Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eros Sidney Erriyantoro
Abstrak :
[Lapangan ARA yang terletak di lepas pantai Delta Mahakam modern merupakan lapangan penghasil gas yang berproduksi sejak 2008 hingga sekarang. Sesar Utama yang merupakan sesar normal berorientasi NNE-SSW dengan kemiringan relatif ke arah Timur memisahkan Lapangan ARA menjadi dua panel: Panel Barat dan Panel Tengah. Studi konklusif mengenai sifat sekatan sesar utama ini diperlukan dalam optimisasi pemodelan geologi dan kelanjutan pengembangan lapangan. Studi internal telah menggunakan interpretasi horizon dan sesar dari seismik 3D beserta data log sumur sebagai dasar utama pembuatan model struktur, fasies, dan petrofisik Lapangan ARA. Prediksi SGR (shale gouge ratio), permeabilitas batuan zona sesar (Kf), dan fault-rock capillary pressure (FRPc) adalah parameter-parameter utama yang digunakan dalam analisis sifat sekatan sesar. Parameter-parameter tersebut di kalibrasi menggunakan analisis reservoir statik dan dinamik berdasarkan data pengukuran tekanan reservoir. Analisis sekatan Sesar Utama Lapangan ARA menghasilkan batas nilai parameter sekatan untuk zona sesar bersifat tersekat, yaitu SGR > 0.39, Kf < 0.025 mD, dan FRPc > 3.3 bar / 47.8 psi. Variasi kapasitas sekatan sesar dikontrol lebih dominan oleh faktor penyebaran reservoir juxtaposition dibandingkan faktor penyebaran atribut fault throw. Peningkatan perbedaan tekanan reservoir saling kontak antar panel hingga melebihi kapasitas sekatan sesar akibat produksi intensif, menjadi penyebab kebocoran sesar;ARA Field, which is located in offshore area of modern Mahakam Delta, is producing gas since 2008. Main normal fault in the middle of the field separates the field into two panels: West panel and Central Panel. Conclusive study about the sealing behavior of this main fault is needed in order to optimize geology model and future field development. Internal study has used 3D seismic faults and horizons interpretation with its well logs as main input to made structural, facies, and petrophysic model of ARA Field. Shale gouge ratio prediction, fault-rock permeability (Kf), and fault-rock capillary pressure (FRPc) are main analyzed parameters used in this research. Those parameters are then validated with static and dynamic reservoir analysis based on available reservoir pressure data. ARA Field Main Fault seal analysis results cutoff value for each analyzed parameters: SGR > 0.39, Kf < 0.025 mD, and FRPc > 3.3 bar / 47.8 psi. Fault sealing capacity distribution is controlled more dominantly by the reservoir juxtaposition distribution than fault throw attribute. Increase of across fault differential pressure in juxtaposed reservoirs that exceeds the maximum fault seal threshold capability is interpreted as the main cause of fault leak., ARA Field, which is located in offshore area of modern Mahakam Delta, is producing gas since 2008. Main normal fault in the middle of the field separates the field into two panels: West panel and Central Panel. Conclusive study about the sealing behavior of this main fault is needed in order to optimize geology model and future field development. Internal study has used 3D seismic faults and horizons interpretation with its well logs as main input to made structural, facies, and petrophysic model of ARA Field. Shale gouge ratio prediction, fault-rock permeability (Kf), and fault-rock capillary pressure (FRPc) are main analyzed parameters used in this research. Those parameters are then validated with static and dynamic reservoir analysis based on available reservoir pressure data. ARA Field Main Fault seal analysis results cutoff value for each analyzed parameters: SGR > 0.39, Kf < 0.025 mD, and FRPc > 3.3 bar / 47.8 psi. Fault sealing capacity distribution is controlled more dominantly by the reservoir juxtaposition distribution than fault throw attribute. Increase of across fault differential pressure in juxtaposed reservoirs that exceeds the maximum fault seal threshold capability is interpreted as the main cause of fault leak.]
