Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuniarti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Huygans
Abstrak :
Engineering merupakan ilmu yang mempelajari proses merekayasa pembuatan suatu produk sehingga mempunyai fungsi yang bermanfaat sesuai dengan desain yang dirancang. Dalam pembuatan suatu produk pasti menemukan kendala ? kendala tertentu sehingga harus dilakukan analisa kembali dalam menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan kendala ? kendala yang ditemui. Salah satu kendala yang sering ditemui dalam proses pembuatan suatu produk adalah adanya efek secara fisik kepada benda kerja yang dilakukan proses permesinan seperti panas maupun tegangan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada benda kerja. Peneliti ? peneliti sebelumnya telah melakukan riset jangka panjang dan menemukan salah satu cara yang dapat dijadikan solusi dalam proses permesinan. Alternatif yang ditemukan adalah penggunaan bakteri yang digunakan sebagai cutting tool dalam proses permesinan. Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh proses biomachining adalah ramah lingkungan, tidak terjadi thermal damage pada permukaan benda kerja serta hemat energi. Dalam peneltian sebelumnya telah dilakukan proses kareakterisasi terhadap material nickel dimana terdapat pertambahan kedalaman permesinan seiring dengan bertambahnya waktu proses biomachining, sehingga pada penelitian kali ini peneliti akan melakukan variasi waktu yang lebih lama dan optimalisasi kondisi temperatur lingkungan proses biomachining pada suhu 330C, selain itu bentuk pola yang akan digunakan pada proses biomachining berbentuk lingkaran dengan tujuan untuk melakukan rekayasa dari bentuk microneedle, microneedle merupakakan jarum dalam bentuk micro yang biasa digunakan sebagai alat uji kesehatan dan proses pemberian vaksinasi pada manusia . Proses rekayasa microneedle bermula dari pembuatan pola lingkaran dengan ukuran 3mm hingga kecil 400μm dimana akan dilakukan perbandingan kontur dan sufrace roughness dari setiap hasil lingkaran yang terbentuk pada proses biomachining. ...... Engineering is a knowledge that studies about makings a product which has usefull function according to design . In makings a product must find some problem that has to be reviewed back by re-analysis to find a way out or find the solution. One of constraint which often been found when creating product is physicall effect when processing engineering machinery that create hot condition and also tension who can damage the object. Previous researcher have research in long time and they found several ways which can be the solution in engineering process. One of the famous alternative is biomachining which used bacteria that is utilized as cutting tool in machinery process. Some reason which had by biomachining process are environmentally-friendly, there were not happening thermal damage on object surface and energy saving. In previous the researcher did characterisation process to significant nickel characteristic where the result was the depth of material is increased proporsional to increased condition of biomachining time , so this time the researcher will increased time variation and optimalize the condition of temperature in biomachining process which is 33 0 C, on the other side researcher will make a new pattern form that will be used on biomachining process, that new form is a circle that will be used as a microneedle mask, microneedle is several needle which shaped in micro that is different to the ordinary one, microneedle was being utilized as tool for vaccination application on human .Microneedle enineering started from making several pattern with size 3mm until 400μm, until then researcher will do contour and surface roughness comparison of each model which is the result from biomachining process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Hesrinawati
Abstrak :
ABSTRAK
Makanan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan energi gizi bagi anak-anak usia sekolah. Di lingkungan sekitar sekolah banyak sekali dijumpai makanan jajanan baik yang disediakan oleh kantin sekolah maupun pedagang kaki lima dan umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian anak usia sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis kualitas makanan jajanan dengan kontaminan kimia dan biologi pada jajanan di sekolah dasar. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi karakteristik penjamah makanan, meliputi pendidikan, pengetahuan dan perilpenulis sertta variabel pendukung seperti fasilitas sanitasi yang meliputi sanitasi tempat berjualan dan sanitasi alat. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (Cross Sectional). Dengan sampel sebanyak 30 penjamah makanan dan makanan jajanan di 6 titik sekolah dasar di wilayah Cipinang Besar Utara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jajanan yang tidak memenuhi syarat (mengandung bahan tambahan makanan) sebanyak 27 makanan jajanan, sedangkan makanan yang mengandung E. Coli Sebanyak 10 makanan. ABSTRACT
Snack food holds an important role in providing energy intake of nutrition for children of school age. In the neighborhood around the school a lot of good common snack food provided by the school cafeteria and vendors and generally regularly consumed by most children of school age. The purpose of this study was to determine the quality of the analysis of snack food with chemical and biological contaminants in snacks in elementary school. Variables examined in this study include characteristics of food handlers, including education, knowledge and behavior variables sertta support such as sanitary facilities which include sanitary place to sell and sanitation tools. This study used a cross-sectional design (cross-sectional). With a sample of 30 food handlers and food snacks in six primary schools in the region point Cipinang Besar Utara. Results from this study indicate that snacks are not eligible (containing a food additive) as much as 27 snack foods, while foods containing E. Coli A total of 10 food.
