Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Riady
"Banyak nelayan yang menggunakan cara lama untuk mengawetkan dan mendinginkan hasil tangkapannya dengan menggunakan es balok. Sistem pendinginan es balok kurang cocok untuk hasil tangkapan laut karena dapat merusak hasil tangkapan laut, khususnya ikan laut, diperlukan penanganan khusus agar es balok tidak mencair dan harga es balok untuk beberapa daerah pesisir maupun kepulauan di Indonesia cukup mahal. Banyak nelayan yang merugi jika berlayar selama beberapa hari tanpa memiliki alat pengawet dan pendingin hasil tangkapan laut yang efektif, efisien dan murah. Salah satu cara untuk mendinginkan dan mengawetkan hasil tangkapan laut yang efektif adalah dengan menggunakan ice slurry (bubur es).
Di negara maju, untuk mengawetkan dan mendinginkan hasil tangkapan laut, biasanya para nelayan menggunakan ice slurry berbahan dasar air laut untuk hasil tangkapannya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja dari sistem Ice Slurry Generator dengan Scraper Blade Evaporator sebagai tempat pembuat ice slurry yang efisien, cepat, dan biaya operasi yang murah dan juga mengetahui hasil ice slurrynya.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan perhitungan densitas ice slurry, fraksi es pada ice slurry dan performa dari sistem refrijerasi. Penelitian ini juga menghitung densitas air laut pada temperature tertentu. Pengaruh putaran RPM dari auger terhadap densitas ice slurry. Densitas mempengaruhi jumlah fraksi es yang terbentuk pada ice slurry berbahan dasar air laut. Penelitian ini menggunakan air laut dengan kadar salinitas 3% dan menggunakan variasi volume 7 liter, 9 liter dan 11 liter air laut.

