Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pinem, Saroha
"Pada waktu memberikan pertolongan persalinan, bidan selalu mempunyai risiko terinfeksi oleh penyakit yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lain seperti HIV/AIDS, Hepatitis B (HBV) dan penyakit- penyakit lain. HIV/AIDS adalah penyakit menular seksual yang paling berbahaya, belum ditemukan cara pengobatannya dan berakhir dengan kematian bagi penderitanya (Depkes RI, 2001).
Di pusat-pusat pelayanan kesehatan, penularan HIV /AIDS dan HBV dapat terjadi secara silang dari pasien pengidap HIV dan pengidap HBV ke pasien bukan pengidap HIV atau pengidap HBV dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
Untuk mencegah penularan HIV/AIDS, HBV dan penyakit-penyakit lain yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya kepada bidan maupun pasien , maka setiap bidan yang menolong persalinan perlu memegang perinsip-prinsip pencegahan infeksi, yaitu prinsip kewaspadaan universal (Depkes RI,1999, Saifuddin dkk,2002).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran penerapan kewaspadan universal oleh bidan di 9 kamar bersalin Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur pada waktu melakukan pertolongan persalinan, juga ingin dilihat hubungannya dengan faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang yang dilaksanakan pada bulan September 2003. Data diperoleh melalui observasi langsung di kamar bersalin dan pengisian kuesioner oleh responden.
Hasil penelitian menunjukkan baru 16,7% responden yang menerapkan kewaspadaan universal dengan benar yaitu menerapkan seluruh komponen kewaspadaan universal sebagaimana mestinya. Dari hasil penelitian juga diperoleh gambaran factor-faktor yang berhubungan dengan penerapan kewaspadaan universal yaitu faktor predisposisi adalah pengetahuan responden tentang kewaspadaan universal (p = 0,002), dan faktor pemungkin yaitu pernah tidaknya responden mengikuti pelatihan kewaspadaan universal atau yang berkaitan dengan kewaspadaan universal (p = 0.020) dan ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan untuk penerapan kewaspadaan universal ( p = 0,000).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan saran agar Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur bersama dengan staf yang terkait menetapkan kebijakan tentang kewaspadaan universal, mengadakan pelatihan kewaspadaan universal atau yang berkaitan dengan kewaspadaan universal secara berkala dan berkesinambungan, menyebarkan poster-poster tentang kewaspadaan universal, memajang SOP tentang penerapan kewaspadaan universal di tempat yang gampang terlihat dan mudah dibaca dengan jelas oleh semua petugas di kamar bersalin dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk penerapan kewaspadaan universal khususnya alat pelindung diri dalam jumlah yang cukup untuk dipakai oleh bidan pada waktu menolong persalinan.
Daftar bacaan: 41 (1980 - 2003)

When a midwife assisting a delivery, she will always have a risk to contract with a disease, such as HIV/AIDS, Hepatitis B (HBV), or other diseases transmitted by blood or other body fluid. Special attention is given to HIVVAIDS, as the most dangerous sexually transmitted disease, which has not yet found the appropriate medication and will always end with the loss of life of the person who suffer from AIDS (MOH, 2001).
The transmission of the HIV/AIDS or HBV at many of the centers of health services usually due to a cross-transmission from patient to patient, and not from patient to the health providers or vice versa. Therefore, to prevent the occurrence of the transmission to the patient or health provider, in this case the midwife, every midwife who assists the delivery has to follow the rule for the infection prevention, i.e. the universal precaution (MOH, 1999; Saifuddin el. al, 2002).
The objective of the study is try to find out the description of the implementation of the universal precaution by the midwife at 9 delivery room at Sub-district Puskesmas in the area of East Jakarta. The study will look at the relation of the implementation by it predisposing, enabling, and reinforcing factors.
The study is a descriptive study using a cross-sectional design and has been carried out in September 2003. Data were collected from a direct observation at the delivery room and a questionnaire filled by respondent.
