mempengaruhi viskositas darah adalah eritrosit (Ht, r = 0.8358) sedangkan faktor non seluler terpenting yang mempengaruhi viskositas darah adalah log fibrinogen (r = 0.4367). Faktor terpenting yang mempengaruhi viskositas plasma adalah log fibrinogen (r = 0.2705) dan faktor terpenting yang mempengaruhi viskositas serum adalah log triglisenda (r = 0.2037) Sebagai kesimpulan didapatkan korelasi yang baik antara viskositas darah dengan Ht dan Hb dan korelasi sedang antara viskositas darah dengan jumlah eritrosit. Didapatkan korelasi lemah antara viskositas darah dengan log jumlah leukosit, log LED, log jumlah trombosit. log trigliserida, log K total, K LDL, log fibrinogen, protein total, globulin, log glukosa dan asam urat. Didapatkan korelasi lemah antara viskositas plasma dengan log fibrinogen, protein total dan log traglisenda Didapatkan kontribusi Ht, log. leukosit, log fibrinogen, albumin dan log trigliserida pada viskositas darah. Didapatkan kontribusi log fibrinogen dan protein total pada viskositas plasma Didapatkan kontribusi log trigliserida pada viskositas serum.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ziyan Muhammad Aqsha
Abstrak :
Teknologi micromixing telah mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Micromixer merupakan salah satu komponen penting dalam sistem mikrofluida terintegrasi untuk aplikasi kimia, biologi, dan medis. Pencampuran yang homogen dan cepat dalam skala mikro menjadi tantangan tersendiri dalam dunia medis, contohnya pada pencampuran plasma darah. Plasma yang dianalisis pada penelitian ini adalah plasma darah dan air destilasi. Proses dilakukan secara passive mixing yang didasarkan pada struktur saluran mikro untuk meningkatkan difusi molekul untuk pencampuran yang efisien. Bentuk panah dipilih sebagai desain micromixer karena memiliki kinerja pencampuran yang lebih baik daripada bentuk T dan Y. Jenis-jenis rintangan juga digunakan untuk meningkatkan proses pencampuran meliputi bentuk berlian, lingkaran, elips, segitiga ke dalam, dan segitiga ke luar. Simulasi dilakukan pada software COMSOL Multiphysics versi 5.6. Hasil penelitian menunjukan hasil pencampuran yang lebih baik untuk desain micromixer dengan rintangan. Bilangan Reynold juga diperoleh untuk setiap desain, dimana semakin tinggi nilai Reynold maka pencampuran mendekati aliran turbulen. Rintangan dengan bilangan Reynold tertinggi dicapai oleh desain dengan rintangan segitiga ke dalam dengan nilai 9,4326. Kemudian diikuti desain dengan rintangan elips dengan nilai 9,4322 , lalu tanpa rintangan yaitu 9,4309, setelah itu segitiga ke luar dengan nilai 9,4006 , dan terakhir bilangan Reynold terendah adalah desain dengan rintangan berlian yaitu 9,2514. ......Micromixing technology has experienced rapid development in recent years. The micromixer is an important component in an integrated microfluidic system for chemical, biological, and medical applications. Homogeneous and fast mixing on a micro scale is a challenge in the medical world, for example in mixing blood plasma. The samples analyzed in this study were blood plasma and distilled water. The process is carried out by passive mixing which is based on a microchannel structure to enhance the diffusion of molecules for efficient mixing. The arrow shape was chosen as the micromixer design because it has a better blending performance than the T and Y shapes. The types of barriers also used to improve the mixing process include diamond, circle, ellipse, triangle inside, and triangle outside shapes. The simulation was carried out on COMSOL Multiphysics software version 5.6. The results showed better mixing results for the micromixer design with obstacles. Reynolds number is also obtained for each design, where the higher the Reynolds value, the closer the mixing is to turbulent flow. The obstacle with the highest Reynolds number was achieved by a design with an inward triangular resistance with a value of 9.4326. Then followed by elliptical obstacles with a value of 9.4322 , then without obstacles that is 9.4309, after that the outward triangle with a value of 9.4006 , and finally the lowest Reynolds number is a design with a resistance of 9.2514.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumi Hudiyono PWS
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian uji aktivitas antikoagulan dari isolat dan ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata). Komponen utama tanaman ini telah berhasil diisolasi dengan gabungan cara perkolasi dengan pelarut metanol dan eter, teknik kromatografi dan kristalisasi. Isolat yang diperoleh berupa kristal putih dengan titik leleh 129,6-131°C. Analisis dengan FT-IR dan GC-MS serta membandingkan pola fragmentasi dengan pustaka data base alat tersebut menunjukkan bahwa kristal ini adalah Andrografolid. Senyawa ini mempunyai kerangka struktur yang sama dengan senyawa pinusolid dan asam pinusolidat yang diketahui mempunyai aktivitas antikoagulan. Berdasarkan pendekatan kemiripan struktur tersebut, maka diharapkan bahwa tipe senyawa andrografolid baik natural maupun modifikasinya akan mempunyai keaktivan yang sama. Penjajagan uji LD-50 senyawa andrografolid dengan dosis 0,8 mg/10 g bb. Mencit tidak menunjukkan sifat toksis. Berdasarkan Handa & Sharma diketahui bahwa LD-50 senyawa ini adalah 114,6 mg/10 bb dan dikelompokkan sebagai bahan yang Practically Non Toxic (PNT). Uji aktivitas antikoagulan dilakukan secara in-vitro menggunakan tikus putih strain Spraque Dawley dengan rancangan acak lengkap 6 kali perlakukan dengan 5 kali pengulangan. Masing-masing kelompok diperlakukan secara acak dengan 0,5 ml/100 g bb. akuades; 60 U/100g bb heparin; 5 mg da 10 mg/100 g bb. andrografolid; serta 42,5 mg dan 85 mg/100g bb ekstraks metanol atau eter, dimana jumlah volume pemberiannya adalah 0,5 ml/100 g bb. Sampel darah tikus diambil setelah 2 atau 4 jam perlakuan, selanjutnya ditentukan waktu bekunya. Data pengamatan masing-masing kelompok selanjutnya diuji dengan ANOVA satu arah yang menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan kecuali untuk kelompok perlakuan ekstraks eter selama 2 jam. Analisis lebih lanjut dengan Perbandingan Ganda menunjukkan bahwa perbedaan terjadi antara heparin dengan perlakuan lain tetapi tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan lain. Uji lebih lanjut dengan ANOVA dengan tidak memperhatikan perlakuan heparin menunjukkan adanya beda nyata terhadap perbedaan waktu untuk ekstraks metanol. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan ada komponen aktif lain yang terdapat pada ekstraks tersebut. Uji selanjutnya untuk tahap penelitian II terhadap neo-andrografolid, maupun senyawa hasil transformasi andrografolid akan memungkinkan didapatkannya senyawa yang mempunyai aktivitas antikoagulan yang baik. Keberhasilan penelitian ini akan memberi arti yang penting tentang manfaat tumbuhan berkhasiat dari tanaman obat yang banyak terdapat di Indonesia.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Soleh Kosela
Abstrak :
ABSTRAK
Sambiloto atau Andrographis paniculata adalah tumbuhan obat yang telah diketahui mengandung senyawa andrografolid dan neoandrografolid. Kedua senyawa ini mempunyai bentuk kerangka struktur yang sama dengan senyawa pinusolid dan asam pinusolidat yang merupakan senyawa hasil isolasi dari tumbuhan Biota orientalis yang mempunyai aktivitas sebagai "platelet anti-aggregating". Pendekatan kemiripan struktur ini dipakai sebagai dasar hipotesis ditemukannya senyawa yang berkhasiat sebagai "platelet anti-aggregating".

