Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Siti Zachra Fadlia Nurrachmat
"Resistansi antimikroba (AMR) telah menjadi permasalahan global dalam beberapa tahun terakhir. Tren AMR dapat diamati dengan mengacu pada prevalensi bakteri E. coli yang memproduksi enzim ESBL Extended spectrum β-lactamase (ESBL-Ec). Menurut panduan WHO berjudul Global Tricycle Surveillance ESBL-Ec, sektor peternakan merupakan salah satu sumber pencemar ESBL-Ec. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel air dari Sungai Ciliwung yang terkontaminasi oleh limbah peternakan A (titik A) dan limbah peternakan B (titik B). Bakteri E. coli dan ESBL-Ec dihitung dengan menggunakan teknik membran filtrasi dan spread plate pada media TBX dan TBX-CTX. Aktivitas ESBL dilakukan dengan uji konfirmasi melalui antibiotic susceptibility test metode Double Disk Synergy Test (DDST). Karakterisasi gen CTX-M pada ESBL-Ec dilakukan dengan metode PCR dan gel elektroforesis. Konsentrasi bakteri E. coli di titik A dan titik B (8,3± 0,02) × 104 CFU/100 mL dan (8,4 ± 0,75) × 104 CFU/100 mL. Adapun untuk konsentrasi ESBL-Ec terkonfirmasi pada titik A dan titik B adalah (1,5 ± 0,16) × 103 CFU/100 mL dan (8,8 ± 1,2) × 102 CFU/100 mL. Rasio ESBL-Ec terhadap E. coli untuk titik A dan B adalah 1,86% dan 1,04%. Gen yang teridentifikasi pada ESBL-Ec untuk semua sampel merupakan CTX-M grup 1 meliputi blaCTX-M-1, blaCTX-M-3, dan blaCTX-M-15. Keberadaan ESBL-Ec pada studi ini indikator bahwa sektor peternakan menjadi sumber pencemar di perairan. ESBL-Ec pada sungai berpotensi mengontaminasi manusia dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan seperti perluasan kontrol penggunaan antibiotik, pengelolaan limbah peternakan, dan revitalisasi saluran drainase.
Antimicrobial resistance (AMR) has become a global problem in recent years. AMR surveillance can be done by analyzing prevalence of E. coli bacteria that produce Extended spectrum β-lactamase enzymes (ESBL-Ec). According to the WHO Global Tricycle Surveillance ESBL-Ec, the livestock sector is one of the sources of ESBL-Ec contaminants. This study was conducted by collecting water samples from two sides of the Ciliwung River contaminated by livestock waste (sample A and B) . E. coli and ESBL-Ec bacteria were counted using membrane filtration and spread plate techniques on TBX and TBX-CTX media, respectively. ESBL activity was confirmed by antibiotic susceptibility test using Double Disk Synergy Test (DDST) method. CTX-M gene prevalence in ESBL-Ec was characterized by PCR method. The concentrations of E. coli and ESBL-Ec in sample A and B were (8,3± 0,02) × 104 CFU/100 mL and (8,4 ± 0,75) × 104 CFU/100 mL, respectively. Whereas the confirmed ESBL-Ec concentrations in sample AN and B were (1,5 ± 0,16) × 103 CFU/100 mL and (8,8 ± 1,2) × 102 CFU/100 mL, respectively. Ratio of ESBL-Ec to E. coli were calculated and it was found to be 1.86% and 1.04% for sample A and B, respectively. The genes identified in ESBL-Ec were CTX-M group 1, including blaCTX-M-1, blaCTX-M-3, and blaCTX-M-15. The presence of ESBL-Ec in this study indicated that the livestock sector is one of the sources of water pollution. ESBL-Ec in rivers has the potential to contaminate humans and the surrounding environment. Therefore, it is necessary to do prevention measures, such as controlling antibiotics usage, managing livestock waste, and revitalizing drainage channels."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Azzahrah Khairunnisa Mardhiyah
"Acinetobacter baumannii merupakan bakteri Gram-negatif penyebab infeksi nosokomial yang menjadi ancaman global karena tingkat resistan yang tinggi terhadap berbagai antibiotik, termasuk karbapenem sebagai antibiotik lini terakhir. Resistansi ini terutama disebabkan oleh enzim karbapenemase yang dikodekan Gen blaOXA-23, blaOXA-24, blaOXA-58, dan blaNDM. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi pola resistansi fenotipik, distribusi gen resistansi, dan karakterisasi molekuler gen-gen tersebut pada 17 isolat klinis A. baumannii dari RSCM tahun 2022 menggunakan PCR dan DNA sekuensing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh isolat tetap resistan terhadap meropenem, dengan gen blaOXA-23 terdeteksi pada 17 isolat (100%), sehingga menjadi gen dominan yang berperan dalam resistansi. Sementara itu, genblaOXA-24 hanya ditemukan pada dua isolat (11,78%), sedangkan gen blaOXA-58 dan blaNDM tidak terdeteksi pada isolat yang diuji. Selain itu, analisis sekuens gen blaOXA-23 mengungkapkan tidak adanya variasi nukleotida maupun asam amino, yang mengindikasikan stabilitas gen ini di antara isolat yang diteliti. Lebih lanjut, hasil pemodelan molekuler menunjukkan bahwa doripenem dan ertapenem memiliki afinitas pengikatan yang lebih tinggi terhadap enzim karbapenemase jika dibandingkan dengan imipenem dan meropenem, sehingga lebih rentan dihidrolisis oleh enzim ini.
Acinetobacter baumannii is a Gram-negative bacteria responsible for nosocomial infections and is considered a global threat due to its high level of resistance to various antibiotics, including carbapenems, which are often regarded as last-resort antibiotics. This resistance is primarily attributed to β-lactamase enzymes encoded by the blaOXA-23, blaOXA-24,blaOXA-58, and blaNDM genes. This study aimed to evaluate the phenotypic resistance patterns, the distribution of resistance genes, and the molecular characterization of these genes in 17 clinical isolates of A. baumannii obtained from RSCM in 2022 using PCR and DNA sequencing. The results revealed that all isolates remained resistant to meropenem, with blaOXA-23 detected in all 17 isolates (100%), making it the dominant gene contributing to resistance. Meanwhile, the blaOXA-24 gene was identified in only two isolates (11.78%), whereas blaOXA-58 and blaNDM were not detected in any isolates. Additionally, sequencing analysis of blaOXA-23 showed no nucleotide or amino acid variations, indicating the stability of this gene among the tested isolates. Furthermore, molecular modeling demonstrated that doripenem and ertapenem exhibited higher binding affinities to carbapenemase enzymes compared to imipenem and meropenem, rendering them more susceptible to hydrolysis by these enzymes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library