Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nian S. Djoemena
Jakarta: Djambatan, [1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990, 1990]
746.662 NIA u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Basani Paskah
"Negara Indonesia yang secara geografis terdiri dari beragam suku dan budaya tentu memiiiki ragam kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya. Perlindungan terhadap karya budaya yang merupakan pengetahuan tradisional {folklor} telah menjadi isu yang mendesak bagi Indonesia karena sebagian besar keuntungan ekonomi dari perdagangan intemasional mengenai warisan asli (tradisional) justru malah diraih oleh pihak-pihak maupun institusi bukan penduduk asli.
Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia adalah seni motif batik yang harus dilindungi. Dalam perkembangan pemberian perlindungan terhadap folklor Hak Kekayaan Intelektual sebagai salah satu rezim hukum yang berkembang pesat mencoba mengakomodir pelindungannya. Hak Kekayaan Intelektual awalnya mencoba mengakomodir melalui rezim Hak Cipta, namun dalam perkembangan terkini ternyata rezim Hak Cipta belum dapat memberikan perlindungan secara optimal.
Perlindungan terhadap folklor dekade ini menjadi perhatian khusus dunia internasional. Dalam pertemuan-pertemuan negara muncul berbagai konsep perlindungan terhadap folklor, mulai dari pembahasan menggunakan rezim Hak Kekayaan Intelektual sampai pada keinginan untuk membentuk suatu peraturan khusus.
Seni motif batik di Indonesia sebagai folklor pada kenyataannya sulit untuk diberikan perlindungan secara optimal, walau telah coba diakomodir dengan rezim Hak Cipta ternyata masih timbul kerancuan dan ketidakpastian hukum. Hal ini terjadi karena ketidak seriusan pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap folklor, terlihat dengan belum adanya aturan yang menjelaskan Iebih lanjut mengenai perlindungan terhadap folklor.
Pemerintah sebagai penguasa sudah seharusnya menemukan suatu solusi dan terobosan baru dalam memberikan perlindungan terhadap seni motif batik atau folklor secara umum, sebab seni motif batik merupakan salah satu aset budaya bangsa yang tidak ternilai harganya."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
T19171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Moersid
"Masalah penelitian ini adalah bagaimana produksi batik, khususnya batik keratonan Yogyakarta di tengah masyarakat yang sedang berubah secara dinamis. Apa peran agen sebagai perantara kebudayaan yaitu para pembentuk "selera" dan trend setters,
orang-orang yang menterjemahkan konsep-konsep pemikiran baru ke dalam gaya hidup dan bagaimana proses kreatif yang dinamis terbentuk pada masyarakat yang terus berubah.
Fokus penelitian adalah: bagaimana para agen berperan dalam arena produksi budaya batik gaya keratonan Yogyakarta. Hal tersebut menuntut diperhitungkannya tak hanya produk-produk budaya tersebut saja, namun juga mereka-mereka yang memproduksinya, dengan segala kemampuan dan posisi mereka di dalam arena produksi budaya di mana mereka berada.
Tujuan penelitian secara teoritis adalah menemukan konstruksi teori tentang bagaimana peran agen produsen produk kebudayaan dalam masyarakat yang sedang berubah, dengan agen sebagai bagian dari, dan sekaligus pembentuk perubahan struktur obyektif, yaitu kebudayaan. Temuan penelitian secara praktis diharapkan menghasilkan kajian tentang proses penciptaan dan transformasi identitas juga bagaimana mengkonstruksikan identitas baru yang berangkat dari tradisi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan peneliti sebagai instrumen, mempertahankan kewajaran konteks, menekankan pada proses, dan makna merupakan yang esensial.
Satuan kajian penelitian adalah kelompok orang-orang yang berpengaruh pada perubahan batik gaya keratonan Yogyakarta yaitu: para abdidalem, penjaga dan perawat Pajimatan Imogiri, pemakaman raja-raja Mataram II yang yang juga adalah pembatik dan bermukim di Giriloyo, Imogiri, Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengelola, abdidalem, dan pekerja batik pada usaha batik Tamanan Karaton Ngayogyakarta Hadingrat.yang berada di bawah patronase Keraton Yogyakarta. Perancang batik dan busana batik Iwan Tirta dan Adjie Notonegoro di Jakarta.