Tujuan pokok penelitian adalah modifikasi struktur dari tipe senyawa andrografolid ke arah senyawa yang mempunyai aktivitas platelet antiaggregating lantikoagulan yang tinggi. Untuk pembuktian hipotesis dilakukan serangkaian tahapan kerja yaitu isolasilekstraksi, uji fitokimia, pemumian, analisis spektroskopi, transformasi molekul, uji toksisitas, dan uji aktivitas.

Kegunaan dari penelitian dapat memberikan informasi tentang arti dan manfaat tumbuhan berkhasiat obat serta memperluas pengetahuan tentang hubungan struktur dan aktivitas sehingga dapat ditemukan senyawa unggulan yang mempunyai aktivitas tinggi sebagai platelet anti-aggregating lantikoagulan. Metoda yang dipakai pada penelitian ini adalah metoda eksperimental in-vitro dilaboratorium.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sumi Hudiyono PWS
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian uji aktivitas anti agregasi trombosit dari andrografolid yang diisolasi dari daun sambiloto (Andrographis paniculata) serta produk transformasinya (oksidasi dan esterifikasi). Isolasi komponen utama dengan gabungan cara maserasi, perkolasi, dan sokietasi dengan pelarut metanol dan dilanjutkan dengan teknik kromatografi dan kristalisasi diperoleh suatu kristal putih dengan titik leleh 129,6- 131°C. Analisis dengan FT-IR, 1H-NMR, 13C-NMR dan GC-MS menunjukkan bahwa kristal tersebut adalah senyawa Andrografolid. Rendemen isolasi andrografolid bergantung cara mengisolasinya, hasil yang diperoleh adalah sebanyak 0,56% (cara maserasi-perkolasi) dan 0,78% (sokletasi).

