Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 460 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afif Amir Amrullah
Abstrak :
Penggunaan solven sebagai pelarut zat pewarna dalam industri sandal dan sol sepatu adalah sangat penting Solven digunakan untuk memberi warna ,menghaluskan dan mengeringkan hasil cetakan. Solven yang digunakan merupakan campuran dari 18 macam zat termasuk toluene, methyl iso butil ketone, methyl etil ketone yang dapat menyebabkan kerusakan bagi fungsi tubuh bila terinhalasi. Berdasarkan penelitian efek solven pada hewan coba , mekanisme terjadinya kerusakan organ adalah akibat terbentuknya senyawa radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan inhalasi solven pewarna sepatu terhadap kadar radikal bebas darah. Penelitian dilakukan pada industri sandal dan sol sepatu, peserta adalah karyawan departemen 250 dan berasal dari ruang yang sama dan terpapar oleh solven yang sama, laki-laki ,usia 17-40 tahun, lama bekerja 5 tahun , tidak menderita penyakit kronik, tidak bekerja berat sebelumnya. Jumlah peserta yang memenuhi keriteria adalah menggunakan masker 7 orang , dan 11 orang yang tidak menggunakan masker. Responden diambil darahnya 2cc , kemudian di keringkan dan selanjutnya dihitung jumlah triplet radikal , biradikal ,radikal bebas dengan menggunakan alat elektron spin resonance. Hasil penelitian semua responden mempunyai kadar radikal yang tinggi dan dari uji statistik diperoleh bahwa kadar radikal pada kelompok yang menggunakan masker lebih rendah dibanding kelompok yang tidak menggunakan masker. Dengan demikian penggunaan masker berhubungan dengan peningkatan kadar radikal. Penelitian ini sebaiknya ditindak lanjuti untuk mencari faktor-faktor penyebab tingginya kadar radikal pada pekerja.
The Comparisons of Blood Free Radicals Concentrations Due to Cronic Inhalation of Dipping Solvents Between Workers Who Is Used Masker And Workers No Used Masker In Shoe's Industry.Solven as solutions are important in shoe's Industry.The function are given colour, softener, and dryness of end product. Dipping Solvents are composed Of chemichal substances like toluene, methyl ethyl ketone, methyl iso butil ketone, etc. Many studies of animals have shown toluene, methyl ehtyl ketone, methyl iso butil ketone to be carcinogen and toxic on body . The mechanisme toxic are due to free radicals productions. The purpose study is to showing a link between dipping solvents and blood free radical concentration. Responden are taken from 250 departemen , a man, 17-40 old age, had no cronic disease, did not heavy activity before. A total responden are 7 from masker group and 11 from no masker group. All responden to be taken 2 cc of blood, then dryed it, and count radicals with Electron Spin Resonance later. A result, All responden had highly radicals concentrations. Statisticals test showing a worker used a masker has lower concentrations a blood radicals than workers no used a masker. A conclusions we get a link between used a masker and radicals concentrations. We offer that this research will be confirm for search any factors which caused highly radical concentrations in worker.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Priyana
Abstrak :
Permasalahan Jumlah penduduk di kota kota besar di Indonesia khususnya di Jakarta meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun. Kepadatan lalu lintas yang meningkat cenderung meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas. Akibatnya kebutuhan akan darah transfusi juga turut meningkat. Hal tersebut terbukti dari meningkatnya jumlah permintaan akan darah transfusi baik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) maupun di Palang Merah Indonesia (PMI). Selain untuk mengatasi perdarahan akibat kecelakaan lalu lintas, banyak keadaan lain yang memerlukan darah seperti perdarahan pada persalinan dan operasi. Pada beberapa penyakit hanya diperlukan bagian tertentu dari darah, oleh karena itu dilakukan usaha pemisahan darah menjadi komponen-komponen darah seperti konsentrat sel darah merah, konsentrat trombosit, konsentrat leukosit dan plasma. Dengan memisahkan darah menjadi komponen-komponen darah, maka pemakaian darah dapat lebih efisien, karena 1 kantung darah donor dapat digunakan oleh beberapa penderita sesuai dengan kebutuhan. Di Indonesia darah untuk transfusi disediakan dan diproses oleh Lembaga Transfusi Darah Palang Merah Indonesia DKI Jakarta (LTD PMI DKI Jakarta). Darah tersebut berasal dari para donor sukarela yang dengan ikhlas menyumbangkan darahnya demi kemanusiaan. Untuk memenuhi permintaan darah yang makin meningkat, LTD PMI berusaha meningkatkan