Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurifah
Abstrak :
Sejak dahulu masalah perilaku pada anak telah menjadi topik bahasan yang menarik bagi masyarakat dan para ahii. Perilaku dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas. pertama kali disebut sebagai "Fidgety Phill" yang dikemukakan oleh Heinrich Hoffman. Gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas (GPPH) atau attention defisit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perilaku yang ditandai kesulitan memusatkan perhatian, perilaku yang impulsif, dan aktifitas berlebihan yang tidak sesuai dengan umurnya. Gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas merupakan kelainan psikiatrik.dan gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Prevalens GPPH berkisar antara 3%-5% pada anak usia sekolah. Insiden GPPH di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi dari 2%-20% pada anak usia sekolah dan 3%-5% pada anak prapubertas. Prevalens GPPH di Indonesia sampai saat ini belum diketahui. Insiden GPPH lebih sexing dijumpai pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3-5:1. Prestasi akademik terhadap mata pelajaran di sekolah terutama pada anak usia sekolah dasar merupakan hal yang sangat mempengaruhi akan keberhasilan dalam pendidikan dimasa depan. Prestasi akademik yang baik pada saat sekolah dasar akan menjadi landasan untuk dapat mencapai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Anak yang mengalami' gangguan dalam memusatkan perhatian, impulsif dan hiperaktif akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam mengatasi pelajaran yang didapatkan di sekolah. Bila anak sulit un.tuk memusatkan perhatian maka akan terjadi hambatan dalam prestasi aliademik, terutama pada mats pelajaran yang membutuhkan konsentrasi. Hambatan ini apabila tak diatasi dengan tepat bisa menyebabkan kegagalan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada populasi umum proporsi anak yang mengalami kesulitan dalam kegiatan akademik berkisar antara 10% - 20%. Sedangkan pada anak GPPH proporsinya lebih besar, berkisar antara 30%-40%. Anak dengan GPPH mengalami kesulitan dalam belajar, terutama pada mata pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Anak usia sekolah yang menderita GPPH akan berlanjut sampai masa remaja sekitar 30%-80% dan berlanjut sampai dewasa bila tidak ditanggulangi dengan baik sekitar 65%. Gejala yang menetap hingga masa remaja berhubungan dengan kemampuan di bidang akademik, perilaku dan masalah sosial. Pasien yang mengalami pengurangan gejala pada saat remaja akan mempunyai interaksi sosial dalam masyarakat sama dengan anak normal dan tidak melakukan penyalahgunaan obat, namun tidak sama dalam kemampuan akademik. Bila tidak dilakukan intervensi akan menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap pasien itu sendiri, keluarga, sekolah dan masyarakat di sekitarnya. Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, dapat dikemukakan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana prestasi akademik anak GPPH pada usia sekolah ? b. Apakah prestasi akademik anak GPPH lebih rendah dibandingkan anak bukan GPPH pada usia sekolah?
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Larasati
Abstrak :
ABSTRAK
Kemampuan memusatkan atensi merupakan landasan dari kemampuan belajar yang dibutuhkan setiap anak. Studi dalam aspek perkembangan anak menunjukkan pentingnya interaksi dan hubungan yang positif dengan pengasuh utama sebagai media untuk perkembangan dan peningkatan kemampuan dasar bagi anak, termasuk di dalamnya adalah kemampuan memusatkan atensi. Pendekatan Developmental, Individual Differences, Relationship-Based (DIR/Floortime) merupakan salah satu program intervensi yang difokuskan untuk meningkatkan kualitas interaksi antara pengasuh utama dan anak. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau efektivitas penerapan prinsip DIR/Floortime untuk meningkatkan kemampuan memusatkan atensi pada anak berusia 4 tahun yang memiliki diagnosa Early Onset Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip DIR/Floortime efektif meningkatkan kemampuan memusatkan atensi pada anak dengan Early Onset ADHD serta diiringi dengan peningkatan tahapan perkembangan fungsional emosional anak dan ibu yang terukur dari peningkatan durasi memusatkan atensi, penurunan frekuensi distraktibilitas, serta peningkatan skor pada Functional Emotional Assessment Scale (FEAS).