Universitas Indonesia, 2016
S62147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Tri Ayudia
Abstrak :
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang berasal dari sistem setempat yang diangkut melalui sarana pengangkutan lumpur tinja. Lumpur tinja yang dihasil tersebut tentu harus diolah terlebih dahulu agar sesuai dengan baku mutu yaitu, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Namun demikian, dalam proses pengolahan air limbah ini, tidak dapat dihindari kemungkinan terlepasnya pencemar udara mikrobiologis (bioaerosol) ke udara sekitar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sumber pencemar, mengetahui total bakteri dan jamur di udara serta perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada musim kemarau dan musim hujan, dan meninjau faktor lingkungan (suhu, kelembaban, dan Kecepatan angin) yang mempengaruhi konsentrasi. Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau dan hujan dengan masing-masing lima hari pengambilan dan dilakukan di empat titik pada IPLT Kalimulya Depok (unit bak pengisian, digester anaerob, pemekat lumpur, dan biofilter aerob-anaerob). Dari hasil penelitian, rata-rata konsentrasi bakteri pada musim kemarau yaitu unit bak pengisian sebesar 243±265 CFU/m3, pemekat lumpur sebesar 155±326 CFU/m3, digester anaerob sebesar 154±157 CFU/m3, dan biofilter aerob anaerob sebesar 76±122 CFU/m3. Sedangkan pada musim hujan konsentrasi bakteri yaitu unit bak pengisian sebesar 33±24 CFU/m3, pemekat lumpur sebesar 25±62 CFU/m3, biofilter aerob-anaerob sebesar 21±20 CFU/m3, dan digester anaerob sebesar 16±13 CFU/m3. Kemudian pada musim kemarau, konsentrasi jamur pada pemekat lumpur sebesar 516±554 CFU/m3, unit bak pengisian sebesar 364±202 CFU/m3, digester anaerob sebesar 340±181 CFU/m3, dan biofilter aerob-anaerob sebesar 231±201 CFU/m3. Sedangkan pada musim hujan konsentrasi jamur pada unit bak pengisian sebesar 58±39 CFU/m3, pemekat lumpur sebesar 55±33 CFU/m3, digester anaerob sebesar, 36±32 CFU/m3, dan biofilter aerob-anaerob sebesar 32±23 CFU/m3. Sehingga, diketahui konsentrasi bakteri tertinggi ditemukan pada unit bak pengisian pada musim kemarau dan terendah pada digester anaerob pada musim hujan. Konsentrasi jamur tertinggi ditemukan di pemekat lumpur pada musim kemarau dan terendah pada biofilter aerob-anaerob pada musim hujan. Konsentrasi bakteri dan jamur berada dibawah standar baku mutu. Sedangkan korelasi antara faktor lingkungan terhadap konsentrasi bakteri dan jamur ditemukan di beberapa tempat dan terdapat juga perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada musim kemarau dan musim hujan.
Sewage Treatment Plants (STPs) are wastewater processing systems that are designed to process only stool mud received from local systems of stool mud transport. The stool mud received must be processed so that it abides to the standard of quality according to the Regulation of the Minister of the Environment Number 68 Year 2016 concerning Domestic Wastewater Quality Standards. However, in the treatment process, there is a probability for a microbiological air pollutant (bioaerosol) to be produced that cannot be avoided. This research aims to analyze the source of pollution, the total amount of bacteria and fungi in the air, the difference of bacteria and fungi concentration between the dry and rainy season, and observe the environmental factors (temperature, humidity, wind speed) that affects bacteria and fungi concentration. This research was done during the dry and rainy season, each for a 5 day period in four observation points at the Kalimulya Depok STP (filling unit, anaerobic digester, mud concentrator and aerobic-anaerobic biofilter). The results of this research shows that the average bacteria concentration during the dry season is 243±265 CFU/m3 at the filling unit, 155±326 CFU/m3 at the mud concentrator, 154±157 CFU/m3 at the anaerobic digester, and 76±122 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter. During the rainy season, the average bacteria concentration is 33±24 CFU/m3 at the filling unit, 25±62 CFU/m3 at the mud concentrator, 21±20 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter, and 16±13 CFU/m3 at the anaerobic digester. The average fungi concentration during the dry season is 516±554 CFU/m3 at the mud concentrator, 364±202 CFU/m3 at the filling unit, 340±181 CFU/m3 at the anaerobic digester, and 231±201 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter. As for the rainy season, the average fungi concentration is 58±39 CFU/m3 at the filling unit, 55±33 CFU/m3 at the mud concentrator, 36±32 CFU/m3 at the anaerobic digester, and 32±23 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter. It can be seen that for the bacteria concentration, its highest value occurs at the filling unit during the dry season while its lowest value occurs at the anaerobic digester during the rainy season. For the fungi concentration, its highest value occurs at the mid concentrator during the dry season while its lowest value occurs at aerobic-anaerobic biofilter during the rainy season. The bacteria and fungi concentration values lie below the standard of quality. There are several correlations between environmental factors and the bacteria and fungi concentration values in some of the observed locations. There is also a difference between the bacteria and fungi concentration during the dry season and the rainy season.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library