Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dany Fauzan
Abstrak :
Kualitas udara mikrobiologis pada lingkungan proses pembelajaran perlu diperhatikan terkait dengan risiko kesehatan dan tingkat produktivitas terutama untuk mahasiswa yang melakukan kegiatan dalam waktu yang lama di dalam ruangan kelas. Oleh karena itu penting untuk melakukan penelitian mengenai udara mikrobiologis di dalam ruang kelas. Penelitian ini dilakukan di Gedung K Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu: 1.) Mengetahui intensitas cahaya di dalam ruang kelas di Gedung K FTUI 2.) Mengetahui konsentrasi udara mikrobiologis di dalam ruangan dengan parameter konsentrasi bakteri dan jamur 3.) Menganalisis perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruangan-ruangan yang memiliki intensitas cahaya yang berbeda 4.) Menganalisis pengaruh faktor lingkungan terhadap konsentrasi mikrobiologis bakteri dan jamur di udara dalam ruangan. Sampel udara diambil dengan metode impaction dengan alat EMS impactor single stage type Viable Andersen Cascade Impactor dan metode enumerasinya TPC. Parameter lingkungan dan fisik yang diukur pada saat pengambilan sampel di lokasi adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan nilai pertukaran udara dengan rentang pengukuran 20-28°C, 41,9-84,6%, 103-279 lux dan 1-8-h. Hasil enumerasi pada penelitian menunjukan kisaran konsentrasi mikrobiologis sebesar 30-3188 CFU/m3 untuk bakteri dan 47-1869 CFU/m3 untuk jamur. Hasil penelitian menghasilkan Intensitas cahaya pada Gedung K FTUI tidak ada yang memenuhi baku mutu dengan angka 250 lux. Konsentrasi bioaerosol pada 3 kelas tidak memenuhi baku mutu bakteri yaitu 700 CFU/m3 untuk jamur tidak ada yang melebihi baku mutu 1000 CFU/m3. Uji Anova pada ruang yang memiliki perbedaan intensitas cahaya ditemukan adanya perbedaan konsentrasi bioaerosol dengan nilai Fhitung ­8,553 dan 11,015 untuk bakteri dan jamur. Berdasarkan nilai korelasi, faktor lingkungan yang dominan dalam mempengaruhi konsentrasi bakteri dan jamur pada Gedung K FTUI adalah jumlah orang (0,538 dan 0,433) dan nilai pertukaran udara (-0,452 dan -0,489), sementara suhu (0,146 dan 0,192) dan kelembaban (0,171 dan 0,003) tidak berpengaruh secara signifikan. ......The microbial air quality for an educational environment needs to have an assessment related to its health risk and productivity level spesifically for students whose activities were mostly spent indoor in a long period of time. Hence it is important to do research on microbial air inside a classroom. This research is done in Building K of Engineering Faculty of Universitas Indonesia. This research has four goals which are: 1.) To determine the light intensity of the classrooms of Building K of Engineering Faculty of Universitas Indonesia 2.) To determine microbial concentration of the indoor air with bacteria and fungi as the parameters 3.) To analyze the difference of bacterial and fungal concentration on rooms with different light intensity 4.) To analyze the effect of environmental factors to indoor bacterial and fungal concentration. The air sample was taken with EMS impactor single stage type Viable Andersen Cascade Impactor. The environmental factors that were measured while the sampling was took place on set are temperatures, humidity, light intensity, and air change rate which have range of measurement 20-28°C, 41,9-84,6%, 103-279 lux, and 1-8-h respectively. The result from the bacterial concentration enumeration is in range of 30-3188 CFU/m3 and for the fungal concentration rate is in range of 47-1869 CFU/m3. There were 3 rooms with bacterial concentration surpassed the level limit required which was 700 CFU/m3. The fungal concentration the limit was 1000 CFU/m3 and no rooms reached the concentration limit. The light intensity on the tested building were all on below 250 lux which was the requirement. Through Anova test, with Fcalculation of 8,553 and 11,015 it was found that there was a difference level on the bacterial and fungal concentration on rooms with different light intensity. According to the Pearson correlation value from the correlation test environmental factors that were dominating on this research are human population (0,538 and 0,433) and air change rates (-0,452 and -0,489), while there is no significance correlation found on temperature (0,146 and 0,192) and humidity (0,171 and 0,003).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nafiza Reyhananda Setiawan
Abstrak :
Potensi energi terbarukan di Indonesia khususnya untuk bahan bakar alternatif semakin menjanjikan. Mikroalga merupakan jenis biomassa yang potensial sebagai bahan baku biofuel. Untuk memperbanyak mikroalga diperlukan proses kultivasi dengan metode tertutup yaitu menggunakan fotobioreaktor sehingga parameter hidrodinamika dan perpindahan massanya dapat terkontrol dengan baik khususnya biofiksasi CO2 dengan gelembung mikro. Parameter hidrodinamika seperti diameter gelembung, kecepatan gelembung, bilangan non dimensional dan terminal velocity sangat berpengaruh terhadap proses kultivasi mikroalga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik bentuk aliran terosilasi pada Sweeping Jet Fluid Oscillator dengan 6 variasi kecepatan yaitu l-6 lpm serta mengetahui karakteristik gelembung mikro yang dihasilkan 3 metode aliran aerasi berbeda yaitu tanpa fluid oscillator, merged output fluid oscillator dan splited output fluid oscillator. Validasi aliran di dalam fluid oscillator dan fotobioreaktor dilakukan dengan simulasi menggunakan software ANSYS 2022R1. Hasil data berupa video direkam oleh High Speed Camera Phantom VEO 1310S yang nantinya akan diolah dengan menggunakan software image processing PIVlab dan ImageJ. Berdasarkan