Nowadays,many fishermen using the old way to preserve and cool their catch by using ice blocks. Beam Ice cooling system is less suitable for marine catches as it can damage the marine cathces, especially sea fish/ Its required special handling in order to keep ice beam good for cooling and the price of ice beam for some coastal areas and islands in Indonesia is quite expensive. Many fishermen are loss if sailing for a few days without having preservatives and refrigeration equipment for marine catches which need an effective system, efficient and inexpensive. One way to cool and preserve the marine catches which are effective is to use ice slurry.
In developing countries, for preserving and cooling marine catches, fishermen usually use a water-based slurry ice sea for their catch. This study aims to determine the performance of the system Ice Slurry Generator with Scraper Blade Evaporator as a ice slurry maker which have a good efficiency, fast, and low operating costs and also to know the results of the products of the ice slurry.
The research was conducted by calculating the density of ice slurry, the fraction of ice in ice slurry, and the performance of the refrigerationn system . The study also calculates the density of sea water at a certain temperature. RPM auger rotation and the influence of the density of the ice slurry. The Density affects the amount of ice that forms on the fraction of ice slurry made from sea water. This study uses sea water with salinity levels of 3% and using a variation of the volume of 7 liters, 9 liters and 11 liters of seawater.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mu`adz Syawali
"Menteri ESDM Indonesia menyatakan bahwa 2% dari total seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 5.2 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses listrik. Padahal Indonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan yang cukup besar, salah satunya adalah energi air. Potensi energi air di Indonesia sebesar 46 GW yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu kapasitas besar, medium, dan kecil. Tipe kapasitas kecil terbagi menjadi mini, mikro, dan piko dan sangat cocok untuk dipasang di wilayah terpencil Indonesia dikarenakan ruang yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Proses konversi energi air menjadi energi listrik dilakukan dengan menggunakan turbin air. Salah satu contoh turbin air adalah turbin vorteks. Turbin vorteks merupakan jenis turbin piko hidro baru dengan memanfaatkan basin/saluran untuk membentuk fenomena vorteks secara natural. Energi vorteks dari air dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dengan memutar turbin vorteks. Studi ini berfokus pada penjelasan secara detail mengenai pengaruh diameter orifice dan letak pemasangan sudu tipe lurus terhadap unjuk kerja turbin vorteks secara numerik. Studi numerik dilakukan dengan memberikan 5 variasi rasio diameter orifice terhadap basin (0.14, 0.15, 0.16, 0.17, dan 0.18) dan 3 variasi rasio kedalaman pemasangan sudu turbin (0.1Ht, 0.2Ht, dan 0.3Ht) dengan variasi putaran turbin sebesar 150, 200, 250, 300, dan 400 rpm. Ditemukan bahwa efisiensi optimal dan juga maksimum sebesar 56% didapat ketika rasio diameter orifice terhadap basin sebesar 0.14 dengan putaran turbin sebesar 300 rpm. Selain itu, untuk letak kedalaman pemasangan sudu, rasio 0.1Ht dan putaran turbin sebesar 300 rpm memberikan nilai efisiensi maksimum sebesar 58%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Adi Arifianto
"ABSTRAK
Roda air langkah bawah merupakan turbin yang direkomendasikan sebagai pembangkit listrik mandiri di daerah terpencil di Indonesia karena dapat beroperasi pada kondisi tinggi jatuh rendah. Studi ini mengkaji hubungan jumlah sudu terhadap kinerja melalui dua metode: analitikal dan komputasi sehingga diketahui jumlah sudu optimal. Berdasarkan hasil analitikal jumlah sudu 8 direkomendasikan untuk digunakan. Namun untuk mengkoreksi hasil yang didapat, studi ini mengkomparasi 6, 7, 8, 9 dan 10 sudu dengan metode komputasi. Hasil komputasi inlet 1 m/s 6 sudu memiliki efisiensi sebesar 42.96, 7 sudu sebesar 41.79, 8 sudu sebesar 45.58, 9 sudu sebesar 42.77, dan 10 sudu sebesar 37.31. Pada inlet 3 m/s, 6 sudu memiliki efisiensi sebesar 16.57, 7 sudu sebesar 16.64, 8 sudu sebesar 15.25, 9 sudu sebesar 15.57, dan 10 sudu sebesar 15.58. Pada inlet 5 m/s, 6 sudu memiliki efisiensi sebesar 10.17, 7 sudu sebesar 10.39, 8 sudu sebesar 13.84, 9 sudu sebesar 10.78, dan 10 sudu sebesar 9.39. Dari hasil komputasi, jumlah sudu 8 memiliki efisiensi tertinggi. Analisis dengan ANOVA dilaporkan bahwa variasi sudu mempengaruhi kinerja. Karenanya, disimpulkan juga persamaan yang digunakan untuk menentukan jumlah sudu memungkinkan untuk digunakan dalam perancangan roda air ini dan roda air langkah bawah ini tergolong sebagai turbin reaksi.