Dengan mempelajari kerangka pemikiran Pierre Bourdieu bahwa selera adalah mekanisme kunci untuk mengatur distribusi sumber-sumber simbolik dan kerangka pemikiran Arjun Appadurai yang memberi tekanan pada dimensionalitas kebudayaan saat orientasi budaya meluas ke global dengan serangkaian nilai dan norma baru, maka digunakan kerangka pemikiran Pierre Bordieu (1977, 1984,1990, 1993)dan Arjun Appadurai (2000,2002)
Temuan penelitian menunjukkan pertama, dalam arena produksi budaya batik keratonan Yogyakarta, para agen dengan mengakumulasi kapital dan kekuatan sosial yang membuahkan hasil, selain mereka sendiri berubah karena tekanan pasar juga mampu mengubah, membentuk dan mengkondisikan arena. Telah terjadi "internalisasi dari eksternalitas dan eksternalisasi dari internalitas".
Kedua,ada hubungan dinamis atau dialektika antara produk budaya dan selera. Perubahan pada produk batik keratonan Yogyakarta selain menimbulkan perubahan selera, pada perkembangannya perubahan selera juga menimbulkan perubahan pada produk batik keratonan Yogyakarta dalam cakupan yang berbeda-beda.
Ketiga, dengan re-invensi dan re-kreasi, dikendalikan lewat promosi dan pengkondisian selera oleh Iwan Tirta dan Adjie Notonegoro, batik keratonan Yogyakarta yang semula kapital sosial-budaya bagi lokalitas terbatas kini menjadi kapital material-ekonomi, dan direproduksi secara luas hingga habitus diperluas keluar keraton.
Keempat, proses "glokalisasi" adalah sebuah negosiasi antara budaya global dan budaya lokal. Dalam produksi batik keratonan gaya Yogyakarta, proses negosiasi terus menerus yang diterjemahkan sebagai praksis atau strategi menjadi sumber kreativitas para agen perubahan, hingga terjadi perluasan arena dari keraton ke arena negara ( Indonesia) bahkan dunia, sekaligus penegasan akan identitas lokal.

The research problem is how batik textile production, batik keratonan Yogyakarta (originated from the royal palace of Yogyakarta) in particular takes place in a dynamically changing society. This dissertation attempts to identify the role of agents as cultural intermediaries, taste creators and trend setters. How they translate new concepts into lifestyle and how their dynamic creative process take shape in a changing society.
By analyzing agents and their dynamic creative process in the field of batik keratonan Yogyakarta cultural production, this study evolves not only around batik as a cultural product, but also those who produce them, with all their dispositions, position takings and strategies in the field of cultural production.
The objective of this research is to formulate a theory regarding the role of agents in the field of cultural production in a changing society, with the agents being part of, as well as agents of change of the objective structures or culture. The research findings are also expected to generate a study about the process of creation and identity transformation, as well as how to construct new identities based on tradition.
This research takes a qualitative approach which emphasizes the researcher as an instrument, always maintaining the context, emphasizing on process and meaning considered essential.
The research study unit is a group of people who has influence in the change of batik keratonan Yogyakarta style: 1) abdidalem ( royal guards and caretakers) of Pajimatan Imogiri " the cemetery of Mataram II kings, who are also batik artists and reside in Giriloyo, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 2) managers, batik workers and abdidalem who are also batik artists in Tamanan Karaton Yogyakarta Hadiningrat enterprise, under the patronage of Keraton Yogyakarta, 3) batik and fashion designers Iwan Tirta and Adjie Notonegoro in Jakarta. Regarding Pierre Bourdieu"s theory that taste is the key element in controlling symbolic resources distribution and Arjun Apadurai"s theory which emphasized cultural dimensionality when cultural orientation expands globally with a series of new norms and values, this study is based upon Pierre Bourdieu"s (1977, 1984, 1990, 1993) and Arjun Appadurai"s (2000, 2002) frame of thinking.
Research findings showed that , first, agents accumulated capital and social power which resulted in the change of their strategies in anticipating the market pressure while at the same time also capable of changing, shaping, and conditioning the field of batik keratonan Yogyakarta cultural production. There occurs the dialectic of the internalization in externality and externalization of internality.
Second, there are dynamic dialectics between cultural production and taste. The change in batik keratonan Yogyakarta production leads to a change of taste, and the change of taste generates new forms of products. Change occurs from within a limited scope in the production of batik alusan Giriloyo, Imogiri and Tamanan, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, to an extensive and wider scope in the production of batik created by Iwan Tirta and Adjie Notonegoro.