Universitas Indonesia, 2015
T44240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuli Yudhandono
Abstrak :
ABSTRAK
Beragamnya tipe dan pola patahan yang berkembang di cekungan Bintuni, menimbulkan perlunya analisa yang lebih detil pada karakteristik dari patahanpatahan tersebut. Salah satu karakteristik yang akan dipaparkan dalam makalah ini adalah paparan mengenai apakah patahan-patahan utama ini bersifat meloloskan atau menahan fluida, studi ini biasanya disebut juga studi Fault Seal Analysis (FSA). Hal ini menjadi penting, dikarenakan tipe pemerangkapan yang ada dan berkembang di cekungan ini adalah tipe pemerangkapan yang dibatasi oleh patahan, sehingga diperlukan pengetahuan, apakah patahan-patahan ini (yang membatasi system pemerangkapan) bersifat meloloskan atau menahan fluida (hidrokarbon), yang pada akhirnya diharapkan dapat mengurangi dari resiko eksplorasi dan atau eksploitasi. Sebagaimana umumnya pada studi yang lain, semakin banyak data yang tersedia, akan menghasilkan kesimpulan yang semakin baik. Pada area studi yang penulis lakukan, keterbatasan data menjadi salah satu hambatan yang ada. Umumnya untuk melakukan studi FSA, ketersediaan jumlah sumur yang banyak akan menghasilkan kesimpulan yang baik. Untuk mengatasi hal ini, penulis akan mencoba menggunakan pendekatan yang lain, yang diharapkan akan dapat mencapai tujuan dari studi ini, meskipun ketersediaan jumlah sumur yang minim. Pendekatan yang penulis maksud adalah pendekatan dengan metoda geofisika, yaitu dengan menggunakan metoda inversi Impedansi Akustik (Acoustic Impedance Inversion) atau biasa disingkat AI. Dengan menggunakan metoda ini, data seismik yang ada, akan mencerminkan dari nilai densitas bawah permukaan, sehingga dengan mengintegralkannya dengan data yang lain (data log permeabilitas, porositas, dll) akan didapat data seismik yang mencerminkan nilai dari permeabilitas, porositas ataupun dari nilai kandungan serpih. Hasil dari pemodelan AI cukup baik dengan menunjukkan adanya pemisahan antara batuan pasir dengan batuan lempung. Volume ini kemudian digunakan sebagai acuan untuk menghasilkan volume semu berupa volume batu lempung. Volume ini dan pengkalibrasian terhadap data tekanan masing-masing sumur yang dipisahkan oleh patahan, menghasilkan nilai ambang dari suatu patahan, yaitu 16% SGR atau 20%. Dengan hasil nilai ambang ini didaerah penelitian ada terdapat satu patahan yang berpotensi memiliki fault seal failure.
ABSTRACT
The diversity of types and patterns of faults that developed in this basin, creating the need for a more detailed analysis on the characteristics of the faults. One of the characteristics that will be presented in this paper is an exposure of whether these faults has the capability for passing or sealing fluid, studies are usually referred to as studies Fault Seal Analysis (FSA). This becomes important, because the type of trapping of the existing in this basin is a faulted anticline, hence whether the faults are sealing or leaking is the main question, which in turn expected to reduce the risk of exploration and or exploitation. As is common in other studies, the more data available will produce a better conclusion. In the study area proposed by the author, the limitations of the data into one of the barriers that exist. Commonly to conduct the FSA study, the availability of the number of wells will determined good conclusion. To overcome this, the author will attempt to use another approach, which will hopefully be able to achieve the objectives of this study, despite the availability of a minimal number of wells. The approach the authors refer to is the approach with geophysical methods, namely by using the method of acoustic impedance inversion, or commonly abbreviated as AI. By using this method, the existing seismic data, will reflect the value of the subsurface density, so that with integrating with other data (e.g. data log permeability, porosity, etc.) will be obtained seismic data that reflects the values of permeability, porosity, or of the content of shale. Results from AI modeling showed good confidence, based on the enability to show the separation between sandstone and shale. This volume is then used as a reference for generating pseudo-volume of shale volume. This volume and the calibration with the pressure data of individual wells that separated by a fault, resulting in a threshold value, of 16% or 20% SGR. With the results of the threshold value of the research area there is one fault that could potentially have a fault seal failure.