jumlah produksinya dengan meningkatkan jumlah donor darah (tabel 1 dan 2). Agar dapat melayani permintaan darah setiap waktu, LTD harus mempunyai persediaan darah yang disimpan. Darah simpan ini diperlukan pada saat kebutuhan meningkat, pada saat jumlah donor menurun seperti pada bulan puasa dan untuk memenuhi permintaan akan golongan darah yang langka. Walaupun LTD PMI DKI Jakarta telah berhasil meningkatkan jumlah produksinya untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, tetapi kualitas produk PMI belum pernah diteliti. Padahal seperti pada pengobatan lain, keberhasilan pemberian darah atau komponennya tidak hanya tergantung pada kuantitasnya saja tetapi juga dari kualitasnya (1,2,3).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mayke Eka Normasari
Abstrak :
ABSTRAK
The scarcity of blood that is still happening today is the result of a combination of high blood needs and the difficulty of recruiting and maintaining donors. There is no research discover the substitute that can replace the role of blood, therefore the only source is from donations or blood donors. Approximately 80% of total blood donations collected by American Red Cross are come from blood drive events. Because blood has 6-hour spoilage time, donated blood at various donation locations must be collected and sent to a blood center for processing in less than 6 hours. This research study the Maximum Blood Collection Routing Problem (MBCRP). This problem is the extension of Vehicle Routing Problem with Time-Window (VRPTW) by considering the spoilage time limitation in blood. A mathematical model with objective to maximize total blood collection is built to cope with this problem. The mathematical model will be tested for verification and validation. The model is written in a computer programming language using AMPL software and is solved using the CPLEX solver. Furthermore, the results of verification and validation tests will be evaluated to see the applicability of the model.
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2020
620 JIA XII:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Azma Rosida
Abstrak :
Defisiensi besi merupakan keadaan dimana jumlah total besi tubuh berkurang yang bila berlanjut menyebabkan anemia defisiensi besi. Saat ini tersedia parameter immature reticulocyte fraction (IRF) yang menunjukkan fraksi retikulosit muda di sirkulasi yang bermanfaat menilai aktivitas eritropoiesis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi IRF dengan kadar besi dan feritin serum, dan saturasi transferin, serta korelasi feritin dan hepsidin serum. Penelitian dengan desain penelitian potong lintang ini melibatkan 77 subyek remaja putri sekolah yang telah haid dan mendapat suplementasi besi oral 2 kali seminggu selama 12 minggu. Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, hitung retikulosit absolut, IRF, kadar besi, feritin, dan hepsidin serum serta saturasi transferin. Didapatkan korelasi bermakna dengan kekuatan sedang antara IRF dan kadar besi dan feritin serum, serta saturasi transferin (berturut-turut p<0,0001, r = -0,443; p = <0,0001, r = -0,439, dan p<0,0001, r = -0,423), dan antara kadar feritin dan hepsidin serum (p<0,001, r = 0,371). Dapat disimpulkan bahwa IRF memiliki hubungan bermakna dengan status besi tubuh. ...... Decreased total body iron will cause iron deficiency, which could end up to iron deficiency anemia. Currently, immature reticulocyte fraction (IRF) was introduced as a parameter to show young reticulocyte fraction in the circulation, as a useful tool to evaluate erythropoiesis activity. The aim of this study was to investigate the correlation between IRF with serum iron and ferritin concentrations, and with transferin saturation, and between serum ferritin with hepcidin concentration. A cross sectional study was conducted in Pramuka island involving 77 post-menarchal adolescent school girls, who had received twice weekly iron supplementation for 12 weeks. Serum concentrations of iron, ferritin, and hepsidin, haemoglobin concentration, transferin saturation, absolute reticulocyte count, and IRF were determined. There were significance correlations between IRF with serum iron and ferritin, concentrations, and with transferin saturation (p<0.0001, r = - 0.443; p<0.0001, r = -0.439 ; and p = <0.0001, r = -0.423, respectively), and between serum hepsidin and ferritin concentrations (p<0.001, r = 0.371). It can be concluded that IRF had significant correlation with iron status.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2005
615.15 WOR ct
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Myhre, Byron A.