The result of the study show that only 16.7% of respondent who implement the universal precaution in appropriate way. It means that she apply the whole component of the universal precaution as it should be. The study also found that factors related to the implementation of the universal precaution are: respondent's knowledge on the universal precaution (with p: 0.002) as the predisposing factor; and ever have follow any training on or related to the universal precaution (with p: 0.020) and the availability of facility needed to implement the universal precaution (with p: 0.000) as the enabling factors.
Regarding to the result of the study some suggestions are offered: to the Head of the East Jakarta Health Authority, together with his/her staff, to decide the policy on the matter of the universal precaution; to accomplish a training on the universal precaution or other training related to the universal precaution in a certain period and with continuity; to distribute the information of the universal precaution by posters or flyers, or posted the SOP of the universal precaution at the place that easy to read by every health personnel at the delivery room.
Adjacent to all suggestions above, facility needed to implement the universal precaution, especially the self-protection instruments (glasses, protection gown, or gloves) should be always enough in number and available when it needed to protect the midwife at the time she has to do assisting the delivery.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"We use an electromagnetic plating system based on the electric and magnetic field to reduce the Fe and Mn concentrations on deep well water. The parameters in this research are solenoide current and voltage difference between electrodes. The results shows that for uncovered electrodes, optimal condition is reached at solenoide when current is 4 ampere. Meanwhile, the voltage optimal condition is reached when voltage is 4 volt. For coated electrodes (flexi glass) the optimal concentration of Fe is reached at solenoide when current is 4 ampere. While for variation of voltage the optimal concentration Fe is reached when voltage is 4 volt."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriany Juhari
"Joint attention (JA) merupakan salah satu defisit pada anak dengan autism spectrum disorder (ASD), padahal, para peneliti telah menemukan bahwa keterampilan JA memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak. JA berhubungan dengan perkembangan bahasa dan interaksi sosial anak, baik anak normal maupun anak ASD. Oleh karena itu, para ahli menyarankan agar joint attention menjadi salah satu target utama dalam penerapan intervensi untuk anak autism. Pada penelitian ini, JA dilatihkan pada anak ASD melalui teknik intervensi gabungan discrete trial training (DTT) dan pivotal response training (PRT) yang merupakan bagian dari pendekatan behavioristik. Pada intervensi ini, dua jenis JA, yaitu response to joint attention (RJA) dan melakukan initiation to joint attention dilatihkan pada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik intervensi gabungan DTT dan PRT dapat meningkatkan keterampilan JA, baik RJA maupun IJA, pada anak ASD.

Deficit in joint attention is one of characteristic children with autism spectrum disorder (ASD). Since joint attention have important role for language dan social development, researchers suggested joint attention skill as pivotal target in any intervention for autism. In this study, child with ASD were taught to response joint attention bids and initiate joint attention independently. Both of type joint attention were taught to the child with ASD using discret trial training (DTT) and pivotal response training (PRT) technique. Result show that implementation of both DTT and PRT can improve joint attention skill in child with ASD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurifah
"Sejak dahulu masalah perilaku pada anak telah menjadi topik bahasan yang menarik bagi masyarakat dan para ahii. Perilaku dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas. pertama kali disebut sebagai "Fidgety Phill" yang dikemukakan oleh Heinrich Hoffman.
Gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas (GPPH) atau attention defisit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perilaku yang ditandai kesulitan memusatkan perhatian, perilaku yang impulsif, dan aktifitas berlebihan yang tidak sesuai dengan umurnya. Gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas merupakan kelainan psikiatrik.dan gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.
Prevalens GPPH berkisar antara 3%-5% pada anak usia sekolah. Insiden GPPH di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi dari 2%-20% pada anak usia sekolah dan 3%-5% pada anak prapubertas. Prevalens GPPH di Indonesia sampai saat ini belum diketahui. Insiden GPPH lebih sexing dijumpai pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3-5:1.