ABSTRACT
Undershot Waterwheel is a recommended to be independent power plant turbine for remote area in Indonesia because it can be operated under low head condition. This study examines relationship number of blades to performance through three methods analytical and computational so the optimal number of blades is known. From analytical result, 8 number of blades is recommended to be used. However, to correct those result, this study then compares 6, 7, 8, 9, and 10 blades through computational method and it obtain result on inlet 1 m s of 6 blades have efficiency 42.96, 7 blades 41.79, 8 blades 45.48, 9 blades 42.77, and 10 blades 37.31. On inlet 3 m s, 6 blades have efficiency 16.57, 7 blades 16.64, 8 blades 15.25, 9 blades 15.57, and 10 blades 15.58. On inlet 5 m s, 6 blades have efficiency 10.17, 7 blades 10.39, 8 blades 13.84, 9 blades 10.78, and 10 blades 9.39. From computational result, the 8 blades have the highest efficiency. Analysis with ANOVA is reported that the variation of blades affect performance. Therefore, it also can be concluded that the equation used to calculate blades arrangement is possible to use in this waterwheel design and the undershot waterwheel is classified as a reaction turbine."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gun Gun Ramdlan Gunadi
"Berdasarkan laporan United Nations Environment Programme (UNEP, 2011) sektor konstruksi menempati urutan pertama sebagai penyumbang polusi dan emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. UNEP juga menyampaikan informasi bahwa sepertiga dari total penggunaan energi dunia dikonsumsi di gedung-gedung. Untuk meredusir penggunaan energi tersebut, diperkenalkan bangunan hijau (green building) yang memiliki konsep Zero Energy/Emission Building (ZEB) sebagai solusi untuk mengurangi efek emisi gas. Fitur utama dari bangunan hijau adalah efisiensi energi dan optimasi pemanfaatan sumber energi baru-terbarukan.
Turbin sebagai pembangkit daya merupakan salah satu peralatan utama pada sistem pembangkit energi. Turbin yang digunakan sebagai pembangkit energi pada bangunan hijau dalam studi ini adalah turbin air arus lintang (cross-flow). Penelitian pengembangan model turbulen dinamika aliran pada runner turbin cross-flow bertujuan untuk mendapatkan efisiensi yang terbaik melalui optimasi numerik pada CFD. Model Renormalization Group (RNG) k-e memiliki akurasi numerik lebih baik dari model k-e, akan tetapi membutuhkan waktu numerik yang lebih lama dibanding model k-e. Dinamika aliran pada runner turbin cross-flow memiliki beberapa zona penting, diantaranya daerah blade turbin cross-flow. Optimasi numerik dilakukan dengan modifikasi nilai Prandtl model k-e untuk optimasi waktu dan akurasi numerik. Modifikasi nilai Prandtl model k-e dibandingkan dengan model RNG k-e untuk mendapatkan nilai ok dan oe yang memiliki simpangan rata-rata yang kecil pada parameter fisika dan turbulen. Hasil simulasi dinamika aliran pada tingkat pertama blade turbin air cross-flow dengan perubahan nilai konstanta ok model k-e mendapatkan nilai simpangan rata-rata yang besar dibandingkan model RNG k-e pada parameter fisika; distribusi tekanan dan kecepatan, serta untuk parameter turbulen; energi kinetik turbulen, laju disipasi turbulen, dan viskositas efektif turbulen.
Perubahan nilai konstanta oe model k-e mendapatkan nilai simpangan rata-rata yang kecil dibandingkan model RNG k-e pada parameter fisika dan turbulen. Modifikasi model k-e dengan perubahan nilai konstanta oe=0,47 dan ok=1 memiliki simpangan rata-rata pada parameter; tekanan 9%, kecepatan 2%, energi kinetik turbulen 0%, laju disipasi turbulen 4%, dan viskositas efektif turbulen 1%. Nilai konstanta oe=0,47 dan ok=1 direkomendasikan untuk mendapatkan nilai simpangan yang kecil dibandingkan model RNG k-e

Based on the report "United Nations Environment Program (UNEP, 2011)" the construction sector ranks first as the largest contributor to pollution and greenhouse gas emissions in the world. UNEP also conveyed information that a third of the world's total energy use is consumed in buildings. To reduce energy use, green building was introduced with the concept of Zero Energy/Emission Building (ZEB) as a solution to reduce the effects of gas emissions. The main characteristics of green buildings are energy efficiency and optimization of the use of new and renewable energy sources.
Turbine as a power plant is one of the main equipment in the energy generation system. The turbine used for energy generation in the green building in this study is a cross-flow water turbine. Research on the development of turbulent flow dynamics model on a cross-flow turbine runner aims to get the best efficiency through numerical optimization on CFD. The k-ε Renormalization Group (RNG) model has better numerical accuracy than the k-ε model, but requires a longer numerical time than the k-ε model. The flow dynamics of the cross-flow turbine runner has several important zones, including the area of ​​the cross-flow turbine blade. Research on the development of turbulent models on flow dynamics in cross-flow turbine blades is important for numerical optimization. Numerical optimization is done by modifying the Prandtl value of the k-ε model for time optimization and numerical accuracy. Modify the Prandtl value of the k-ε model compared to the RNG k-ε model to get the value and which has a small average deviation of the physical and turbulent parameters. The results of the flow dynamics simulation on the first stage of the cross-flow turbine blade with changes in the constant value of the k-ε model get a large average deviation value compared to the k-ε RNG model on physical parameters; distribution of pressure and velocity, as well as for turbulent parameters; turbulent kinetic energy, turbulent dissipation rate, and turbulent effective viscosity.
Changes in the constant value of the k-ε model get a small average deviation value compared to the k-ε RNG model on physical and turbulent parameters. Modification of the k-ε model with changes in the constant values ​​= 0.47 and = 1 has an average deviation of the parameters; 9% pressure, 2% velocity, 0% turbulent kinetic energy, 4% turbulent dissipation rate, and 1% turbulent effective viscosity. Constant values ​​= 0.47 and = 1 are recommended to get a smaller deviation value compared to the k-ε RNG model
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tamarin, Y.
"Collects the results of the author's research on developing diffusion and overlay protective coatings for aircraft engine turbine blades. The book describes technological processes for diffusion and overlay coatings deposition, the composition of the coatings, the structure of the coatings after the....
Contents :
- Foreword
- Preface
- Chapter 1: Introduction
- Chapter 2: Choosing optimum coatings for modern aircraft engine turbine blades
- Chapter 3: Technological processes for deposition of protective coatings to
turbine blades
- Chapter 4: Phase composition and structure of coatings on superalloys
- Chapter 5: Phase and structural changes in coatings during high-temperature tests
- Chapter 6: Turbine blade coating protective properties
- Chapter 7: The effect of protective coatings on the mechanical properties of
superalloys
- Chapter 8: Electron beam thermal barrier coatings
- Chapter 9: Some principles of strength designing for turbine-blade protective
coatings
- Appendix: Regression equation
- Index "
Materials Park, Ohio: ASM International, 2002
e20442563
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Nikitasari
"ABSTRAK