New York: John Wiley & Sons, 1974
615.650 7 MYH q
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ratnaningsih
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil pemeriksaan hematologi rutin dan morfologi darah tepi eritrosit pada sampel darah dengan berbagai konsentrasi antikoagulan Na2EDTA yang berbeda. Penditian ini merupakan penelitian potong lintang. Bahan penelitian berupa 33 sampel darah vena mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Dua ml darah dibagi ke datum 4 tabling Na2EDTA yang masing-masing berisi antikoagulan dengan konsentrasi yang berbeda. Tabung pertama berisi Na2EDTA konsentrasi standar, 2 mg/dl, tabung yang lain secara berurutan berisi Na2EDTA dengan konsentrasi 4 mg/dl, 6 mg/dl, and 8 mg/dl. Sebelumnya dibuat sediaan hapus langsung dari setetes darah tanpa antikoagulan (sebagai kontrol) untuk pemeriksaan morfologi darah tepi (MDT). Darah dalam keempat tabung tersebut segera dilakukan pembuatan sediaan hapus dan diperiksa profit hematologi eritrositnya menggunakan SYSMEX SE-9500 automatic analyzer. Terdapat penurunan yang bermakna dari hitung eritrosit, hemoglobin, hematokrit, dan MCHC serta peningkatan yang bermakna dari nilai MCV dan RDW antara konsentrasi Na2EDTA yang berlebihan, sedangkan nilai MCH tidak ada perbedaan. Pemeriksaan MDT menunjukkan perubahan yang bermakna pada bentuk echinocytes serta ditemukan gambaran ghost cells pada sampel darah dengan Na2EDTA yang berlebihan. Disimpulkan bahwa antikoagulan Na2EDTA yang berlebihan akan berpengaruh terhadap morfologi dan beberapa parameter hematologi eritrosit. (Med J Indones 2006; 15:157-64)
The purpose of this study is to know whether there are differences between hematology profile and morphology of erythrocyles of blood specimens which are prepared with excessive Na2EDTA anticoagulant in different concentration. This study was conducted in Faculty of Medicine Gadjah Mada University. The criteria of subject were male, age from 18 until 22 years old and healthy, ascertained from history taking and vital sign examination. Blood samples from 33 subjects were taken using vein puncture. Two millimeters blood was divided into 4 Na2EDTA-containing tube's. Before that, one drop of blood without Na2EDTA anticoagulant was used for making control blood film right after vein puncture. Each tubes contained different concentration of anticoagulant. The first tube contained Na2EDTA in standard concentration 2 mg/dl; the remaining tubes contained consecutively, 4 mg/dl, 6 mg/dl, and 8 mg/dl. Those samples were immediately examined using SYSMEX SE-9500 automatic analyzer for measuring erythrocytes hematological profile and were stained with Wright staining far morphological examination. These procedures were done before 20 minutes of vein puncture. There were significant decrease ofRBC count, HGB, HCT, and MCHC and also significant increase of MCV and RDW between different concentrations of excessive Na2EDTA anticoagulant. MCH did not have significant result. Morphological examination showed significant morphological changes in the form of echinocytes and appearance of ghost cells in the sample treated with excessive Na2EDTA anticoagulant concentration. In conclusion, there are differences in hematological profile and morphology of erythrocytes among blood specimen which are prepared with excessive Na2EDTA anticoagulant in different concentration, except for MCH. Excessive Na2EDTA anticoagulant concentration will affect the blood specimen for peripheral blood examination of erythrocytes by interfering morphology and some of hematological parameters. (Med J Indones 2006; J 5:157-64)
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-3-JulySept2006-157
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bain, Barbara J.