Prestasi akademik terhadap mata pelajaran di sekolah terutama pada anak usia sekolah dasar merupakan hal yang sangat mempengaruhi akan keberhasilan dalam pendidikan dimasa depan. Prestasi akademik yang baik pada saat sekolah dasar akan menjadi landasan untuk dapat mencapai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Anak yang mengalami' gangguan dalam memusatkan perhatian, impulsif dan hiperaktif akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam mengatasi pelajaran yang didapatkan di sekolah. Bila anak sulit un.tuk memusatkan perhatian maka akan terjadi hambatan dalam prestasi aliademik, terutama pada mats pelajaran yang membutuhkan konsentrasi. Hambatan ini apabila tak diatasi dengan tepat bisa menyebabkan kegagalan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pada populasi umum proporsi anak yang mengalami kesulitan dalam kegiatan akademik berkisar antara 10% - 20%. Sedangkan pada anak GPPH proporsinya lebih besar, berkisar antara 30%-40%. Anak dengan GPPH mengalami kesulitan dalam belajar, terutama pada mata pelajaran membaca, menulis dan berhitung.
Anak usia sekolah yang menderita GPPH akan berlanjut sampai masa remaja sekitar 30%-80% dan berlanjut sampai dewasa bila tidak ditanggulangi dengan baik sekitar 65%. Gejala yang menetap hingga masa remaja berhubungan dengan kemampuan di bidang akademik, perilaku dan masalah sosial. Pasien yang mengalami pengurangan gejala pada saat remaja akan mempunyai interaksi sosial dalam masyarakat sama dengan anak normal dan tidak melakukan penyalahgunaan obat, namun tidak sama dalam kemampuan akademik. Bila tidak dilakukan intervensi akan menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap pasien itu sendiri, keluarga, sekolah dan masyarakat di sekitarnya.
Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, dapat dikemukakan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana prestasi akademik anak GPPH pada usia sekolah ?
b. Apakah prestasi akademik anak GPPH lebih rendah dibandingkan anak bukan GPPH pada usia sekolah?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Tiksnadi
"Latar belakang: Penegakkan diagnosis gangguan pemusatan perhatianlhiperaktivitas (GPPH), suatu gangguan perilaku terbanyak pada anak usia SD, dilakukan secara subjektif. Anak GPPH menunjukkan berbagai spektrum gangguan kognitif yang sering menyebabkan kegagalan fungsi kehidupan sosial dan akademik. Pemeriksaan P300 event-related potential (ERP) merupakan teknik pemeriksaan neurofisiologis yang wring digunakan untuk meuilai fungsi kognitif secara objektif.
Tujuan: Untuk mengetahui profil pemeriksaan P300 pada anak GPPH.
Metoda: studi potong lintang pemeriksaan ERP auditorik diskriminasi 2 nada pada 75 anak GPPH yang memenuhi kriteria inklusi. Performa motorik dan gelombang ERP yang timbal terhadap nada target direkam dan dianalisis.
Hasil: Rerata kecepatan reaksi, hits, dan latensi gelombang P300 didapatkan berbeda bermakna antara tipe-tipe GPPH (inatentif, hiperaktif, dan kombinasi). Anak GPPH dengan komponen inatentif menunjukkan kecepatan reaksi dan latensi gelombang P300 yang memanjang (p<0.001), serta hits yang lebih rendah (p<0.01). Commission error cenderung lebih tinggi pada anak GPPH dengan komponen hiperaktif. Pada anak GPPH tipe hiperaktif juga taxnpak kecenderungan respon motorik yang mendahului terbentuknya gelombang P300. Amplitudo gelombang P300 pada sadapan frontal ditemukan lebih tinggi pada anak GPPH tipe inatentif.
Kesimpnlan: Pemeriksaan P300 auditorik diskriminasi 2 nada dapat digunakan untuk menilai fungsi kognitif anak GPPH. Inatentivitas dan hiperaktivitas rnempengarubi performa motorik dan latensi gelombang P300. Amplitudo yang tinggi di area frontal mungkin merupakan mekanisme kompensasi anak GPPH dalam upaya mengatasi gangguan atensi yang terjadi.

Background: Subjective behavioral assessment of attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD), the most common pediatric behavioral disorder in school-aged children, has norm to date. Children with ADHD commonly show some spectrums of cognitive dysfuction; accounting for many social and learning problems. P300 event-related potential (ERP), as a neurophysiological technique, provides measurements of speck cognitive domains objectively.