Third, by reinvention, pushed by promotion and taste conditioning by Iwan Tirta and Adjie Notonegoro, batik keratonan Yogyakarta which previously is a socio-cultural capital for a limited locality, now has become a material-economic capital and reproduced extensively, and therefore, habitus is expanded beyond the keraton.
Fourth, the process of "glocalization" is a continous negotiation between global culture and local culture. In batik keratonan Yogyakarta production, continuous global-local negotiation process which is translated as praxis or strategy becomes the creativity source for the agents of change, which results in the expansion of the cultural field from keraton (the royal palace of Yogyakarta) to nation (Indonesia) and even the world, while still maintaining the local identity affirmation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
D736
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djumena, Nian S
Jakarta Djambatan 1990
746.6 D 221 b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Georgian Marcello
"Batik sebagai pakaian kasual berasal dari budaya kuat yang menyerupai rasa hormat yang tinggi dari pengguna di masa lalu. perlahan-lahan, budaya bergeser dengan cara yang baik, mempertahankan batik sebagai nilai bangsa dan simbol budaya tinggi. Meskipun perilaku pembelian berulang pada merek batik bersaing dengan barang mode impor bermotif lain di industri. Penting untuk mengakui variabel yang mempengaruhi yang dapat menghasilkan loyalitas perilaku terhadap merek batik.

Batik as a casual clothing is derived from strong culture that resembles high respect of the user in the past times. slowly, the culture shifted in a good way, sustaining batik as a value of the nation and a symbol of high culture. Although the
behavior of repeat purchase in batik brands is competing with other patterned imported fashion item in the industry. It is important to acknowledge the affecting variables that could generate a behavioral loyalty to a batik brand.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiana Dewi Lestari
"Skripsi ini mencoba mengungkapkan kembali peranan pengusaha batik Setono dalam mempertahankan industri batik pada masa sekitar tahun 1930-an, yaitu pada masa dunia dilanda depresi. Dibahas juga peranan yang dominan dari pengusaha batik non pribumi dalam industri batik, juga kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda dalam mengatasi masalah tersebut. Adapun penulisan ini disusun berdasarkan uraian diskripsi analisis dari sumber-sumber yang didapat dari sumber lisan berupa wawancara yang dilakukan di desa Setono, maupun sumber tulisan yang didapat dari perpustakaan. Dari hasil penulisan ini didapat kesimpulan bahwa yang menjadikan usaha kerajinan batik ini dapat bertahan antara lain: (1) Usaha batik merupakan mata pencarian kedua yang penting setelah bidang pertanian, yang dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa Setono. (2) Masyarakat desa Setono yang tidak mudah melepaskan tradisi mereka yang memproduksi kain batik sebagai kebutuhan sandang (pakaian) sehari-hari dari masyarakat petani, juga kain batik ini sebagai pelengkap upacara adat. (3) Adanya ikatan masyarakat yang bersifat gotong-royong membentuk wadah organisasi sosial-ekonomi yang bersifat kekeluargaan. Di desa Setono ini bernama Koperasi Pengusaha Batikkerij Setono organisasi ini bernama koperasi Setono (RPBS)."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasrin Zabidi
"Usaha Wono Batik Jumputan pada dasarnya merupakan usaha rintisan ibu-ibu PKK Wonokromo I berbasis rumahan yang masih kebingungan dalam menjalankan usaha dengan baik, khususnya kurangnya pengetahuan dalam perencanan bisnis batik (aspek pasar meliputi konsumen, pasar, pesaing, aspek teknik meliputi perencanaan bahan baku utama dan pendukung, alat, sumber daya manusia), implementasi bisnis (cara memasarkan produk), pengelolaan keuangan, pengembangan/inovasi produk, sehingga berdampak tidak optimalnya usaha yang dijalankan. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan, keterampilan sumber daya manusia dalam menjalankan suatu usaha/bisnis. Selain itu usaha rintisan ini relatif masih lambat untuk berkembang karena faktor modal usaha yang sangat terbatas. Solusi untuk mengatasi permasalahan kurangnya pengetahuan, keterampilan sumber daya manusia dalam menjalankan suatu usaha/bisnis adalah dengan memberikan pendampingan bimbingan usaha. Oleh karena itu dalam kegiatan Pengabdian pada Masyarakat T.A. 2018/2019 ini, pengusul melakukan kegiatan pendampingan untuk membina dan membimbing ibu-ibu PKK di RT 04, Wonokromo I, Wonokromo, Pleret, Bantul dalam melakukan perencanaan bisnis batik (aspek pasar meliputi konsumen, pasar, pesaing, aspek teknik meliputi perencanaan bahan baku utama dan pendukung, alat, sumber daya manusia), implementasi bisnis batik (cara dan media promosi, cara memasarkan produk batik, analisis SWOT, analisis kinerja), mampu melakukan proses pembuatan batik jumputan, membuat laporan keuangan yang sederhana serta mampu memunculkan ide-ide motif batik jumputan agar usaha rintisan ini berkembang dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat."
