Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inggar Septia Irawati
Abstrak :
Penggunaan bambu sebagai material konstruksi meningkat seiring dengan isu lingkungan yang semakin banyak dibahas. Namun demikian, tidak ada regulasi yang secara spesifik mengatur tentang desain konstruksi bambu di Indonesia. Penentuan sifat mekanik bambu di Indonesia kebanyakan masih diambil dari rata-rata hasil pengujian di laboratorium, sementara ISO 22156 mengatur penggunaan nilai persentil kelima dari hasil pengujian. Oleh karena itu, studi komparasi perilaku bambu yang nilai sifat mekanik dihitung menggunakan metode rata-rata dan persentil ke-5 hasil pengujian sangat penting untuk dilakukan karena akan meningkatkan perhatian dan pemahaman para perencana untuk menggunakan sifat mekanik dari persentil ke-5 hasil pengujian dalam perencanaan struktur bambu. Makalah ini menyajikan hasil studi komparasi perilaku lentur balok bambu yang sifat mekanik lentur, modulus elastisitas lentur dan modulus patah, dihitung menggunakan 3 metode yaitu metode rata-rata, metode persentil ke-5 ISO 22156, dan metode persentil ke-5 hubungan antara modulus elastisitas dan modulus lentur. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan modulus elastisitas dan modulus patah bambu yang didapatkan dari metode rata-rata hasil pengujian laboratorium tidak disarankan karena memberikan nilai kapasitas beban, baik pada beban maksimum maupun beban pada kondisi lendutan ijin, yang lebih tinggi dibandingkan data beban pada kedua kondisi yang diperoleh dari hasil pengujian lentur statik. Hal ini akan meningkatkan risiko kegagalan pada struktur bambu. Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa persyaratan kekakuan adalah faktor yang lebih menentukan pada perencanaan struktur balok bambu. Penggunaan nilai modulus elastisitas dan modulus patah yang diperoleh dari metode ISO 22156 lebih direkomendasikan.
Bandung: Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020
728 JUPKIM 15:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Taviana
Abstrak :
Bambu termasuk kekayaan hutan bukan kayu yang merupakan bagian dari kekayaan sumber daya alam Indonesia. Pemanfaatan bambu dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengurangi penebangan kayu di hutan yang keberadaannya semakin terbatas. Budidaya bambu tergolong mudah, penanamannya cukup dilakukan sekali saja. Selanjutnya bambu akan berkembang biak dengan sendirinya, bahkan lebih rimbun apabila ditanam di habitat yang sesuai. Bambu tidak perlu perawatan khusus, jika sudah cukup usianya, bambu dapat dipanen sesuai kebutuhan. Potensi bambu yang banyak dan mudah tumbuh di Kecamatan Sibolangit sudah lebih dimanfaatkan, meskipun masih sebatas untuk keranjang, perabot dan kerajinan tangan. Selain itu, bambu juga sudah digunakan untuk material bangunan, sebagai pengganti kayu. Penggunaan bambu untuk bangunan harus melewati proses pengawetan terlebih dahulu, agar bambu lebih tahan lama. Jejak teknologi atap bambu yang pernah ada di tengah-tengah masyarakat pedesaan, akan direkam ulang dalam teknologi pemasangan atap bambu sebagai alternatif material untuk atap, mulai dari kuda-kuda, gording, penutup atap dan penutup sisi segitiga atap.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2022
690 MBA 57:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Findanavy Ridzqo
Abstrak :
ABSTRAK
Batang bambu telah banyak digunakan sebagai bahan baku produksi material komposit. Namun, serat sebagai komponen penyusun batang yang terkecil yang menyokong kekuatan dan kelenturan tanaman belum banyak dimanfaatkan. Ditambah lagi, sayangnya proses pembuatan material komposit dari bambu saat ini masih menggunakan bahan kimia yang dapat menjadikan sifat bambu tidak lagi ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan kandungan lignoselulosa dalam serat bambu, penelitian ini mempelajari pembuatan papan komposit dari serat bambu Gigantochloa apus melalui mekanisme pengikatan biologis dengan menggunakan miselium jamur dari jenis Ganoderma lucidum. Batang bambu diekstraksi menjadi tiga macam bentuk serat: serat panjang, serat pendek, dan serbuk. Kemudian, serat-serat bambu saling terikat seiring dengan pertumbuhan miselium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan ini sangat potensial untuk digunakan sebagai komponen interior pada bangunan. Aplikasi papan ini pada bangunan terutama bangunan bertingkat tinggi yang memiliki kebutuhan yang tinggi akan komponen papan partisi dan papan insulasi diharapkan dapat mengantikan kebutuhan komponen bangunan serupa namun yang terbuat dari bahan baku dan metode yang tidak berkelanjutan.