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhandi Maulana Yudhistira
Abstrak :
Penelitian ini membahas rock typing menggunakan metode Flow Zone Indicator (FZI) yang diimplementasikan pada reservoir batupasir “Jaeger” yang termasuk ke dalam Formasi Balikpapan di Blok Sanga Sanga, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. Metode tersebut mampu memberikan pemahaman terkait faktor-faktor yang mengontrol kualitas dan karakteristik aliran fluida di dalam batuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan perspektif baru terkait upaya dalam optimalisasi cadangan di mana reservoir tersebut diindikasikan terdapat parallel boundaries. Sehingga, perhitungan cadangan sebelumnya tidak selaras dengan produksi awal yang telah dilakukan. Hasil penelitian menghasilkan dua rock type, yaitu RT 1 (terbaik) dan RT 2 (baik). Kemudian, pseudo-rock type untuk mengakomodasi data yang minimum berjumlah dua, yaitu RT 3 (terburuk) dan batubara. Interpretasi kualitatif dan kuantitatif tiap rock type merujuk kepada nilai porositas dan permeabilitas dari data yang didapatkan maupun diolah dengan pendekatan petrofisika. Selain itu, stratigraphic boundaries teridentifikasi pada reservoir dikarenakan perbedaan fasies lingkungan pengendapan. Hasil integrasi keseluruhan data menunjukkan model fasies lingkungan pengendapan yang secara bertahap berubah secara relatif dari utara menuju selatan reservoir. Pada bagian utara, teridentifikasi fasies fluvial distributary channel yang secara bertahap menuju selatan menjadi fasies tidal distributary channel dan distributary mouth bar. Lalu, hasil rock type yang secara umum mendukung batas-batas tersebut. Hasil implementasi ini cukup berguna bagi kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan produksi lebih lanjut. ......This research examines rock typing performing the Flow Zone Indicator (FZI) method implemented on a sandstone reservoir “Jaeger” within the Balikpapan Formation in Sanga Sanga Block, Kutai Basin, East Kalimantan. This method allows the understanding of factors that control the quality and fluid flow characteristics inside the rock. The scope of this research is to acquire a current outlook about efforts to optimize reserves that indicated the reservoir to have parallel boundaries. Therefore, the prior reserve estimation is not conformable with the initial production. Two rock types are classified, i.e., RT 1 (the best) and RT 2 (good). Then, the generation of two pseudo-rock types accommodates the minimum data, i.e, RT 3 (the worst) and coal. The interpretation of quantitative and qualitative of each rock type assigns to the porosity and permeability values from the data acquired and processed using a petrophysical approach. In addition, the perceived stratigraphic boundaries separate the reservoir due to its different depositional environments. The results of the integration data show a model of the depositional environment that gradually changes approximately from north to south of the reservoir. The recognition of the northern part of the reservoir is the fluvial distribution channel facies. That facies then progressively headed south to become a tidal distribution channel and a distribution mouth bar facies. Subsequently, the result of rock type generally supports those boundaries. The outcomes of this research are valuable enough for further exploration, development, and production activities.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Kecenderungan unsur-unsur iklim di daerah cekungan Bandung sangat penting untuk diteliti dalam rangka upaya mitigasi bencana hidroklimat dan perencanaan pengelolaan sumberdaya air di masa depan. Metode Mann-Kendall digunakan untuk melakukan uji kecenderungan terhadap empat unsur iklim seperti curah hujan, temperatur, evaporasi dan banyaknya hari hujan selama periode 1998-2007. Hasil pengujian berdasarkan penolakan hipotesis null didapat bahwa risiko penolakan hipotesis null untuk curah hujan, temperatur, evaporasi dan banyaknya hari hujan masing-masing sebesar 25%, 2,8%, 0,01% dan 12,1%. Dua nilai berada di bawah level signifikansi 5% untuk temperatur dan evaporasi yang menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan naik dengan tingkat keyakinan 95%. Untuk data curah hujan dan banyaknya hari hujan karena lebih besar dari level signifikansi 5% menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan turun pada kedua data tersebut dengan tingkat keyakinan masing-masing 75% dan 87,9%
620 DIR 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Northeast Java Basin is known as mature cenozic basin, yet this understanding override possibility of sediment older than cenozic. This thoughthas brought current exploration strategy of this basin concerning within only cenozic sediments.
620 SCI 37:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denik Sri Krisnayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Pulau Flores bagian timur yakni di daerah Kabupaten Flores Timur, Sikka, Ende, dan Nagekeo merupakan kawasan yang masuk dalam kategori semi-arid. Daerah tersebut memiliki curah hujan rata-rata bulanan yang hanya berkisar antara 57,17 188,08 mm/bulan, sementara evapotranspirasi rata-rata bulanan yang terjadi lebih tinggi, yakni berkisar antara 164,91 185,57 mm/bulan. Oleh karena itu, jumlah ketersediaan air pada musim kemarau cukup rendah, sehingga perlu dilakukan upaya pemanenan air hujan dengan memperbesar kapasitas tampungan permukaan. Salah satu alternatif yang tepat ialah dengan membangun embung. Parameter penting dalam perhitungan ketersediaan jumlah air pada embung ialah nilai koefisien limpasan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendapatkan nilai koefisien limpasan permukaan pada 15 buah embung di Pulau Flores bagian timur dengan menggunakanan data curah hujan dan data klimatologi terbaru. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisis matematis diperoleh nilai koefisien limpasan permukaan pada embung kecil di Pulau Flores bagian timur berkisar antara 0,00 - 0,72. Untuk nilai koefisien limpasan permukaan terendah terjadi pada bulan November yang hanya berkisar antara 0,00 0,39 dan nilai koefisien limpasan tertinggi terjadi pada bulan Januari yakni berkisar antara 0,48 0,72.