Geotermal merupakan energi yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik karena ketersediaannya yang melimpah di Indonesia dan merupakan energi yang dapat diperbarui. Akan tetapi, geotermal merupakan lingkungan yang korosif karena mengandung senyawa karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), klorida (Cl-), dan amonia (NH3) sehingga dapat menyebabkan masalah korosi pada sudu turbin pembangkit listrik. Korosi fatik yang diinisiasi oleh korosi sumuran merupakan kegagalan yang paling sering terjadi pada sudu turbin pembangkit listrik geotermal. Oleh karenanya, ketahanan korosi sumuran merupakan syarat utama dalam pemilihan material sudu turbin pembangkit listrik geotermal. Pada penelitian ini CA6NM digunakan sebagai material yang akan diuji ketahanan korosi sumurannya dengan memodifikasi kandungan molybdenum dan nitrogen. Variasi komposisi kimia material CA6NM pada penelitian ini yaitu CA6NM1 dengan kadar molybdenum 1%, CA6NM2 dengan kadar molybdenum 2%, dan CA6NM3 dengan kadar molybdenum 2% dan nitrogen 0,1%. Lingkungan geotermal pada penelitian ini disimulasikan menggunakan larutan geotermal buatan dengan parameter suhu yaitu suhu ruangan dan 60oC serta parameter ada tidaknya penambahan gas CO2. Proses penambahan gas CO2 ini dilakukan dengan cara menginjeksikan gas CO2 ke dalam larutan geotermal buatan selama 1 jam. Ketahanan korosi sumuran material CA6NM pada penelitian ini dievaluasi menggunakan pengujian Electrochemical Impedancy Spectroscopy (EIS), Polarisasi siklik, dan Scanning Electron Microscope (SEM). Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa CA6NM3 dengan kadar Molybdenum 2% dan Nitrogen 0,1% memiliki nilai potensial pitting (Epit) dan tahanan transfer muatan (Rct) terbesar yaitu -87,6 mV vs SCE dan 31.490 Ωcm2. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan kadar Molybdenum dan Nitrogen dapat meningkatkan ketahanan korosi sumuran material CA6NM di lingkungan geotermal. Selain itu, semua material CA6NM yang digunakan dalam penelitian ini memiliki ketahanan korosi sumuran yang baik di lingkungan geotermal karena tidak memiliki nilai potensial korosi (Ecorr) diantara potensial repasivasi (Erep)  dan potensial pitting (Epit). Peningkatan suhu tanpa adanya penambahan gas CO2 pada lingkungan geotermal menyebabkan penurunan ketahanan korosi sumuran material CA6NM tetapi sebaliknya peningkatan suhu disertai penambahan gas CO2 justru meningkatkan ketahanan korosi sumuran material CA6NM dalam larutan geotermal buatan.