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2020
600 JPM 3:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sofrida Rosita Hanum
"Batik sebagai salah produk asli Indonesia, saat ini sedang mengalami pertumbuhan pesat di dunia fesyen. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai macam produk fesyen yang terbuat dari kain batik. Pada penelitian ini, jenis-jenis kain batik akan dibagi menurut proses pembuatannya yaitu batik cap, batik tulis, dan batik lukis. Pemilihan ini bertujuan supaya bisa memberikan gambaran menganai konsep product personality yang lebih detail untuk masing-masing kain batik.
Product personality adalah sekumpulan karakter kepribadian yang digunakan oleh orang-orang untuk mendeskripsikan sebuah produk untuk membedakannya dengan produk lainnya. Berdasarkan hasil pengolahan data, ketiga kain batik ini ternyata membawa nilai kepribadian yang berbeda-beda. Batik cap dengan kesederhanaannya, batik tulis dengan kesopanannya, dan batik lukis dengan nilai optimis.
Penelitian ini juga ingin melihat hubungan antara product personality dengan purchase intention untuk membuktikan apakah konsep ini akan mempengaruhi tingkat penjualan batik. Hasilnya terbukti bahwa nilai product personality akan mempengaruhi purchase intention seseorang terhadap batik cap dan batik tulis. Sedangkan untuk batik lukis, product personality tidak berpengaruh secara langsung. Selain itu, product personality juga mempengaruhi subjective norm (pendapat orang di sekitar si calon pembeli) secara langsung dalam memunculkan purchase intention ke ketiga jenis batik tersebut.

Batik is one of the original products of Indonesia. Now, Batik is growing rapidly in the fashion world. Some fashion products were made from batik. In this study, the types of batik cloth will be devided according to the manufacturing process. There are batik cap, batik tulis, and batik lukis. The aim of this election is to provide an overview of product personality for each batik cloth more detail.
Product personality is a set of personality traits that are used by people to describe a product to distinguish from other product. The result shows that every kind of batik was carrying different value of personalities. Batik cap is simple. Batik tulis is modest. And, batik lukis is optimist.
Furthermore, this study also want to provide a model of the relationship between product personality and purchase intention. The result shows that product personality will affect purchase intention in batik cap and batik tulis, but not for batik lukis. Besides, product personality also affects subjective norm for all kind of batik. Thus, from this study, product personality is proven to affect purchase intention directly and indirectly.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T39307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athia Dewi Fadhlina
"Tujuan makalah ini adalah mengeksplorasi hubungan co-evolusi antara Industri Batik dan Pemerintah Indonesia. Studi ini disusun menggunakan kombinasi dua metode: kajian literatur dan studi kasus. Landasan teoritis berfokus pada variasi, seleksi dan retensi (VSR) proses perubahan dan teori ‘path dependency’. Metode studi kasus diggunakan untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi dalam industri batik Indonesia dan pemerintah Indonesia selama enam tahun terakhir (2006-2012). Pada bagian hasil, makalah ini menganalisa apakah landasan teoritis yang dipakai dapat diterapkan pada fenomena kehidupan nyata. Pada akhirnya, studi ini akan menjelaskan kemungkinan dan keterbatasan kedua entitas untuk beradaptasi dan mengintegrasikan lingkungan mereka untuk memastikan perkembangan masa depan sektor warisan budaya Indonesia.