ABSTRACT
The ability to sustain attention is the foundation of learning ability for every child. The research on child development shows the importance of positive interaction and relationship with the primary caregiver as a medium for the child’s development and mastery of basic developmental skills which includes the ability to sustain attention. Developmental, Individual Differences, Relationship-Based approach (DIR/Floortime) is one of the available interventions focused on increasing the quality of caregiver-child interaction. This study is aimed at investigating the effectiveness of DIR/Floortime to increase the ability to sustain attention on a 4 yearold child with Early Onset Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). The result of this study indicated that the application of DIR/Floortime principles is effective in increasing the ability to sustain attention on a 4 year-old child with Early Onset ADHD, along with the increase of the functional emotional development of both mother and child as shown with the increase of attention span, the decrease of frequency of distractibility, and score increase in the Functional Emotional Assessment Scale (FEAS).
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T36029
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amri El Insiyati
Abstrak :
ABSTRAK
Gangguan ADHD meliputi gangguan pada inatensi, impulsivitas, dan aktivitas dengan gerakan yang berlebihan (hiperaktif). Beberapa gejala yang ditampilkan pada anak ADHD tersebut menunjukkan lemahnya perilaku on-task anak saat belajar. Dalam konteks belajar, perilaku on-task merupakan perilaku dimana anak duduk dengan badan tegak, mata memandang pada pekerjaan akademiknya, memandang sekilas ke arah selain tugasnya kurang dari 3 detik, menulis jawaban pada lembar soal, dan atau menanyakan pertanyaan seputar akademik. Pada penelitian ini, peneliti memberikan intervensi Modifikasi Perilaku menggunakan teknik Positive Reinforcement dengan Token Economy dan Social Reinforcement serta Prompts pada anak usia sekolah dasar (7 tahun). Intervensi pada penelitian ini adalah 10 sesi dimana pada tiap sesi terdapat target durasi untuk mempertahankan perilaku on-task. Terdapat peningkatan target durasi secara perlahan pada setiap sesi hingga mencapai target 7 menit di sesi akhir. Penelitian ini efektif dalam meningkatkan durasi perilaku on-task pada anak ADHD usia 7 tahun. Terdapat juga beberapa diskusi mengenai peningkatan perilaku on-task pada anak ADHD.
ABSTRACT
Symptoms of ADHD include inattention, impulsivity, and hiperactivity. Those symptoms show the lacking of on-task behavior when the child of ADHD has a task. In context of learning, on-task behavior is an attitude that children sit upright, look up straight to the task, glance to something else for less than 3 seconds, write the answer on worksheet, or ask questions about the task. In this research, researcher applies intervention of Behavior Modification using Positive Reinforcement technique by Token Economy and Social Reinforcement, and Prompts for a school-aged child (year of 7). This intervention has 10 sessions that each session has duration target to maintain on-task behavior. The target of duration increases slowly for each session until duration of last session is 7 minutes. This research is effective in increasing duration of on-task behavior for 7 years-old child with ADHD. There are also some discussions about increasing on-task behavior for ADHD children.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irena Tjiunata
Abstrak :
Fokus dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kuantitas perilaku menyelesaikan tugas, termasuk di dalamnya, menurunkan durasi perilaku tidak mengerjakan tugas. Penerapan metode ccrita sosial dan metodc contingency contract (dilcngkapi prompt) menghasilkan peningkatan kuantitas pada perilaku menyelcsaikan tugas, serta penurunan durasi perilaku tidak mengerjakan tugas. Akan tetapi, kualitas dari perubahan pcirlaku belum menunjukkan perbaikan. Hal tcrscbut disebabkan karena komik oerita sosial yang digunakan dalam intervensi belum secara detil menggambarkan perilaku yang diharapkan muncul. Selain itu, pemberian fading yang terlalu cepat juga menyebabkan konsistensi perubahan perilaku belum terlihat. Dari hasil obsewasi, diketahui juga bahwa pembahan perilaku tersebut, secara tidak langsung, dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan seperti kehadiran guru dan situasi kelas. Akan tetapi, karena singkatnya sesi intervensi dan pemilihan waktu intervensi yang berdekatan dengan jadwal uiangan umum, konsistensi pelubahan perilaku belum terlihat. Oleh karena itu, beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: 1) gambar berikut penjelasan pada komik cerita sosial sebaiknya dibuat lebih detil; 2) pemberian prompt dan fading sebaiknya lebih diperhatikan lagi; 3) sesi intervensi dibuat lebih banyak dengan jangka waktu yang lebih panjang; 4) perlu diperhalikan pemilihan waktu intervensi agar tidak berdekatan dengan jadwal ulangan umum; 5) kerjasama antara guru dan teman-tcman di kelas untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif agar pelaksanaan intervensi lebih efektif. ......The focus of this training is to increasing the quantitiy of on-task behavior. including, decreasing the duration of off-task behavior. Result of this intervention, using social story method and contingency contract method (also using prompt method), indicated that the quantitiy of on-task behavior is increasing and the duration of ofiltask behavior is decreasing. However, the quality of the alteration of behavior has not improved yet. This is because the comic social story in this intervention has not describe the behavior that is expected, The prompts which have been faded too quickly also make the consistency ofthe behavior’s alteration has not been observed. The environments, such as teacher’s present and class-rooms’s situation, also influence the alteration of behavior. Unfortunately, because the length ofthe session and the time of intervention wich is too short and too close to the end of school year, the consistency of the behavior’s alteration has not been appeared yet. Therefore, several suggestions should be provided to improve the future study: 1) picture in the comic social story should be made more detail; 2) the use of prompt and fading should be more improved; 3) the session of intervention should be madc in great quantities and in more length duration; 4) the intervention should be held in the middle of school year; 5) the cooperation of teacher and tiiends is needed to make the more supporting classroom environment.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34118
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kaunang, Theresia M.D.
Abstrak :
Latar belakang. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) merupakan gangguan psikiatri anak yang paling sering dan 30-40% dari kasus kesehatan mental anak yang dirujuk. GPPH ditandai sulit memusatkan perhatian, hiperaktif, impulsif serta berdampak terhadap emosi, perilaku, psikososial, akademik dan fungsi keluarga. GPPH merupakan gangguan berat karena melibatkan multi aspek yaitu hambatan, kronisitas, morbiditas dan komorbiditas. Puncak usia onset pada usia 3-5 tahun. Penelitian ini untuk memperoleh proporsi GPPH pada anak prasekolah dengan alat ukur SPGPI, membuktikan alat ukur SPGPI, SPRDAP dan SPMP andal dan sahih serta membuktikan riwayat GPPH dalam keluarga dan regulasi diri berhubungan dengan GPPH. Metode. Uji diagnostik untuk alat ukur skala penilaian GPPH prasekolah Indonesia (SPGPI), skala penilaian regulasi diri prasekolah (SPRDAP) dan skala penilaian model pengasuhan (SPMP). Metode pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Subjek adalah anak berusia 3 - < 7 tahun pada 34 kelompok bermain dan taman kanak-kanak di DKI Jakarta, bulan Maret-Juni 2009. Seribu subjek untuk penelitian uji diagnostik dan 750 subjek untuk potong lintang. Alat ukur yang dibuat pada penelitian pertama diterapkan pada penelitian kedua. Hasil. Uji diagnostik SPGPI mempunyai Cronbach coefficient alpha 0,996, sensitivitas 96%, spesifisitas 99%, titik potong 30 dan area di bawah kurva ROC 0,9774. SPRDAP mempunyai Cronbach coefficient alpha 0,937, sensitivitas 92%, spesifisitas 96%, titik potong 20 dan area di bawah kurva ROC 0,9383. SPMP mempunyai Cronbach coefficient alpha 0,8125, sensitivitas 72%, spesifisitas 95%, titik potong 70, dan area di bawah kurva ROC 0,8233. Faktor risiko ayah perokok RP 3,48(1,79 sampai 6,78), regulasi diri RP 21,01(6,98 sampai 63,28), riwayat GPPH dalam keluarga RP 11,89 (2,44 sampai 44,65). Simpulan. SPGPI, SPRDAP dan SPMP adalah andal dan sahih untuk digunakan sebagai alat ukur. Faktor-faktor yang berhubungan bermakna dengan GPPH anak prasekolah adalah ayah perokok, regulasi diri dan riwayat GPPH dalam keluarga. ......Background. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) is the most common child psychiatric disorder, comprising 30-40% child mental health cases referred. ADHD is typically characterized by inattention, hyperactivity and impulsivity and affects the emotion, behavior, psychosocial, academic and family functioning. ADHD is a severe disorder includes the impairment, chronicity, morbidity and comorbity. The peak of onset is 3-5 years. This study aims to obtaining the proportion of ADHD in preschool children with SPGPI instrument, to demonstrate SPRDAP and SPMP instrument are reliable and valid, and to demonstrate ADHD related to family history and self regulation. Methods. Diagnostic test for SPGPI, SPRDAP and SPMP Instruments. This study using questionnaire and interview. Sampling method was simple random sampling. Participant from 34 playgroup and kindergarten were selected from DKI Jakarta. The study was conducted from March-June 2009. The samples were 1000 for diagnostic test and 750 for cross sectional study and the children age from 3 - < 7 years were selected. Parents and teachers of these children were asked to complete SPGPI, SPRDAP, SPMP and personal form. The instruments from first study were applied for the second study. Result. The result on diagnostic test showed that the Cronbach coefficient alpha 0.996, sensitivity 96%, specificity 99% for SPGPI, cut off point 30 and area under ROC curve 0.9774. For SPRDAP instrument, the Cronbach coefficient alpha 0.937, sensitivity 92%, specificity 96%, cut off point 20 and area under ROC curve 0.9383. For SPMP instrument, the Cronbach coefficient alpha 0.8125, sensitivity 72%, specificity 95%, titik potong 70 dan area under ROC curve 0.8233. The related factors were patemal smoking PR 3.48 (1.79 to 6.78), self regulation PR 21.01 (6.98 to 63.28) and family history PR 11.89 (2.44 to 44.65). Conclusion SPGPI, SPRDAP and SPMP is reliable and valid and used as an instrument. Patemal smoking, self regulation, family history of ADHD were related to ADHD.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
D1742
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Windarti
Abstrak :
Gangguan Altention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku yang berhubungan dengan kurangnya perhatian (inattentiveness), hiperaktivitas-impulsivitas, atau kombinasi dari keduanya. American Psychiatric Association mengatakan bahwa tiga sampai lima persen anak usia sekolah di Amerika menderita ADHD. Jika jumlah anak usia sekolah dengan ADHD di Indonesia sama dengan jumlah penderita di Amerika, maka kemungkinan besar saat ini terdapat 2,13 - 3,55 juta anak usia sekolah di Indonesia yang menderita ADHD. Jumlah yang sangat besar ini menunjukkan bahwa ADHD patut mendapat perhatian yang besar. Masalah pertama yang perlu diperhatikan sebelum kita dapat melakukan penanganan lebih lanjut adalah bagaimana kita dapat mengenali anak-anak ADHD di antara anak-anak lain. Dalam skripsi ini, peneliti membuat suatu alat ukur penilaian tingkah laku ADHD yang dapat digunakan oleh orang awam, khususnya orangtua dan guru anak usia 6-9 tahun, sebagai pihak yang paling banyak berinteraksi dan mengikuti perkembangan anak. Alat ukur yang akan dibuat ditujukan untuk menyediakan informasi awal mengenai kelainan perilaku seorang anak untuk ditindaklanjuti dengan diagnosa yang lebih mendalam oleh ahli di bidang ini, seperti psikolog. Selain itu, alat ukur ini diharapkan menjadi alat bantu bagi orang awam khususnya orangtua dan guru dalam mengenali gejala awal dari ADHD sehingga penanganan sejak dini dapat segera diberikan kepada anak. Penelitian ini akan melakukan uji validitas, reliabilitas, dan analisis item, untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut baik untuk digunakan. Sedangkan norma dalam penelitian ini tidak dibuat karena penelitian ini adalah penelitian awal konstruksi tes dan tidak bertujuan untuk mendapatkan norma Subjek dalam penelitian ini diambil dengan metode pnrposive sampling, terdiri dari 30 orangtua dan 30 guru dari anak ADHD yang berusia 6-9 tahun, dan 30 orangtua serta 30 guru dari kelompok pembanding untuk keperluan uji criterion-prediction validation. Uji validitas juga dilakukan dengan uji construct validity. Reliabilitas alat diukur dengan menggunakan rumus Koefisien Alpha. Sedangkan analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi item dengan skor total tes dan menghitung perbedaan skor subjek dengan dengan kelompok pembanding sebagai kriteria eksternal. Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa item yang perlu diteliti lebih lanjut yaitu item 10, 22, 35, 40, 49, dan 50. Perhitungan t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara skor item hasil penilaian orang tua maupun guru anak ADHD dengan skor item hasil penilaian pada kelompok pembanding. Uji validitas menunjukkan bahwa alat ukur tersebut mampu membedakan antara anak ADHD dengan kelompok pembandingnya. Selain itu, item-itemnya memiliki korelasi yang signifikan dengan skor total. Reliabilitas alat ukur juga tergolong tinggi, yaitu 0,967 jika penilaian dilakukan oleh orangtua dan 0,9549 jika penilaian dilakukan oleh guru. Hasil perhitungan tambahan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor hasil penilaian guru dengan skor hasil penilaian orangtua. Berdasarkan hasil-hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa alat ukur penilaian tingkah laku ADHD pada anak usia 6-9 tahun yang diuji dalam penelitian ini valid dan reliabel serta layak untuk digunakan untuk memperoleh informasi awal tentang gangguan perilaku pada anak usia 6-9 tahun yang menunjukkan gejala-gejala ADHD.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liu, Cindy Anastasia
Abstrak :
Mahasiswa kedokteran FKUI, terutama mahasiswa di tingkat klinik selayaknya mempunyai tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap yang baik terhadap GPPH. Oleh karena, mereka sudah mendapatkan edukasi mengenai GPPH pada saat mereka menjalani pendidikan mereka di tingkat klinik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH antara mahasiswa tingkat preklinik dan klinik di FKUI. Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Sampel dipilih dari 683 mahasiswa preklinik dan 469 mahasiswa klinik BEM IKM FKUI dengan menggunakan metode acak sederhana untuk mendapatkan 96 mahasiswa preklinik dan 96 mahasiswa klinik. Kuesioner dibagikan kepada subjek penelitian dalam bulan September hingga Desember 2013. Kuesioner telah diuji validitas (Pearson alpha > 0.25) dan reliabilitasnya (Cronbach’s alpha > 0.7). Data dianalisis menggunakan program SPSS versi 20 untuk Mac. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar mahasisawa preklinik dan mahasiswa klinik masih memiliki tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap yang sangat rendah dan rendah. Selain itu, dijumpai adanya perbedaan yang signifikan dalam domain sikap terhadap GPPH antara mahasiswa tingkat preklinik dan klinik (p=0.016). Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pada Modul Praktik Klinik Psikiatri dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa klinik untuk bertemu dengan anak dengan GPPH sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. ...... Medical students in FMUI, especially those in clinical level, ought to have good level of knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD. It is because they have received education about ADHD during their study in clinical level. Thus, this research is aimed to identify the levels of knowledge/understanding, attitude, and perception toward ADHD of preclinical and clinical level students in FMUI. The research was cross-sectional study. Sample was chosen from 683 preclinical students and 469 clinical students from BEM IKM FMUI by using simple random sampling to get 96 preclinical and 96 clinical students. Questionnaires were distributed to the research subjects from September until December 2013. Questionnaire had been tested for validity (Pearson alpha > 0.25) and reliability (Cronbach’s alpha > 0.7). The result showed that majority of the respondents had very poor and poor level of knowledge/understanding, perception, and also attitude towards ADHD. Besides, there was significant different in the level of attitude towards ADHD between preclinical and clinical level student (p=0.016). Therefore, improvement to Psychiatry Clinical Practice Module is necessary to be done by giving chance for the clinical level students to meet real ADHD patients so that they could gain better knowledge about ADHD.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Michelle Alessandra
Abstrak :
ABSTRAK