Bamboo as stems have been widely manufactured for composite. However, fiber as the smallest constituent component of bamboo stems supporting the strength and flexibility of the plant has not been widely employed as raw material. Unfortunately, the current manufacturing process of bamboo for composite by using chemical substances would have ended bamboo up as no longer environmentally friendly. By utilizing the lignocellulose content within its fiber, this research studied the fabrication of composite boards from Gigantochloa apus bamboo fibers-based through biologically binding mechanism by using fungal mycelium of Ganoderma lucidum. Bamboo stems are extracted into three types of fibers: long fibers, short fibers, and powder. Then, the bamboo fibers are bound along with the growth of mycelium. The result shows that this board is highly potential to be used for interior purpose in a building. Application of this board in a building especially high rise building with high need of light-weight insulation and partition board is expected to replace the need for building components that have been made from unsustainable raw materials and methods.
2019
T54103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Dian Pratiwi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian struktur komunitas pohon dan bambu telah dilakukan di zona riparian Ciliwung wilayah Depok-Jakarta Selatan. Penelitian bertujuan untuk membandingkan struktur komunitas pohon dan bambu pada 3 titik lokasi zona riparian dengan kondisi habitat yang berbeda-beda. Metode yang digunakan yaitu metode petak. Sebanyak 4 petak sampel di setiap titik lokasi ditentukan secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan ketiga titik lokasi memiliki perbedaan struktur komunitas pohon dan bambu. Vegetasi di titik lokasi 1,2, dan 3 masing-masing terdiri dari 13 spesies dalam 9 famili, 15 spesies dalam 11 famili, serta 4 spesies dalam 4 famili. Secara keseluruhan, ketiga titik lokasi memiliki tingkat kekayaan pohon yang rendah R 1,10-3,35 dan tingkat kekayaan bambu yang rendah R 0,00-0,15 ; tingkat keanekaragaman pohon yang rendah hingga sedang H ; 1,26-2,33 dan tingkat keanekaragaman bambu yang rendah H 0,00-0,06 ; tingkat kemerataan pohon yang tinggi E 0,81-0,90 dan tingkat kemerataan bambu yang rendah E 0,00-0,09 . Berdasarkan nilai INP, titik lokasi 1 didominasi oleh pohon Cecropia peltata INP 85,12 dan bambu Gigantochloa apus INP 173,95, titik lokasi 2 didominasi oleh pohon Paraserianthes falcataria INP 142,40 dan bambu Gigantochloa apus INP 200, titik lokasi 3 didominasi oleh pohon Leucaena leucocephala INP 105,94 dan tidak ditemukan bambu.
ABSTRACT
Research on tree and bamboo community structure has been done at Ciliwung riparian zone in Depok South Jakarta. This study aims to compare tree and bamboo community structures at 3 location points of riparian zone with different habitat condition. The method used was plot method. Total of 4 plots at each location point were determined purposively. The result shows that three location points have different tree and bamboo community structure. Vegetation at location point 1, 2, and 3 respectively consists of 13 species in 9 families, 15 species in 11 families, and 4 species in 4 families. Overall, three location points has low level of tree richness R 1.10 mdash 3.35 and low level of bamboo richness R 0.00 mdash 0.15 low to moderate level of tree diversity H 1.26-2.33 and low level of bamboo diversity H 0.00-0.06 high level of tree evenness E 0.81-0.90 and low level of bamboo evenness E 0.00-0.09. Based on INP values, location point 1 is dominated by tree Cecropia peltata INP 85.12 and bamboo Gigantochloa apus INP 173.95, location point 2 is dominated by tree Paraserianthes falcataria INP 142.40 and bamboo Gigantochloa apus INP 200, location point 3 is dominated by tree Leucaena leucocephala INP 105,94 and no bamboo was found.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library