Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Istia Prianti Hidayati
"Microbial Elctrolysis Cell adalah suatu sistem biokimia yang memproduksi gas Hidrogen dari bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Produksi hidrogen dapat berkurang karena proton CO2 dan hidrogen membentuk metana dan air yang disebabkan oleh bakteri metanogenik. Katalis AC-Fe/SS dipilih karena karbon aktif memiliki luas permukaan yang tinggi serta aktivitas dan stabilitas Fe yang baik. Metode adsorpsi dan fase inversi digunakan untuk menggabungkan AC-Fe pada SS. Penelitian dilakukan dalam reaktor 100mL MEC selama 258 jam. Hidrogen dianalisis dengan GC-TCD. Pengukuran tegangan dilakukan dengan multimeter dan pertumbuhan bakteri dianalisis dengan spektrofotometer. Fraksi gas hidrogen terbesar adalah 60% dengan AC-Fe/SS dan 0,08% tanpa menggunakan katalis. Nilai densitas optik untuk pertumbuhan mikroorganisme tertinggi adalah 0,611 dengan katalis AC-Fe/SS dan 0,427 tanpa menggunakan katalis. Densitas arus tertinggi adalah 99,11 mA / m2 dengan katalis AC-Fe/SS dan 59,52 mA / m2 tanpa menggunakan katalis. Pemodelan Dudley dilakukan menggunakan Matlab dan menunjukkan bahwa Umaxe adalah 1 /hari dan Qmaxe adalah 4,6 mg-S / mg-Xe / hari memiliki efek pada total mikroorganisme yang mendekati percobaan.

Microbial Elctrolysis Cell is a biochemical system for producing Hydrogen gas from organic substances contained in wastewater. Hydrogen production can be reduced because CO2 and hydrogen protons form methane and water caused by methanogenic bacteria. The AC-Fe / SS catalyst was chosen because activated carbon had a high surface area and Fe had good activity and stability. The adsorption and phase inversion method were used to combine AC-Fe on SS. The research was carried out in a 100mL MEC reactor for 258 hours. Hydrogen was analyzed by GC-TCD. Voltage measurements was carried out with a multimeter and bacterial growth was analyzed with a spectrophotometer. The largest hydrogen gas fraction was 60% with AC-Fe / SS and 0.08% without using a catalyst. The highest optical density value for microorganism growth was 0.611 with AC-Fe / SS catalyst and 0.427 without using a catalyst. The highest current density was 99.11 mA / m2 with an AC-Fe / SS catalyst and 59.52 mA / m2 without using a catalyst. The Dudley modeling was done using Matlab and showed that Umaxe was 1 day-1 and Qmaxe was 4.6 mg-S / mg-Xe / day had an effect on the total microorganisms approaching the experiment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kato, Shuichi, 1919-2008
New York: Academic Press, 1965
660.63 AIB b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bailey, James E.
New York: McGraw-Hill, 1977
660.63 Bai b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriyanto
"Proses korosi adalah peristiwa berkurangnya mutu material akibat reaksi kimia/elektro kimia dengan lingkungan yang terjadi secara alamiah. Khusus bidang industri otomotif, proses korosi merupakan hal yang paling sering menjadi masalah utama. Oleh karena itu perlu dilakukan perlindungan/proteksi untuk menjaga mutu material."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S27571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Annisa
"Pengembangan bio-oil sebagai teknologi bio-base product sangat menjanjikan baik untuk energi maupun sebagai chemicals. Sayangnya bio-oil ini tidak bisa langsung diproses menjadi produk siap pakai seperti bahan bakar atau produk kimia karena sifatnya yang sangat jauh dari sifat-sifat bahan bakar atau produk kimia pada umumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan senyawa representatif dari senyawa yang digunakan sebagai bahan bakar dan chemicals (alkana dan alkohol) dari bio-oil melalui upgrading treatment, yaitu proses hidrodeoksigenasi (HDO) dengan katalis CoMo/C.
Penelitian ini menggunakan bio-oil dari pirolisis biomassa tandan kosong kelapa sawit serta katalis CoMo/C dengan autoclave sebagai reaktor dimana jenis reaksi yang digunakan adalah mild HDO dengan suhu operasi berkisar 100-300°C dan tekanan operasi berkisar 10 bar dan waktu reaksi yang sama untuk tiap suhu.
Analisis produk yang ter-upgrade menggunakan GC-MS memperlihatkan bahwa produk senyawa alkana rantai panjang tidak terbentuk tetapi alkohol dalam bentuk fenol terbentuk mencapai 21.68%. Bertambahnya suhu operasi reaksi HDO menunjukkan yield fenol yang semakin banyak.