Abstrak :
This book contain : * Enables both the haematologist and laboratory scientist to identify blood cell features, from the most common to the more obscure * Provides essential information on methods of collection, blood film preparation and staining, together with the principles of manual and automated blood counts * Completely revised and updated, incorporating much newly published information: now includes advice on further tests when a specific diagnosis is suspected *400 high quality photographs to aid with blood cell identification * Highlights the purpose and clinical relevance of haematology laboratory tests throughout.
Chichester: Wiley Blackwell, 2015
616.15 BAI b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hertog Nursanyoto
Abstrak :
Masalah gizi mutakhir di Indonesia mempunyai fenomena unik dan disebut sebagai double burden in health problem karena ditandai oleh dua masalah yang berbeda yang terjadi pada saat bersamaan. Sementara penyakit infeksi akibat kekurangan gizi belum sepenuhnya dapat diatasi, pada saat yang sama penyakit degeneratif akibat kelebihan gizi mulai meningkat secara tajam. Salah satu masalah gizi lebih yang menjadi sorotan pada dewasa ini adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Secara umum penyakit ini didefinisikan sebagai gangguan akibat adanya penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) dan secara spesifik ditandai dengan adanya kelainan metabolisme lipoprotein. Diantara berbagai faktor etiologi yang teridentifikasi sebagai faktor risiko, terdapat enam faktor yang dianggap memiliki kontribusi penting. Keenam faktor tersebut menarik untuk dikaji iebih lanjut, karena memiliki akronim yang bisa dipakai sebagai slogan untuk pencegahan risiko. Oleh Hamilton faktor risiko ini dibuat menjadi matriks H.E.A.L.T.H yang merupakan singkatan mnemonik dari [H]eredity, [E]xercise, [A]ges, [L]bs, [T]obacco dan [H]abits of fat consumption. Penelitian bertujuan untuk menganalisis model hubungan yang terjadi antara faktor risiko pada matriks H.E.A.L.T.H dan peningkatan kadar kolesterol plasma. Diharapkan model hubungan ini dapat diaplikasikan sebagai bahan pertimbangan bagi terapi pencegahan aterosklerosis, karena dengan diketahuinya model hubungan yang terjadi dapat dirancang suatu tindakan preventif untuk mengurangi besarnya risiko dari masing-masing faktor. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel penduduk usia dewasa ( _> 18 tahun) yang berte mpat tinggal di kotamadya Denpasar. Analisis data dilakukan dengan strategi model regressi linier berganda dengan menempatkan kadar kolesterol plasma sebagai variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis diperoleh gambaran bahwa diantara keenam faktor yang ada dalam matriks H.E.A.L.T.H., faktor [H]eredity dengan OR 4,375(95% CI : 2,149-8,908) dan faktor {ff]abits of fat consumption dengan OR 3,038(95% CI : 1,317-7,009) merupakan kandidat terkuat sebagai determinant factor. Kedua faktor tersebut memiliki kontribusi yang dominan dalam model untuk menerangkan pola hubungan antara matriks H.E.A.L.T.H. dan hiperkolesterolemia Jana keberadaan keduanya sekaligus pada individu akanmemberi efek interaksi yang sinergis dalam mempertinggi risiko ateroskerosis. Faktor [E]xercise dan [L]bs pada dasarnya merupakan faktor yang mengukur gejala yang sama. Secara statistik keduanya memiliki hubungan linier dengan [E]xereise sebagai prediktor. Atau dengan kata lain [L]bs memang merupakan indikator dari level [E]xercise individu. Penyertaan keduanya didalam model akan menimbulkan gejala kolinieritas sehingga menghasilkan model yang over parameter. Dengan pertimbangan praktis di lapangan, penyertaan faktor [L]bs akan menghasilkan model yang lebih balk (well formulated model) dibandingkan penyertaan faktor [E]xercise ke dalam model. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol plasma dan matriks H.E.A.L.T.H. ternyata menghasilkan matriks rumusan yang sederhana dan dapat digunakan secara self asessment untuk mengukur risiko aterosklerosis individu. Meski demikian, sebelum diaplikasikan secara meluas, masih diperlukan penelitian gold standard untuk mengukur sensitifitas dan spesifisitas dan matriks rumusan tersebut, agar secarapositifdapat diprediksi peluang terj adinya aterosklerosis, jika berdasarkan rumusan matriks H.E.A.L.T.H. individu dinyatakan sebagai kelompok yang berisiko.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Muktiningrum