ABSTRACT

 


Geothermal is a potential energy to be used as power plant because of its abundant availability in Indonesia and its renewable. However, geothermal contains corrosive chemical species such as carbon dioxide (CO2), hydrogen sulfide (H2S), chloride (Cl-), and ammonia (NH3) that can cause turbine blade corrosion in geothermal power plant. Fatigue failure originated by pitting corrosion is major failure occured in turbine blade power plant. Therefore, pitting corrosion resistance is the main requirement for material selection of geothermal turbine blade. CA6NM used as material in this experiment by modifying molybdenum and nitrogen content. Chemical composition variation of CA6NM in this experiment : CA6NM1 with 1% of molybdenum, CA6NM2 with 2% of molybdenum, and CA6NM3 with 2% of molybdenum and 0,1% of nitrogen. Geothermal environment simulated by artificial geothermal brine with temperature and CO2 parameter. There are two temperature and CO2 parameter, room temperature and 60oC also presence or absence of CO2 gas. Presence of CO2 is done by injecting CO2 gas into artificial geothermal brine for 1 hour. Pitting corrosion resistance of CA6NM material in this study was evaluated using the Electrochemical Impedancy Spectroscopy (EIS), Polarisasi siklik, and Scanning Electron Microscope (SEM) tests. Based on the test results, CA6NM3 with 2% molybdenum content and 0.1% nitrogen content has the highest potential pitting value (Epit) and the largest charge transfer resistance (Rct)

-87,6 mV vs SCE and 31.490 Ωcm2, respectively. This indicates that the addition of molybdenum and nitrogen content can increase the pitting corrosion resistance of CA6NM material in geothermal environments. In addition, all CA6NM materials used in this study have good pitting corrosion resistance in the geothermal environment because corrosion potential (Ecorr) is not between repasivation potential (Erep) and pitting potential (Epit). The increase in temperature and the absence of CO2 in causes a decrease in pitting corrosion resistance of CA6NM material, but the increase in temperature and prescence of CO2 can make pitting corrosion resistance of CA6NM increase.

"
2019
T53100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Akbar Keumgang Yoksa
"Pada pertemuan untuk Perubahan Iklim ke-26 Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim, Conference of the Parties 26th (COP 26), 31 Okt-12 Nov 2021 di Glasgow, Skotlandia, bangsa-bangsa berkomitmen untuk menekan laju percepatan perubahan iklim akibat emisi karbon. Bangsa-bangsa bersepakat menggantikan energi berbahan baku fosil dengan energi baru terbarukan (EBT). Indonesia berkomitmen bahwa pada tahun 2060 menghapuskan penggunaan batu-bara diganti EBT. Salah satu jenis EBT yang cukup besar potensinya yang dimiliki Indonesia adalah energi air, yakni sebesar 75.000 MW. Dibeberapa daerah terpencil yang dirasa sesuai untuk keperluan daya listrik bersumber tenaga air adalah turbin air skala piko (< 5kW). Salah satu jenis turbin air skala piko adalah turbin vortex (gravitational vortex) dipilih karena sesuai dengan aliran sungai tinggi jatuh rendah, debit tidak terlalu besar, serta ramah untuk ekosistem dalam air. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah dan diameter terhadap efisiensi turbin terbaiknya. Untuk mendapatkan efisiensi terbaiknya dilakukan variasi penggunaan sudu dengan jumlah bilah 4, 5, 6 dan 7, serta diameter sudu dengan variasi 42 cm, 52 cm, dan 62 cm. Berdasarkan hasil studi efisiensi tertinggi turbin vortex untuk kondisi tinggi jatuh 1,033 m dan debit 0,1125 m3/detik terjadi dengan jumlah bilah sebanyak 7 dan diameter sudu sebesar 52 cm pada efisiensi sebesar 39,61 %.