Karakteristik anak dengan Attention Deficit/Hyperactivity-Impulsivity Disorder (ADHD) yang menantang bagi orang tua seringkali membuat interaksi orang tua-anak menjadi negatif. Pengalaman menghadapi anak dengan ADHD dapat meningkatkan stres ibu dan mengarahkan pada bentuk pengasuhan yang maladaptif dan kurang efektif. Lebih lanjut, bentuk pengasuhan yang negatif dapat memicu perilaku bermasalah pada anak. Pengasuhan merupakan hal penting yang juga perlu menjadi fokus dalam rangkaian penanganan ADHD. Stepping Stones Positive Parenting Program (SSTP) merupakan intervensi bagi orang tua yang memiliki anak dengan disabilitas perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan SSTP untuk mengubah gaya pengasuhan ibu yang memiliki anak dengan ADHD menjadi authoritative dan perubahan tersebut diharapkan mampu menurunkan perilaku disruptive yang ditunjukkan oleh anak. Single case study A-B with follow-up design digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pelaksanaan 10 sesi intervensi SSTP. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ), Parenting Sense of Competence (PSOC), Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), Child Behavior Checklist (CBCL), lembar pencatatan perilaku, wawancara, dan observasi pada ibu. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan gaya pengasuhan ibu menjadi authoritative dan hal tersebut juga berpengaruh pada penurunan perilaku disruptive yang ditunjukkan anak.
ABSTRACT
The challenging traits shown by children with Attention Deficit/Hyperactivity Impulsivity Disorder (ADHD) often generate a negative parent-children interaction. Experience of dealing with ADHD child could elevate maternal stress and lead to maladaptive and less effective parenting. Furthermore, negative parenting could provoke the emergence of disruptive behavior on the child. Parenting plays a big role and should also be addressed in ADHD treatments. Stepping Stones Positive Parenting Program (SSTP) is intervention for parents who have children with developmental disabilities. This study aims to evaluate SSTP effectivity in altering parenting style of mothers with ADHD children into authoritative style, which lead to a decrease of disruptive behavior shown by children. A single case study A-B with follow-up design was used to evaluate the effectiveness of 10 sessions SSTP intervention. The research instruments used includes Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ), Parenting Sense of Competence (PSOC), Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), Child Behavior Checklist (CBCL), behavior recording sheet, interviews, and observation of mother. In general, the results of this study in dicate alteration in mothers parenting style into authoritative style, and this also affects the decrease in disruptive behavior shown by the child.
2019
T53801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Mubarak
Abstrak :
ABSTRAK
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas GPPH adalah gangguan perilaku yang dapat diterapi dengan angka prevalensi yang cukup tinggi dan dapat merugikan pasien hingga usia dewasa. Namun, kepatuhan pasien untuk mengikuti terapi GPPH cukup rendah dan menjadi masalah yang cukup besar, karena pasien GPPH yang tidak mengikuti rencana terapi dengan baik dapat mengalami gangguan dalam perbaikan klinis. Selain itu, belum ada penelitian mengenai hubungan kepatuhan pengobatan terhadap lama perbaikan klinis GPPH. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan kepatuhan pengobatan terhadap lama perbaikan klinis GPPH. Penelitian ini adalah penelitian metode cross-sectional dengan menggunakan rekam medis penderita GPPH yang mengikuti kontrol di Poliklinik Psikiatri Anak-Remaja RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam periode 1 Januari 2014 - 31 Desember 2016, dengan 59 sampel. Angka kepatuhan pemberian metilfenidat pada pasien GPPH di RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah 27,1 n=59 . Kepatuhan pengobatan memiliki hubungan terhadap perbaikan GPPH dengan nilai P= 0,04, odds ratio sebesar 3,71, dan rasio prevalensi sebesar 1,84. Dalam penelitian ini, teramati bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh prioritas pasien dalam pengobatan, adanya komorbiditas, masalah pada lingkungan sosial pasien, dan efektivitas kerja obat yang dirasakan pasien. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan meningkatkan perbaikan GPPH dalam waktu 4-6 minggu sebanyak dua kali dibandingkan jika tidak patuh meminum obat.