Abstrak :
Donor darah adalah salah satu unsur penting dalam penyediaan darah dan oleh karena itu keberadaannya selalu diprioritaskan oleh PMI. Dalam pelayanan donasi darah, UTDD PMI DKI Jakarta sebagai unit pelaksana teknis transfusi darah di Jakarta berusaha untuk memberikan pelayanan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan donor. Dalam kaitan itu, dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan metode QFD yang hasilnya dirumuskan dalam matriks House of Quality untuk mengidentifikasi atributatribut apa saja yang menjadi keinginan donor terhadap layanan donasi darah serta respon teknis apa saja yang perlu diprioritaskan UTDD PMI DIU Jakarta dalam rangka meningkatkan kualitas layanan donasi darah tersebut. Dari hasil penyusunan matriks HoQ, diperoleh atribut-atribut yang memiliki prioritas tertinggi berdasarkan tingkat kepentingan donor adalah jaminan keamanan dalam penggunaan peralatan dibagian Hemoglobin, jaminan keamanan dalam penggunaan jarum suntik, kebersihan ruang pengambilan darah, keahlian petugas dalam proses pengambilan darah, dan kecepatan petugas dalam memberikan respon jika terjadi keluhan. Sedangkan atribut-atribut yang harus diprioritaskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal adalah keahlian petugas dalam proses pengambilan darah, jaminan kemanan dalam penggunaan jarum suntik, jaminan keamanan dalam penggunaan peralatan dibagian Hemoglobin, keahlian petugas dibagian Hemoglobin dalam menggunakan peralatan, dan kemudahan memperoleh informasi dari petugas dibagian informasi. Respon teknis yang menjadi prioritas tertinggi berdasarkan tingkat. kepentingan donor dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal adalah komitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik, pengadaan layanan donasi 24 jam, pengadaan layanan donasi diluar UTDD PMI DKI Jakarta, mempekerjakan SDM yang berkualitas, peningkatan program pelestarian donor darah sukarela, sosialisasi penggunaan peralatan yang steril dan aman, serta review standar operation procedure (SOP) pelayanan donasi.
Blood donor is one of the important things in blood supply, so that their existence always had been prioritized by Indonesian Red Cross (PMI). In blood donation service, UTDD PMI DKI Jakarta as an implementer?s technical unit in blood transfusion in Jakarta tries to give services that can meet their requirements. Related to this situation, a research is conducted using QFD method, which results, is formulated by the House of Quality matrix to identify customer requirements attributes to the blood donation services, and also to identify technical responses that have to be prioritized by UTDD PMI DKI Jakarta in order to improve the quality of blood donation services. From the House of Quality matrix results, the highest priority attributes based on importance to customer are security guarantee of tools in Hemoglobin section, security guarantee of needles, cleanliness of blood room, staff expertise in blood transfusion, and quick staff responsiveness. Meanwhile, the highest priority attributes based on consideration of internal factors are staff expertise in blood transfusion, security guarantee of needles, security guarantee of tools in Hemoglobin section, staff expertise in Hemoglobin section, and easiness to get information from staff. The highest priority technical responses based on importance to customer and considering of internal factors are giving best service commitment, conducting 24-hour blood donation services, conducting blood donation services outside UTDD PMI DKI Jakarta, employing the qualified human resources, improving the perpetuate program of voluntary blood donor, socializing the utilization of sterile and secure tool, and reviewing standard operation procedure of donation service.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T10970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>