Objective: To investigate profiles of P300 ERP in school-aged children with ADHD.
Method: Auditory ERP two-tone discimination ('oddball') paradigms were recorded from 75 children diagnosed with ADHD (inattentive, hyperactive, and combined type). Motor performances and ERPs elicited to target stimul were analyzed for between-group differences. Results: Reaction times (RTs), hits, and P300 latency were significantly differ between groups. Slower RTs, poorer hits, and longer P300 latency were significantly recorded in groups with inattentive component (p
Conclusions: Auditoric P300 ERP two-tone discrimination paradigmn in ADHD children are capable to reveal disturbances in some aspects of cognitive domains. Inattention and hyperactivity-impulsivity impact the motoric performance and the P300 latency. Attenuated P300 amplitude in frontal region may reflect an attentional compensation mechanism in ADHD children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Gemayuni Yusman
"Terdapat berbagai masalah klinis yang dapat terjadi dalam masa perkembangan anak. Masalah-masalah tersebut seharusnya menjadi perhatian karena berbagai konsekuensi yang mungkin terjadi dan dapat berlanjut hingga masa dewasa. Salah sate masalah klinis adalah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), yang merupakan suatu gangguan perkembangan, dalam bentuk gangguan pemusatan perhatian. Gangguan ini memiliki tiga gejala utama, yaitu inattention (kurang mampu memperhatikan), impulsivitas, dan hiperaktivitas (Wenar & Kerig, 2000).
Anak yang didiagnosa ADHD seringkali memiliki gangguan psikiatris lain dan mengalami serangkaian resiko kesehatan, perkembangan, dan sosial. ADHD diklasifkasikan dalam DSM-IV sebagai disruptive behavior disorder' karena adanya kesulitan yang signifikan dalam perilaku sosial dan penyesuaian sosial. Perilaku interpersonal anak ADHD lebih impulsif, mengganggu, berlebihan, tidak teratur, agresif, intens, dan emosional, sehingga mereka mengalami kesulitan dan gangguan dalam alur interaksi sosial biasa yang resiprokal dan kooperatif, yang merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sosial anak. Barkley (2004) mengungkapkan bahwa ketika anak ADHD memasuki sekolah dasar, masalah dalam ketiga karakteristik utama berlanjut dan ditambah dengan berbagai kesulitan karena sekarang masalah mungkin terjadi di sekolah dan rumah. PrevaIensi ADHD pada usia sekolah mencapai sekitar 5 % dari anak usia sekolah (Wenar & Kerig, 2000). Masalah sosial pada anak ADHD muncul bukan hanya karena perilaku inattentive, hiperaktif, dan impulsif mereka, namun juga merupakan konsekuensi dari ekspresi emosi, raut muka, nada bicara, dan Bahasa tubuh yang berlebihan, lebih terbatasnya timbal batik dalam interaksi, kurang digunakannya pemyataan sosial yang positif, lebih negatifnya aksi fisik, dan terbatasnya pengetahuan akan keterampilan sosial (Barkley, 2004).