At the 26th meeting for Climate Change of the United Nations on Climate Change, Conference of the Parties 26th (COP 26), 31 Oct-12 Nov 2021 in Glasgow, Scotland, the nations committed to reducing the accelerating rate of climate change due to carbon emissions. Nations agreed to replace fossil-based energy with renewable energy. Indonesia is committed that by 2060 eliminate the use of coal replaced by renewable energy. One type of renewable energy that is quite large in potential for Indonesia is water energy, which is 75,000 MW. In some remote areas that are considered suitable for hydropower-sourced electrical power purposes are piko scale water turbines (< 5kW). One type of pico-scale water turbine is a vortex turbine chosen because it corresponds to a low-head river flow, the flowrate is not too large, and friendly to the ecosystem in water. This study aims to find out the influence of the number and diameter on the efficiency of the best turbines. To get the best efficiency, variations are made using spoons with the number of blades 4, 5, 6 and 7, as well as the diameter of the spoon with variations of 42 cm, 52 cm, and 62 cm. Based on the results of the study of the highest efficiency of the vortex turbine for conditions with head level 1.033 m and discharges of 0.1125 m3/second occurred with the number of blades as much as 7 and the spoon diameter of 52 cm at an efficiency of 39.61%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richiditya Hindami
"Pada tahun 2016, terdapat 2.519 desa di Indonesia yang belum mendapatkan kebutuhan energilistrik. Turbin Pikohidro dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan karena biayainvestasi yang murah, pekerjaan sipil yang sedikit, dan perawatan yang mudah dibandingkanSolar PV dan turbin angin. Turbin cross-flow adalah turbin impuls yang memiliki kelebihanseperti efisiensi yang stabil dalam berbagai kondisi debit, konstruksi sederhana, dan baik dalamskala portabilitas. Studi ini akan mengkaji pengaruh kelengkungan sudu terhadap performaturbin menggunakan metode Computational Fluid Dynamic. Variasi sudu dibuat menjadi rasiokelengkungan terhadap panjang sudu Rs/Ts diantaranya 0 ; 0,08 ; 0,17 ; dan 0,26. Berdasarkanhasil verifikasi, model turbulen RNG k - dipilih untuk mempredikasi pola aliran yang terjadikarena memiliki error yang lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Selain itu, modelturbulen k - RNG banyak dikembangkan pada studi impeler cross-flow baik mesin tenagamaupun kerja. Hasil komputasi mendapatkan sudu dengan rasio Rs/Ts = 0,08 menghasilkanefisiensi yang lebih stabil dan tinggi diduga karena olakan yang terjadi lebih kecil dibandingkanyang lain, sehingga sudu dengan rasio Rs/Ts = 0,08 direkomendasikan untuk digunakan padakondisi tinggi jatuh 2,71 meter dan debit 41 l/s.

In 2016, approximately 2.519 village in Indonesia still didn rsquo t have sufficient access toelectricity. Picohydro turbine can be a proper solution because it has a low investation cost, few civil work, and easy to maintain compared to Solar PV and Wind Turbine. Cross flow isan impulse turbine that has an advantage such as stable efficiency in variable dischargecondition, simple construction, and high portability. To increase cross flow turbineperformance, this study will investigate the effect of blade curvature to the turbine efficiencywith CFD method. The blade variation will be stated as blade curvature to chord length ratio Rs Ts which consist of 0 0,08 0,17 and 0,26. Based on verification test, the k RNGturbulence model was chosen to predict flow pattern because it has a lower error compared toother turbulence model and the turbulence model has been commonly used in cross flowimpeller both on fan and turbine. The Resulted showed that blade with Rs Ts 0,08 yield thehighest efficiency because the it has the lower vortex compared to others. Therefore, the bladewith Rs Ts equal to 0,08 is recomended to use in condition of head 2,71 meter and discharge41 l/s."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Dien Warits
"Energi angin dapat dimanfaatkan dengan horizontal axis wind turbine seperti TSD-500 di Muara Gembong, Bekasi. Namun produksi listrik TSD-500 belum optimal. Berdasarkan data angin lokasi dan dengan metode Blade Element Momentum Theory (BEMT) dihasilkan desain blade baru. Hasilnya berupa desain blade turbin angin beradius 1 m menggunakan airfoil SD 7032 (low Reynolds number airfoil) yang chord-nya dilinearisasi dengan CP sebesar 0,38 yang stabil di tip speed ratio ±7. Kapasitas turbin angin meningkat dari 500 W menjadi 1.400 W. Blade desain baru ini diprediksi dapat memanfaatkan angin di lokasi sebesar 26%, lebih besar dari blade sebelumnya yang hanya 19,76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library