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018
551 JSDA 14:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rumilla, Harahap
Abstrak :
ABSTRAK
The retention basin is a tub or pond that can accommodate or absorb water while it is contained in it. retention basin is the most effective and efficient system in handling floods that occur in an area. an environmentally flood control effort needs to be done such as retention basin. this study aims to plan the dimensions of retention basins from the central region of the Deli river. planning the volumje of retention basins made around Deli river is calculated using maximum daily rainfall data of Deli river area. maximum rainfall data can be obtained from Climatology Meteorology and Geophysies Agency (BMKG) Medan City or Dinas PSDA Medan. The maximum daily rainfall is calculated first then the volume, the retention basin construction can accommodate the excessive water discharge of the Deli River. from the results of 25 years rainfall period data processing with Nakayashu method obtained Qplan of 229 m3/s is used to design drainage channel plan. The obtained the capacity of retention basin at the center of 6462288 m3. Then the retention basin dimension planned with area of 2154096 m2 and depth of 3 m.
Bandung : Research Institute for Human Settlements, 2017
363 JHS 9:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Suteja
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian delineasi subcekungan sedimen di cekungan Sengkang yang terletak di lengan bagian selatan Sulawesi. Delineasi subcekungan ini menggunakan kombinasi metode gaya berat dan magnetik, dimana cakupan data magnetik terbatas hanya didaerah Sengkang, sedangkan gaya berat tersebar diseluruh lengan bagian selatan Sulawesi. Berdasarkan analisis horizontal derivative dan second vertical derivative terhadap data gaya berat dan magnetik, subcekungan yang terbentuk dikontrol oleh patahan-patahan di lengan bagian selatan Sulawesi, terutama oleh patahan Walanae. Hasil analisis spektrum menunjukkan kedalaman rata-rata residual adalah 2 km dan kedalaman rata-rata regional sebesar 5,8 km. Hasil dari analisis horizontal derivative dan second vertical derivative yang di overlay dengan citra anomali residual dari gaya berat, dimana batuan dengan densitas tinggi seperti batuan ultrabasa, metamorf dan volkanik menjadi batas masing-masing subcekungan, sehingga terbentuk 8 subcekungan yaitu subcekungan A, subcekungan B, subcekungan C, subcekungan D, subcekungan E dan subcekungan F, subcekungan G dan subcekungan H. Batuan penyusun subcekungan ini diisi oleh batuan sedimen dari formasi Walanae yang dicirikan dengan densitas rendah dan anomali gaya berat yang rendah pula.
ABSTRACT
The delineation of sub basin has conducted at Sengkang basin that located in the southern part of Sulawesi arm. The delineation of sub basin using a combination of gravity and magnetic methods, where the magnetic data is limited, coverage only Sengkang area, while gravity station are scattered throughout the southern part of Sulawesi arm. Based on analysis of horizontal derivative and second vertical derivative of the magnetic and gravity data, sub basins formerd controlled by faults in the southern arm of Sulawesi, mainly by Walanae fault. The results of the spectrum analysis shows the average depth of residual is 2 km and the depth of the regional is 5.8 km. The results analysis of the horizontal derivatives and the second vertical derivative that are overlaid with the anomalies residual of gravity, where rocks with high density like ultramafics, metamorphic and volcanic be the edge for each sub basin, and there are 8 sub basin namely by sub basin A, sub basin B, sub basin C, sub basin D, sub basin E, sub basin F, sub basin G and sub basin H. Sub basin are filled by sedimentary rocks from Walanae formation that characterized by low density and low gravity anomaly.