Transformasi dilakukan dengan cara mengoksidasi dengan pereaksi Jones - serta esterifikasi langsung andrografolid nya. Esterifikasi tidak dilakukan terhadap produk oksidasinya karena hasil transformasi pertama tersebut tidak cukup untuk ditransformasi kembali serta untuk uji yang harus dilakukan. oksidasi andrografolid dengan cara Jones menyebabkan gugus OH nya berubah menjadi keton untuk alkohol sekunder dan menjadi asam karboksilat untuk alkohol primer. namun tidak memecahkan cincin laktonnya.

Studi kestabilan andrografolid sebagai komponen aktif bahan obat dilakukan terhadap perubahan temperatur maupun kondisi pH. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga konstanta hidrolisis (k) meningkat dengan kenaikan temperatur dan pH > 9,0.

Uji toksdisitas menggunakan mencit dan Brine Shrimp (Artemia saliva) menunjukkan bahwa andrografolid termasuk senyawa yang tidak toksik. Berdasarkan uji larva tersebut diperoleh angka. LD50 sebesar 128,82 ppm (andrografolid), LD50 sebesar 165,96 ppm (hasil oksidasi). Sedangkan untuk senyawa hasil esterifikasi LD50 yang diperoleh sebesar 19,50 ppm. Batas toksis uji toksisitas menggunakan larva Artiva saliva adalah sebesar 30 ppm dengan demikian hanya senyawa hasil benzoilisasi yang dianggap toksis.

Uji aktivitas anti agregasi trombosit terhadap andrografolid dan senyawa hasil transformasinya menunjukkan adanya aktivitas yang meningkat dengan bertambahnya kadar yang ditambahkan, Uji secara in vivo menggunakan kelinci percobaan memberikan IC50 = 55,36 mg/kg bb. Sedangkan uji in vitro menggunakan serum darah manusia (PRP : Platelet Rich Plasma) memberikan IC50 = 626,7 .tM (andrografolid); 4968,7 p.M (hasil oksidasi) dan 5180.9 µM (hasil esterifikasi). Namun demikian hasil uji menunjukkan bahwa variasi hasil cukup tinggi baik antar pengulangan maupun antar sukarelawan (asal sampel darah) pada studi in-vitro. Demikian juga pengamatan studi in-vivo dengan kelinci, terutama karena kebutuhan darah uji yang cukup banyak. Dengan uji ini ditunjukkan bahwa penambahan ADP yang optimal adalah 10 p.M.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan masih banyak potensi lain dari tanaman obat yang banyak terdapat di Indonesia tidak hanya digunakan sebagai jamu tradisional saja. Dengan cara mengisolasi komponen aktif dan jika perlu mentransformasinya maka akan dapat diperoleh manfaat yang lebih baik sebagai sedian bahan obat alternatif atau bahkan obat modern.
ABSTRACT
Andrographolide is the mean compound of Andrographis paniculata Nees. It has a similar backbone structure to the pinusolide and pinusolidic acid isolated from Biota orientalis that reported has an antiplatelet aggregation activity. Adrographolide was isolated from the methanol fraction (0.78 % yield) and then identified spectrometrically by IR, NMR (H, '3C) and MS.

Antiaggregation thrombotic activity study was observed either in-vitro or in-vivo assays according to the Born method. !n-vivo observation by using male rabbit, gave the optimum addition of ADP (as an aggregator) at 10 µL with the inhibitor concentration (lC50 ) = 55.36 mg/kg body weight. While the in-vitro observation was carried out in human PRP (platelet rich plasma) induced by ADP, that was added by various andrographolide concentration, ranging from 60 to 700 µM in veronal buffer : dimetylsulphoxide (9:1, v:v).