The purpose of this paper is to explore the co-evolutionary relationship between the Indonesian batik industry and the Indonesian government. The study uses a combination of both literature review and case study. The theoretical foundation focuses on variation, selection and retention (VSR) process of change and the path dependency framework. The case research identifies the changes that occur in the Indonesian batik industry and the Indonesian government. The results analyze whether the theoretical foundation can be applied to the real-life phenomenon and explain the possibilities and limitations for both entities to adapt and integrate their environment to ensure future developments for the Indonesian heritage sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifatun Nada Hassanal Fajriy
"Sense of place yakni sebuah ikatan antara manusia dengan tempat yang berdasarkan pengalaman inderawi, dapat ditemukan melalui perpaduan antara penataan fisik (physical setting), aktivitas (activity) dan makna (meaning). Sense of place dapat digunakan untuk melihat dan memahami suatu tempat secara holistik, terlebih terhadap tempat ataupun kawasan yang memiliki nilai sejarah atau budaya. Tradisi budaya batik sudah menjadi salah satu bagian budaya di Pekalongan bahkan di Indonesia. Dengan budaya yang sudah turun temurun dan berkembang, terbentuklah sebutan kampung batik untuk perkampungan dengan mayoritas warganya pengrajin batik. Salah satunya Kampung Batik Kauman Pekalongan. Kawasan Kampung Batik Kauman termasuk dalam kawasan pusaka di Kota Pekalongan. Kawasan ini memiliki tradisi budaya batik yang kental dan masih meninggalkan bukti bangunan zaman Kolonial Belanda yang dahulu digunakan untuk produksi batik. Sebagai kampung wisata, Kampung Batik Kauman ini belum memiliki showroom batik bersama. Karena itu, Paguyuban Kampung Batik Kauman (PKBK) mengadaptasi salah satu bangunan kuno yaitu Omah Lawang Sanga yang difungsikan sebagai showroom batik bersama dan destinasi wisata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sense of place dengan dipengaruhi budaya batik dalam adaptasi Omah Lawang Sanga di Kawasan Kampung Batik Kauman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang disampaikan secara deskriptif naratif, yang digunakan untuk memperoleh gambaran secara detail mengenai sense of place terhadap objek skripsi yang diangkat. Pengumpulan data dilakukan dengan proses kajian literature (studi pustaka), wawancara, pengamatan, dan observasi/penelusuran di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sense of place di Kampung Batik Kauman tergolong tinggi, dikarenakan identitas tempat dan identitas masyarakat sudah kuat dari sejarah leluhur akan budaya batik. Lalu karakteristik kawasan yang banyak ditemui bangunan zaman kolonial dengan sejarah sebagai rumah tinggal pengrajin batik. Dan hal yang tidak kalah penting adalah kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk melestarikan tradisi budaya batik sebagai dasar pengembangan kawasan.

Sense of place, which is a relationship between humans and places based on sensory experience, can be found through a combination of physical settings (penataan fisik), activity (aktivitas) and meaning (makna). Sense of place can be used to see and understand a place holistically, especially to places or areas that have historical or cultural values. The cultural tradition of batik has become a part of the culture in Pekalongan and even in Indonesia. With a culture that has been passed down from generation to generation and developed, the term batik village was formed for a village where the majority of its citizens are batik craftsmen. One of them is Kauman Batik Village, Pekalongan. The Kauman Batik Village area is included in the heritage area in Pekalongan City. This area has a thick cultural tradition of batik and still leaves the Dutch Colonial era buildings used for batik production. As a tourist village, Kampung Batik Kauman does not yet have a joint batik showroom. Therefore, the Kauman Batik Village Association (PKBK) adapted one of the ancient buildings, namely Omah Lawang Sanga, which functioned as a joint batik showroom and tourist destination.
This study aims to determine how the sense of place with the influence of batik culture in the adaptation of Omah Lawang Sanga in the Kauman Batik Village area. This study uses a qualitative method that is delivered in a descriptive narrative, which is used to obtain a detailed description of the sense of place for the object of the thesis that is raised. Data was collected by means of a literature review process, interviews, observations, and searches in the field. Based on the results of the study, it shows that the sense of place in Kampung Batik Kauman is classified as high society, because the identity of the place and has been strong from the ancestral history of batik culture. Then the characteristics of the area where many colonial era buildings are found with a history as a residence for batik craftsmen. And what is no less important is the awareness and responsibility of the community for the batik cultural tradition as the basis for regional development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>