2017
T47428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Alih fungsi lahan memiliki kaitan yang erat dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Perubahan ini memiliki dampak positif dan tidak sedikit dampak negatifnya. Salah satu hal yang disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan adalah meningkatnya lahan kedap air dan berkurangnya baseflow. Perubahan fungsi lahan ini berujung kepada meningkatnya aliran permukaan dan bencana banjir. Melihat hal ini, dibutuhkan studi lebih lanjut mengenai hubungan perubahan fungsi lahan dan banjir yang terjadi pada suatu kawasan. Penelitian ini berfokus pada DAS Martapura yang merupakan bagian DAS Barito, salah satu DAS terbesar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan spasial terhadap hasil tangkapan Citra Landsat pada tahun 1990, 2000, 2010, dan 2020. Menggunakan fitur maximum likelihood classification, penelitian ini mendeteksi tutupan lahan pada setiap data Citra Landsat yang digunakan. Penelitian ini juga menggunakan bantuan HEC-HMS dalam menghasilkan hidrograf banjir untuk setiap sub-DAS, reach, dan junction. Data ini yang bervariasi menurut tutupan lahan setiap tahunnya dan menjadi input ke dalam HEC-RAS. Penelitian ini menggunakan fitur analisis hidrolika HEC-RAS 2D untuk menghasilkan peta genangan. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, perubahan tutupan lahan menjadi kedap air semakin meningkat. Hal ini juga meningkatkan limpasan permukaan dan puncak debit banjir yang terlihat pada hasil hidrograf. Menurut analisis genangan banjir yang terjadi, didapatkan peningkatan luas genangan banjir seiring bertambahnya tahun Sebagai upaya pengendalian banjir di lokasi ini, diperlukan perencanaan tata ruang dan penataan kawasan dengan lebih baik. Hal ini perlu dilakukan untuk mengendalikan laju perubahan tutupan lahan dan mengendalikan dampak bencana banjir. ......Land conversion has a very close relation with population and economic growth. This change has had both positive and negative impacts. One of the things caused by land use change is the increase in impermeable land and reduced baseflow. This land use change leads to an increase in surface runoff and flooding. In regards to this problem, further studies are needed to determine the relation between land use change and flooding that occur in an area. This study focuses on the Martapura Watershed which is a part of the Barito Watershed, one of the largest watershed in Indonesia. This study uses a spatial approach to Landsat Image capture in 1990, 2000, 2010 and 2020. Using the maximum likelihood classification feature, this study detects land cover in each Landsat Image data used. This study also uses HEC-HMS assistance in generating flood hydrographs for each sub-watershed, reach, and junction. This data, which varies by land cover each year, is the input to the HEC-RAS. This study uses the HEC-RAS 2D hydraulics analysis feature to generate inundation maps. Based on the simulations that have been carried out, land cover changes to a more impermeable cover are increasing. This also increase surface runoff and peak flood discharge as seen in the hydrograph results. According to the analysis of the flood inundation that occurred, it was found that there was an increase in the area of ​​​​the flood inundation in every year modelled. As an effort to control flooding in this location, better spatial planning and regional arrangement are needed. This needs to be done in order to control the rate of land cover change and the impact of floods.
[Depok;;, ]: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia;;, ], 2022
S-pdf;S-pdf;S-pdf;S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maisarah
Abstrak :
Pada studi ini telah dilakukan analisis petrofisika terhadap Kelompok Sihapas-Pematang pada Lapangan S, Cekungan Sumatera Tengah. Terdapat empat buah sumur yaitu KN-1, N-1, O-1, dan P-1 yang tersebar pada Lapangan S. Analisis petrofisika bertujuan untuk mengidentifikasi zona reservoar hidrokarbon melalui perhitungan parameter petrofisika yang terdiri dari perhitungan kandungan lempung, saturasi air, porositas, dan permeabilitas. Selanjutnya, penentuan nilai cutoff dari kandungan lempung, porositas, saturasi air, dan permeabilitas dilakukan untuk pembuatan lumping. Pengolahan tambahan yaitu well to seismic tie dilakukan dengan tujuan agar log sumur dapat diletakkan pada kedalaman sebenarnya dalam penampang seismik sehingga didapatkan gambaran kondisi struktur geologi bawah permukaan. Berdasarkan hasil lumping, zona yang potensial mengandung hidrokarbon dari empat buah sumur pada Lapangan S ini memiliki nilai porositas rata-rata yaitu 26 %, nilai saturasi air rata-rata yaitu 14 %, nilai kandungan lempung rata-rata yaitu 11 %, dan nilai permeabilitas rata-rata yaitu 121 mD. ...... Through this study, a petrophysical analysis of the Sihapas-Pematang Group at Field S, Central Sumatera Basin has been conducted. There are four wells namely Well KN-1, Well N-1, Well O-1, and Well P-1 which spread at Field S. Petrophysical analysis aims to identify hydrocarbon reservoir zones through petrophysical parameter measurements which consist of volume shale, water saturation, porosity, and permeability. Afterwards, determining cutoff value of volume shale, porosity, water saturation, and permeability to generate lumping. An additional processing, which is well to seismic tie, conducted in order that the well log can be placed at the right depth in the seismic section so that the imaging of the subsurface geological structure condition may be acquired. Based on lumping result, the zones potentially containing hydrocarbon from the four wells at Field S have an average porosity value of 26%, an average of water saturation value of 14%, an average volume shale value of 11%, and an average permeability value of 121 mD.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>