The result showed that the increasing of andrographolide concentration induced significantly the increasing of the anti aggregating activity, by the IC50.626_7 µM; IC50 = 4968.7 p.M (oxidized product) and IC50 5180.9 µM. It is mean that andrographolide has a best capacity as an alternative antiaggregation thrombotic active compound. The toxicity of andrographolide was 4968,7 pM (oxidized product) dan 5180.9 pM (benzoilation product), observed according to the Meyer test.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Aditya
Abstrak :
Latar belakang: Platelet rich plasma (PRP) merupakan faktor pertumbuhan yang mendukung proliferasi, diferensiasi sel punca in vitro. PRP diyakini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti dari fetal bovine serum (FBS) karena bersifat xenofree. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi PRP dalam mendukung proliferasi dan diferensiasi SSCs dan menganalisis korelasi antara tingkat spermatogenesis melalui penilaian Johnson dengan ekspresi gen potensi proliferasi (PLZF, OCT4) dan diferensiasi (CKIT) SSCs. Metode: SSCs diisolasi dari tiga sisa jaringan biopsi testis hasil ektraksi spermatozoa (TESA/TESE) dari pasien azoospermia. Hasil isolasi sel dikultur pada medium DMEM-F12 dengan faktor pertumbuhan spesifik (GDNF, bFGF, EGF) yang selanjutnya dibedakan menjadi dua kelompok medium kultur berdasarkan penambahan PRP atau FBS. Hasil sel kultur dianalisis ekspresinya terhadap gen PLZF, OCT4, dan CKIT dengan qRT-PCR. Tingkat spermatogenesis dianalisis dengan penilaian Johnson melalui pemeriksaan histologi. Hasil: PLZF, OCT4, dan CKIT diekspresikan oleh hasil sel kultur pada kelompok PRP dan FBS, namun tidak bermakna signifikan. Tidak terdapat korelasi antara tingkat spermatogenesis dengan ekspresi gen potensi proliferasi (PLZF dan OCT4) dan diferensiasi (CKIT) SSCs pada kelompok PRP dan FBS. Kesimpulan: PRP mampu mendukung potensi proliferasi dan diferensiasi SSCs in vitro serta dapat menjadi alternatif pengganti FBS. ......Background: Platelet rich plasma (PRP), performing as an alternative candidate to fetal bovine serum (FBS), is a concentrate containing growth factors, support proliferation and differentiation of stem cells in vitro. The objective of this work was to determine the efficiency of PRP in supporting SSCs proliferation and differentiation and assessed the correlation between the level of spermatogenesis through scoring Johnson toward the proliferation and differentiation of SSCs in vitro. Methods: SSCs were isolated from three of surplus testicular tissue by sperm extraction (TESA/TESE) from azoospermic patients, then SSCs were cultured into DMEM-F12 with growth factors (GDNF, bFGF, EGF), further categorized into PRP and FBS groups. The resulting cell was quantitative analyzed by qRT-PCR towards the expression of PLZF, OCT4 and CKIT. The level of spermatogenesis was observed by scoring Johnson from histology measurement. Results: The qRT-PCR analysis revealed the expression of PLZF, OCT4 and CKIT in the resulting cell culture. The difference was statistically insignificant among PRP and FBS. There was no correlation between the potency of proliferation (PLZF and OCT4) and differentiation (CKIT) of SSCs toward the level of spermatogenesis in both groups. Conclusion: PRP could support the maintenance of proliferation and differentiation SSCs in vitro and could be developed as an alternative supplementation of FBS.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Arianto
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian madu PS (Pollen Substitute) terhadap konsentrasi trigliserida plasma darah tikus (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Dua puluh empat tikus jantan dibagi dalam empat kelompok, yaitu kelompok kontrol normal (KK1) yang tidak diberi diet tinggi lemak, kelompok kontrol perlakuan (KK2) yang diberi diet tinggi lemak, larutan propylthiouracil (PTU) 0,01%, dan akuades, dan dua kelompok perlakuan (KP1 dan KP2) yang diberi diet tinggi lemak, larutan propylthiouracil (PTU) 0,01%, dan madu PS dengan dosis masing-masing 10% dan 20% b/v. Bahan uji diberikan setiap hari selama 14 hari berturut-turut. Hasil uji anava satu faktor (P < 0,05) menunjukkan adanya pengaruh nyata pemberian madu PS terhadap konsentrasi trigliserida akhir pada semua kelompok perlakuan. Hasil uji LSD (P<0,05) menunjukkan penurunan konsentrasi trigliserida pada seluruh kelompok perlakuan (KP1 dan KP2). Konsentrasi trigliserida pada kelompok perlakuan yang mendekati kelompok kontrol normal dicapai oleh kelompok perlakuan dengan dosis 20% b/v. ......The research was done to observe the effect of honey PS (Pollen Substitute) on the concentration of triglyceride in blood plasma of male rat (Rattus norvegicus L.) Sprague-Dawley strain. Twenty-five male rats were divided into four groups, consisting of normal control group (KK1) that was not given a high fat diet, treatment control group (KK2) that was given a high fat diet, 0.01% propylthiouracil (PTU) solution, and two treatment groups (KP1 and KP2) that were given a high fat diet, 0.01% propylthiouracil (PTU) solution, and honey PS with dose of 10% and 20% w/v, respectively, for 14 consecutive days. The result of anova test (P < 0.05) showed significant effect of honey PS toward triglyceride concentration in all treatment groups. LSD test (P < 0,05) showed that the decreased blood total cholesterol concentration occurred at both treatment groups (KP1 and KP2). The concentration of triglyceride in the treatment group that approached the normal control group achieved by the treatment group with dose of 20% w/v.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S54040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library