hasil analisis data, seiring meningkatnya debit aliran pada Sweeping Jet Fluid Oscillator, maka frekuensi osilasi akan semakin tingi dan aliran berubah dari aliran laminar menjadi transisi. Hasil validasi simulasi CFD dengan eksperimen untuk aliran di dalam sweeping jet fluid oscillator menunjukkan bahwa aliran terbukti berosilasi dan memiliki kecepatan aliran yang tidak jauh berbeda dengan error dibawah 6 %. Metode aliran Splitted Ouput Fluid Oscillator merupakan pilihan terbaik untuk menghasilkan diameter gelembung yang kecil (267.370 um), kecepatan gelembung yang kecil (0.050 m/s) dan distribusi gelembung yang lebih seragam. Sehingga metode ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya khususnya untuk aplikasi kultivasi mikroalga. ......The potential of renewable energy in Indonesia, especially for alternative fuels, is increasingly promising. Microalgae is a type of biomass that has potential as a biofuel raw material. To cultivate and produce microalgae, a cultivation process with a closed method is needed, namely using a photobioreactor so that the hydrodynamics and mass transfer parameters can be well controlled, especially biofixation of CO2 with microbubbles. Hydrodynamic parameters such as bubble diameter, bubble velocity, non-dimensional number, and terminal velocity are very essential in the microalgae cultivation process. This study aims to determine the characteristics of the oscillating flow shape in the Sweeping Jet Fluid Oscillator with 6 velocity variations (l6 lpm), and to determine the characteristics of microbubbles produced by 3 different aeration flow methods, namely without fluid oscillator, merged output fluid oscillator and splited output fluid oscillator. Validation of the flow inside the fluid oscillator and photobioreactor is done by simulation using ANSYS 2022R1 software. Result data was obtained through video recorded by the High Speed Camera Phantom VEO 1310S which will be processed using image processing software PIVlab and ImageJ. Based on the results of the data analysis, as the flow rate increases in the Sweeping Jet Fluid Oscillator, the oscillation frequency will be higher, and the flow changes from laminar flow to transition flow. The validation results of CFD simulations with experiments for the flow inside the sweeping jet fluid oscillator show that the flow is proven to oscillate and has a flow velocity that is not much different with an error below 6%. The Splitted Output Fluid Oscillator flow method is the best choice to produce a smaller bubble diameter (267.370 um), smaller bubble velocity (0.050 m/s), and more uniform bubble distribution. So this method can be a reference for further research, especially for microalgae cultivation applications.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafa Febrianti Mutia Dewi
Abstrak :

Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan berdampak terhadap lingkungan, termasuk dampak negatif seperti turunnya kualitas lingkungan karena pencemaran timbal. Timbal (Pb) merupakan unsur yang tidak esensial bagi tanaman, namun dapat terserap dan meracuni tanaman. Telah dilakukan penelitian mengenai dampak timbal terhadap profil metabolomik tanaman jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum.). Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh timbal terhadap pertumbuhan dan profil metabolomik rimpang jahe merah. Perlakuan yang diberikan selama 1 bulan adalah PbCl2 50, 100, dan 150 ppm dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 6 ulangan. Analisis profil metabolomik dilakukan dengan metode HPLC. Analisis statistik menggunakan Principle Component Analysis (PCA) dan Hierarchical Cluster Analysis (HCA). Hasil penelitian menunjukkan pemberian PbCl2 100 ppm dan 150 ppm pada tanaman jahe merah menghasilkan perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan gejala toksisitas. Sedangkan perlakuan 50 ppm tidak memberikan pengaruh. Hal tersebut menunjukkan bahwa jahe merah memiliki toleransi terhadap PbCl2 hingga konsentrasi 50 ppm. Hasil PCA dan HCA berupa scatter plot dan dendrogram telah berhasil mengelompokkan tanaman kontrol dengan tanaman perlakuan 50 ppm ke dalam satu klaster, sementara perlakuan 100 ppm membentuk klaster dengan perlakuan 150 ppm. Pemberian PbCl2 lebih dari 100 ppm menghasilkan perbedaan terhadap profil metabolit jahe merah jika dibandingkan dengan kontrol.


Human activities meeting their daily needs will impact the environment, including negative impacts such as the decline in the quality of the environment due to lead pollution. Lead is an element that is not essential for plants but can be absorbed and poison plants. Research has been conducted on the impact of lead on the metabolomics profile of red ginger (Zingiber officinale var Rubrum.). This study aimed to determine the effect of lead on the growth and metabolism of red ginger. The treatments were PbCl2 50, 100, and 150 ppm with a Completely Randomized Design with six replications. Metabolic profile analysis was performed using HPLC method. Statistic analysis using multivariate Principle Component Analysis (PCA) and Hierarchical Cluster Analysis (HCA). The research showed that the treatment of 100 and 150 ppm PbCl2 in the sample resulted significant differences in plant height growth and toxicity symptoms. These results show that ginger has a tolerance of PbCl2 at a concentration of 50 ppm. PCA and HCA result have separated control with 50 ppm treatment into one cluster, while 100 ppm treatment forms another cluster with 150 ppm treatment. PbCl2 treatment higher than 100 ppm showed a different metabolite profile compared to the control.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library