ABSTRACT
Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD is a behavioral disorder that is treatable with a high prevalence number and could be a burden until adulthood. Adherence to ADHD therapy is considerably low and become a burden as ADHD patients with poor compliance could have an impaired clinical outcome. There has been no research about association between ADHD treatment adherence and clinical outcome of ADHD. This research implies to give knowledge about the association between ADHD treatment adherence and the clinical improvement. The method used is cross sectional method by using medical records of ADHD patients who have done the control within the range of January 1st, 2014 December 31st, 2016, with 59 medical records obtained. The adherence of ADHD medication in RSUPN Cipto Mangunkusumo is 27,1 n 59 . There is an association between ADHD treatment adherence and ADHD improvement with P value 0,04, odds ratio 3,71, and prevalence ratio 1,84. Within this research, it is observed that patient rsquo s behavior to prioritize other diseases, presence of comorbidities, patient rsquo s social issues, and methylphenidate rsquo s effectiveness are the factors to affect treatment adherence. In conclusion, medication adherence increases ADHD symptoms improvement in 4 6 weeks two times than those without treatment adherence.Keywords ADHD, treatment adherence
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Fitri Agustina
Abstrak :
Latar Belakang : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan psikiatrik paling sering dijumpai pada anak, dengan prevalensi 26,2 % di Jakarta. Berbagai penelitian menyatakan patofisiologi GPPH terkait dengan aktivitas dopaminergik, yang diduga dipengaruhi oleh serum feritin. Tujuan: Mengetahui hubungan kadar feritin dengan gejala klinis GPPH serta mengetahui adakah perbedaan kadar feritin pada anak GPPH dan bukan GPPH Metode: Desain penelitian ini adalah potong lintang, membandingkan 47 anak GPPH dan 47 anak sehat sebagai kontrol yang berusia 7-12 tahun (rerata usia 9,09± 1,29). Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan kadar feritin dengan gejala klinis GPPH. Pemeriksaan serum feritin menggunakan metode Electrochemiluminescent ImmunoAssay (ECLIA). Diagnosis GPPH ditegakkan dengan MINI KID sedangkan gejala klinis GPPH dinilai berdasarkan SPPAHI. Hasil : Tidak didapatkan hubungan bermakna antara kadar feritin dengan gejala klinis GPPH, koefisien korelasi 0,108 (p>0,05). Rerata kadar feritin anak GPPH adalah 38,7 ng/mL (median), yang tidak berbeda bermakna dengan kontrol (median 28 ng/mL). Kesimpulan: Pada penelitian ini, tidak terbukti adanya hubungan antara feritin dengan gejala klinis GPPH. Masih diperlukan studi lebih lanjut untuk melihat peran feritin melalui dopamin pada GPPH. ......Background : Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) is the most common psychiatric disorder in children with prevalence of 26,2% in Jakarta. Various studies have acknowledged the pathophysiology of ADHD in relation to dopaminergic activity possibly influenced by serum ferritin Objectives: To find relationship between ferritin level with clinical symptomsof ADHD, and to identify any difference in ferritin level in children with and without ADHD. Methods: This study is cross sectional by design, comparing 47 ADHD children and 47 healthy controls aged 7-12 years old (mean age 9.09 ± 1,29). Spearman test was performed to find correlation between ferritin level and clinical symptoms of ADHD. Serum ferritin was examined using Electrochemiluminescent ImmunoAssay (ECLIA) method. ADHD was diagnosed by MINI KID while clinical symptoms of ADHD were assessed with SPPAHI. Results : No signification correlation was found between ferritin level and clinical symptoms of ADHD, coefficient correlation 0,108 (p> 0,05). Mean ferritin level of ADHD children was 38,7 ng/mL (median) and was not significant in comparison to control group (median 28 ng/mL) Conclusions: In this study, ferritin has been found to have no correlation with clinical symptoms of ADHD. Further study needs to be performed to identity ferritin role through dopamine in ADHD
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>