Menurut Combs & Slaby (dalam Cartledge & Milburn, 1995), keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial dan membawa manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain secara timbal balik. Selain treatment dengan obat-obatan, anak ADHD membutuhkan bantuan khusus untuk mengembangkan tehnik dalam mengelola pola perilaku, termasuk cara berinteraksi dengan orang lain (National Institute of Mental Health, 2000). Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menyusun suatu program pelatihan keterampilan sosial bagi anak ADHD usia sekolah (6 -- 12 tahun). Pelatihan yang dilakukan merupakan modifikasi dari program pelatihan keterampilan sosial yang dikembangkan oleh Goldstein & Pollock (1988).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial anak usia sekolah yang mengalami ADHD melalui program pelatihan keterampilan sosial. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengambilan sampel penelitian akan dilakukan melalui pemeriksaan psikologis. Subyek penelitian adalah 3 anak usia sekolah dengan diagnosis ADHD pada Axis I. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner asesmen keterampilan sosial yang diisi oleh guru dan orangtua sebelum dan sesudah subyek mengikuti pelatihan (pre and post training). Berdasarkan hasil kuesioner sebelum pelaksanaan program pelatihan serta wawancara dengan guru dan orangtua subyek, peneliti menentukan target pelatihan yaitu keterampilan sosial yang dianggap masih kurang atau buruk pada ketiga subyek. Tiga keterampilan sosial yang menjadi target pelatihan adalah Bertanya dengan Baik, Mengikuti PerintahlInstruksi, dan Menyadari Akibat Tindakannya terhadap prang Lain. Peneliti juga menggunakan token reinforcement berupa stiker "senyum" untuk menguatkan keterampilan sosial yang dilatihkan dan agar subyek bersikap kooperatif selama pelatihan. Token yang telah dikumpulkan oleh subyek dapat ditukarkan dengan hadiah pada hari terakhir pelatihan. Selama pelaksanaan pelatihan, peneliti melakukan observasi terhadap perilaku maupun jawaban-jawaban yang diberikan subyek pada tiap pertemuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan sosial yang telah dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan (dengan tiga kali pertemuan inti untuk melatih keterampilan sosial yang menjadi target pelatihan) memperlihatkan terjadinya perkembangan keterampilan sosial pada subyek penelitian. Hasil kuesioner yang diisi 10 hari sesudah pelatihan (post training) menunjukkan bahwa dua subyek mengalami perubahan dalam hal keterampilan sosial sedangkan satu subyek lainnya tidak mengalami perubahan. Penerapan token reinforcement ditemukan cukup berhasil pada dua subyek yang mengalami perubahan namun kurang berhasil pada subyek yang tidak mengalami perubahan.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Supriawan
"Latar belakang : Sepak bola merupakan olahraga open motor skill sehingga harus memiliki atensi dan memori kerja yang baik untuk menghadapi lingkungan pertandingan yang dinamis. Pemain yang berpengalaman akan mempunyai level atensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemain yang tidak pengalaman. Memori kerja menggambarkan kemampuan seorang atlet dalam mempersepsikan informasi sensoris menjadi sebuah aksi yang bertujuan sehingga akan mempengaruhi performa atlet. Di Indonesia belum ada pemeriksaan objektif mengenai hal ini. Tujuan penelitian mengetahui performa atensi dan memori kerja pada atlet sepak bola berdasarkan pemeriksaan Trail Making Test (TMT) B, Letter Cancellation Test (LCT) dan neurofisiologis event-related potential (ERP) P300.
Metode Penelitian : Studi potong lintang yang membandingkan atlet sepak bola liga 3 dengan kelompok non-atlet untuk mengidentifikasi waktu tercepat melakukan tugas TMT B, LCT dan performa P300 seperti latensi, simetrisitas kedua hemisfer, kecepatan reaksi serta tingkat kesalahan berdasarkan omission error dan commission error. Analisa menggunakan uji t test berpasangan, Wilcoxon dan uji Fisher
Hasil : Dari 14 subjek pada masing masing kelompok, waktu pengerjaan LCT pada atlet cenderung lebih cepat namun tidak bermakna (p=0,168), lebih lama pada TMT B (p=615), latensi P300 lebih cepat pada semua sadapan kecuali di FP2 dan bermakna pada daerah temporal (T3, T5,T6), parietal (Pz) dan oksipital (01), latensi P300 yang simetris di semua sadapan dan amplitudonya P300 yang simetris dibandingkan non-atlet yang terdapat frontal asimetris serta tingkat ketelitian yang lebib baik dengan tidak adanya kesalahan pada omission error (0 vs 4subjek ) dan sedikitnya kesalahan pada commission error (2 vs 6 subjek).
Kesimpulan : Pemerikaan ERP P300, TMT B dan LCT dapat digunakan sebagai pemeriksaan objektif untuk menilai atensi dan memori kerja pada atlet sepak bola. Latensi yang lebih cepat dan simetris, amplitudo frontal yang simetris, tingkat kesalahan yang sedikit menunjukkan performa atensi dan memori kerja yang cepat dan akurat, namun belum tergambarkan secara fenotip (TMT B dan LCT).