Development of bio-oil as bio-technology product base is very promising both for energy and the chemicals. Unfortunately, bio-oil can not be directly processed into ready-made products such as fuels or chemical products because its properties is very different from of fuels or chemical products, in general. The purpose of this research is to produce a representative compound of the component as fuel and chemicals (alkanes and alcohols) such hexane and phenol from bio-oil upgrading through treatment, the process hydrodeoxygenation (HDO) withCoMo/Ccatalyst.
This study uses a bio-oil from biomass pyrolysis oil palm empty fruit bunches and the catalyst CoMo/C with the autoclave as a reactor in which the type of reaction used is mild HDO with an operating temperature range 100-300°C with the pressure 10 bar and reaction time is same for all the temperature.
Analysis of the products that were upgraded using GC-MS showed that the products of long chain alkane compounds are not formed but alcohol in the form of phenol is formed reaches 21.68%. Increasing the operating temperature of the HDO reaction shows the increasing of yield of phenol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43805
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Muhamad Kartiko
"Proyeksi penurunan suplai air bersih perkapita terjadi akibat keterbatasan sumber dan kenaikan populasi manusia. Pemanfaatan air laut yang berlimpah dengan teknologi desalinasi yang ada saat ini masih membutuhkan energi yang besar.
Penelitian ini akan memaparkan hasil pengujian teknologi desalinasi baru yang hemat energi. Microbial Fuel Cell (MFC), yang bekerja dengan reaksi redoks dan merubah kesetimbangan ion, direkayasa dalam penelitian ini untuk desalinasi. MFC direkayasa menjadi 3 chamber (anoda-garam-katoda) yang dibatasi AEM (Anion Exchange Membrane) dan CEM (Cation Exchange Membrane), yang dinamakan MDC (Microbial Desalination Cell). Variasi jumlah elektroda, rasio kultur dan substrat di chamber anoda serta pengujian kenaikan volume kultur dan substrat di chamber anoda diamati pengaruhnya terhadap performa desalinasi dan jumlah energi listrik yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan 3 pasang elektroda, rasio kultur dan substrat 2:3 dan penaikan volume kultur dan substrat 1,5 kali menghasilkan performa desalinasi terbaik dengan laju desalinasi 0,377 mmol/jam, salt removal 34,52%, dan power density rata-rata 2,26.10-2 W/m3.

Declining projection of clean water supply percapita is caused by restrictiveness of water sources and rise of human population. Sea water utilization using current desalination technology still require huge amount of energy.
This research provides new energy-saving desalination technology. Microbial fuel cell which work by redox reaction resulted in imbalance ion concentration among chambers is engineered for desalination application without external energy using 3 chambers (anoda-salt-cathode), named MDC (Microbial Desalination Cell). Number of electrodes, ratio of culture:substrate, volume progression of culture and substrate are evaluated in terms of desalination and electrical energy generating performance.
This research show that MDC using 3 pairs of electrodes, culture and substrate's ratio of 2:3, and culture and progression 1.5 times of culture and substrate’s volume, give best desalination performance by desalination rate 0.377 mmol/h, salt removal 34.52%, and average power density 2.26.10-2 W/m3.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Auliawati
"Tanin merupakan kelompok metabolit sekunder bagian dari senyawa polifenol yang cukup banyak ditemukan di dalam daun jambu biji (Psidium guajava). Tanin diketahui berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase, enzim yang berperan dalam hiperurisemia. Peningkatan produksi enzim ini akan berdampak pada penyakit pirai atau encok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui yield ekstrak kasar daun jambu biji yang di ekstrak dengan metode sonikasi dengan pelarut yang berbeda, yaitu aseton 70%, etanol 70%, dan akuades, serta menguji inhibisi ekstrak terhadap aktivitas enzim xantin oksidase secara in vitro dan mengetahui kandungan senyawa tanin pada sampel yang memiliki persentase inhibisi tertinggi.
Dari ketiga jenis pelarut tersebut, diketahui ekstrak akuades memiliki persentase inhibisi tertinggi yaitu sebesar 58,2% diikuti oleh ekstrak etanol 70% dan aseton 70% dengan persentase inhibisi masing-masing 38,6% dan 28,5%. Kandungan tanin dalam ekstrak akuades daun jambu biji cukup besar, yaitu sebesar 32,42 mg/g atau 3,242% (b/b).
Hasil yang diperoleh menjelaskan dan mendukung penggunaan ekstrak dari daun jambu biji (Psidium guajava) untuk mencegah dan mengobati hiperurisemia.