Background : Football is an open motor skill sport, therefore to compete in a fast-paced atmosphere, you'll need to pay close attention and have an excellent working memory. Players with more experience will pay more attention than inexperienced players. Working memory is the term used to characterize an athlete's capacity to translate sensory information into intentional action that will impact performance. There hasn't been any impartial investigation of this issue in Indonesia. Using the Trail Making Test (TMT) B,
Letter Cancellation Test (LCT), and neurophysiological event related potential (ERP) P300 tests, the study's objective was to assess soccer players' attention and working memory
abilities.
Method : To determine the quickest time to complete TMT B, LCT, and P300 performance tasks, such as latency, symmetry of both hemispheres, reaction time, and error rate based on omission error and commission error, a cross-sectional study compared groups of league 3 soccer players with non-athlete groups in Indonesia. analysis utilizing the
Wilcoxon, paired t tests and Fisher.
Results : Of the 14 subjects in each group, the time for LCT processing in athletes tended to be faster but not significant (p=0.168), longer in TMT B (p=0,615), P300 latency was faster in all leads except in FP2 and significant in the temporal (T3, T5, T6), parietal (Pz) and occipital (01), symmetrical P300 latency in all leads and symmetrical P300 amplitude compared to non-athletes who have frontal asymmetry and a better level of accuracy with no errors in omission error (0 vs 4 subjects) and least error on commission error (2 vs 6 subjects).
Conclusion : Soccer players' attention and working memory can be evaluated objectively by looking at their ERP P300, TMT B, and LCT. Although not yet phenotypically defined (TMT B and LCT), faster latency and symmetrical, symmetrical frontal amplitude, reduced mistake rate, imply rapid and accurate attentional and working memory function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Pangestika
"Kondisi kualitas tidur buruk yang dialami remaja menjadi salah satu faktor yang memengaruhi konsentrasi belajar pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan konsentrasi belajar pada remaja di Kota Depok. Studi cross sectional dilakukan di sebelas SMA di Kota Depok. Sampel penelitian berjumlah 429 siswa dengan rentang usia 12 sampai 18 tahun dengan rerata usia 16 tahun. Sampel diambil menggunakan metode probability sampling; cluster random sampling dikombinasikan dengan simple random sampling. Instrumen yang digunakan berupa instrumen stres, insomnia, kualitas tidur dan konsentrasi belajar. Hasil penelitian menunjukkan kualitas tidur baik 30,5% (131 orang) dan kualitas tidur buruk 69,5% (298 orang). Siswa dengan konsentrasi belajar baik 17,9% (77 orang), konsentrasi belajar menengah 68,8% (295 orang) dan konsentrasi belajar buruk 13,2% (57 orang). Hasil uji chi square menunjukan ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan konsentrasi belajar (p=0,000). Kualitas tidur dapat memengaruhi tingkat konsentrasi belajar baik ataupun buruk pada siswa. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat dan pihak sekolah dapat meningkatkan edukasi terkait tidur dan istirahat agar dapat meningkatkan konsentrasi belajar serta prestasi belajar.

The condition of poor sleep quality experience by adolescents is one of the factors that influence the concentration of learning in adolescents. This study aims to determine the relationship between sleep quality and concentration of learning in adolescents in Depok. The cross sectional study was conducted in eleven high schools in Depok City. The research sample consisted of 429 students with an age range of 12 to 18 years with an average age of 16 years. Samples were taken using probability sampling method; cluster random sampling combined with simple random sampling. The instruments used were instruments of stress, insomnia, sleep quality and learning concentration. The results showed good sleep quality of 30.5% (131 people) and poor sleep quality 69.5% (298 people). Students with good learning concentration 17.9% (77 people), secondary learning concentration 68.8% (295 people) and poor learning concentration 13.2% (57 people). Chi square test results showed a significant relationship between sleep quality and concentration of learning (p = 0,000). Sleep quality can affect the level of concentration of learning good or bad for students. This study recommends that nurses and schools can improve education related to sleep and rest in order to improve learning concentration and learning achievement."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas, James Lawrence
New York: Dell Book, 1996
616.858 9 THO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia R.R. Ibrahim
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S2252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>