Tannin is secondary metabolite and one of polyphenolic substances that can be found in Psidium guajava leaves. Tannin is known for its potential as xanthine oxidase inhibitor, a key enzyme playing role in hyperuricemia. Overproduction of xanthine oxidase can cause gout.
This study aimed to obtain yield of crude extract from Psidium guajava leaves by using three different solvents, acetone 70%, ethanol 70%, and water. The crude extracts were used for in vitro xanthine oxidase inhibitory activity assay. Tannin content in the sample showing the highest degree of inhibition was also determined.
Aqueous extract exhibited the highest activity with an inhibition of 58.2%, followed by ethanol 70% and acetone 70% with an inhibition of 38.6% and 28.5% respectively. Tannin content in aqueous extract of Psidium guajava leaves is 32.42 mg/g or 3.242% (m/m) of total weight.
These results may explain and support the dietary use of the extracts of Psidium guajava leaves for the prevention and treatment of hyperuricemia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bailey, James E.
New York: McGraw-Hill, 1977
660.62 BAI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Baharudin Taufiq Rizkytata
"Beberapa kelebihan dan potensi Chlorella vulgaris yaitu: tahan kontaminan, produktivitas biomassa tinggi, toleransi CO2 maksimum sebesar 40%, serta dapat tumbuh pada wilayah perairan yang tercemar. Chlorella vulgaris juga memiliki produktivitas lipid tinggi sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber biodiesel. Kultivasi Chlorella vulgaris pada penelitian ini menggunakan limbah cair tahu dalam fotobioreaktor 18 liter, pencahayaan 5000 lx, aerasi udara 5 liter/menit, serta dengan tekanan 1 atm dan suhu 28˚C. Pada variasi medium limbah 20% dan 30% menghasilkan grafik pertumbuhan Chlorella vulgaris yang relatif sama dengan medium Walne. Namun tidak dapat bertahan hidup pada medium limbah 37,5% dan 50%. Produktivitas lipid yang relatif sama diperoleh pada variasi medium limbah 20% dan 30% serta Walne, yaitu 23,0%; 23,3%; dan 22,3%. Setelah dilakukan kultivasi Chlorella vugaris, parameter BOD, COD, pospat, dan ion ammonia dalam limbah cair tahu menjadi berada di bawah nilai ambang batas limbah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

The advantages and potentials of Chlorella vulgaris is contaminant resistant, high biomass productivity, maximum tolerance of CO2 are 40% and can grow in contaminated waters. Chlorella vulgaris also have a high lipid productivity thus potentially to be used as a source of biodiesel. Cultivation of Chlorella vulgaris in this study using tofu wastewaste in a 18-liter photobioreactor, 5000 lx illumination, air aeration 5 liters / min and the pressure of 1 atm and a temperature of 28˚C. In the medium variation wastes 20% and 30% of Chlorella vulgaris growth rate charts are relatively similar with Walne medium. But can not survive on the waste medium 37.5% and 50%. Lipid productivity obtained in the same relative variation of waste medium 20% and 30% and Walne, is equal 23.0%, 23.3% and 22.3%. After the cultivation of Chlorella vugaris, BOD, COD, phosphates, and ammonia ions in the tofu wastewater to be under the threshold value of the waste that has been set by the Government."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Yudhanto
"Minyak akar wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang diperoleh melalui proses penyulingan uap dan merupakan salah satu bahan baku parfum sebagai fixative agent. Teknik penyulingan uap yang digunakan masyarakat menghasilkan minyak dengan rendemen yang rendah 0,3 %, tekanan tinggi 5-6 bar dan berbau gosong. Penelitian ini dititikberatkan pada proses yang terjadi saat penyulingan uap dengan mengamati morfologi akar sebelum dan sesudah penyulingan menggunakan SEM. Untuk mengetahui hasil rendemen minyak akar wangi tertinggi digunakan variasi massa bahan baku akar wangi dengan hasil rendemen terbaik 1,242% saat massa terendah 50 gr.
Pada waktu penyulingan selama 12 jam menghasilkan rendemen minyak akar wangi 1,04% dengan waktu optimum selama 0-5 jam pertama, serta diidentifikasi komponen senyawa minyak akar wangi dengan GCMS pada jam ke-1 penyulingan yang menghasilkan golongan monoterpen-O (tertinggi 6,94%), sedangkan seskuiterpen jumlahnya masih sangat sedikit (4,26%) dan jam ke-5 penyulingan yang menghasilkan komponen yang sama namun dalam jumlah % area-nya lebih banyak.

Vetiver oil is one of the essential oils obtained by steam distillation process and it is one of the raw materials of perfumes as a fixative agent. Steam distillation process used for producing oil in traditional societies with a low yield of 0.3%, the high pressure of 5-6 bar and smelled burnt. This study focused on the process of steam distillation that occurs when the root morphology observed before and after distillation using SEM. To find out the highest results of vetiver oil with feedstock mass variation and the best results yield is 1.242% while the lowest mass of 50 g.
At the time of refining for 12 hours produces vetiver oil yield of 1.04% at the optimum time during the first 0-5 hours, and identified components of vetiver oil compounds by GCMS at 1st hour distillery that produces monoterpenes-O group (highest 6.94%), while the sesquiterpenes numbers are still very small (4.26%) and at the 5th hour distillery that produces the same component but amount % area are much more.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>