Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Campbell, Ian M.
London: Johkn Wiley & Sons, [19--]
551.5 CAM e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Variabilitas curah hujan merupakan penyebab utama dalam jumlah keseimbangan air di setiap Daerah Aliran Sungai (DAS) dalamskala ruang dan waktu, sehingga variabilitas curah hujan memiliki peranan penting terhadap debit aliran permukaan. Tidak hanya curahhujan sebagai
input
utama, tingkat penutupan lahan dan sifat fisiktanah dengan berbagai konsep pun merupakan
input
penting dalammenjaga kesetimbangan jumlah air dalam suatu DAS, sehinggamenghasilkan satu kesetimbangan neraca air, dan debit aliranpermukaan dianggap sebagai keluaran yang berpeluang untukkebutuhan sektor. Data yang digunakan adalah luaran model GCM
Geophysical Fluid Dynamics Laboratory
(GFDL) curah hujan dalamsatuan (mm) yang direduksi dari skala global menjadi lokal. Selain itudata curah hujan (mm) satelit
Tropical Rainfall Measuring Mission
(TRMM, 3B43) dengan resolusi 0,25 derajat (setara dengan 27,5
km
2
),suhu (
0
C) dari
Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer
(MODIS)level dengan resolusi 0,045 derajat (setara dengan 5 km
2
). Begitu puladata observasi curah hujan, suhu dan debit aliran permukaan(mm
3
/det) dari tahun 2001 hingga 2009 yang digunakan untuk validasidata satelit dan model atmosfer. Korelasi antara curah hujan observasidengan satelit dan luaran model atmosfer masing-masing sebesar 0,76dan 0,65. Dengan menggunakan metode
Hydrological Simulation Model
(HYSIM) dapat diketahui proyeksi debit aliran permukaan dimasamendatang berbasis model atmosfer di DAS Citarum, Jawa Barat.Berdasarkan debit aliran perhitungan dan observasi dari tahun 2001hingga 2009, ternyata memiliki kesesuaian yang sangat mirip dengankoefisien korelasi 0,8. Setelah dikalibrasi proyeksi debit aliran tahun2011 hingga 2019 adalah mengikuti pola tahun-tahun sebelumnyadengan korelasi 0,6. Debit aliran dipengaruhi dengan curah hujan diwilayahnya. Berdasarkan curah hujan proyeksi, diketahui bahwa curahhujan meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan, makaketersediaan air pun lebih banyak, sehingga debit aliran permukaan diDAS Citarum diperkirakan cenderung meningkat."
600 JADIR 8:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu penghasil gas rumah kaca yang banyak menjadi sorotan adalah gas CO2. Gas ini paling banyak diemisikan dari pemakaian energi dan menyebabkan pemanasan global, oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menguranginya. Salah satu contoh pengimplementasiannya adalah gas CO2 yang disuntikkan ke dalam tanah, selain itu ada pula penyuntukkan CO2 cair kedalam laut."
520 DIRGA 10:3 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gedzelman, Stanley David
New York: John Wiley & Sons, 1980
551.5 GED s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kolobkov, N.
Moscow: Foreign Languages, [date of publication not identified]
551.5 KOL o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Harvey, John G.
London: Artemis Press, 1985
551.46 HAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini akan mengulas potensi emisi metana dari sumber genangan banjir
dengan alasan pertama baru sedikit pustaka yang menyebutkan banjir sebagai salah
satu sumber emisi metana yang bersifat antropogenik (dampak dari kegiatan manusia),
temporer (sewaktu-waktu), dan bentuk emisi yang berupa sumber area. Ke dua,
kejadian banjir yang cenderung, semakin hari semakin memiliki frekuensi yang tinggi
setiap tahun, area yang terkena banjir semakin meluas dengan genangan yang
semakin meninggi setiap kejadian banjir. Ke tiga, penyebaran konsentrasi metan yang
dapat sampai ke lapisan stratosfer berpotensi memanasi bumi (pemanasan global) dan
terjadinya penipisan lapisan ozon (lubang ozon). Oleh karena itu melalui tulisan ini
akan diulas mengapa banjir berpotensi sebagai sumber emisi metan. Potensi emisi
metana dari banjir dapat dilihat dari warna air genangan selama banjir yang berwarna
sebagian besar adalah coklat tanah, luas areal yang terkena banjir, ketinggian
genangan air, dan lama kawasan tergenang air selama beberapa hari. Hasil estimasi
emisi CH4 dari lahan banjir hanya 0,0002 % dari semua sumber emisi CH4. Walaupun
prosentasi emisi CH4 dari sumber banjir sangat kecil, tetapi kecenderungan daerah
yang terkena banjir dari tahun ke tahun semakin meluas dengan tinggi genangan lebih
tinggi dan lama tergenang yang lebih lama."
620 DIR 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ini membahas tentang konsep dasar riset ionosfer regional. Konsep
penelitian dan pengembangan pengetahuan dinamika ionosfer regional dan
pemanfaatannya telah disusun berdasarkan tugas dan fungsi Bidang Ionosfer dan
Telekomunikasi. Tiga tahapan dalam rangkaian penelitian, pengembangan, dan
pemanfaatan pengetahuan dinamika ionosfer adalah pembangunan bank data ionosfer
regional, penelitian dan pengembangan dinamika ionosfer regional, dan pengembangan
kemasan hasil riset untuk pemanfaatan. Pengembangan bank data ionosfer regional
dimaksudkan sebagai dasar penopang yang kuat bagi kegiatan penelitian dan
pengembangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan diarahkan untuk memahami
dinamika ionosfer regional dan pengaruhnya terhadap komunikasi dan navigasi.
Pengemasan hasil riset dimaksudkan agar informasi yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan pengguna. "
620 DIR 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Perbandingan antara model TEC near-real time (TEC-NRT) regional Indonesia dan model TEC GIM (Global Ionospheric Map) berdasarkan variasi diurnal telah dapat dilakukan. Metode perbandingannya dengan mencari selisih nilai TEC kedua model secara spasial (lintang dan bujur) yang mencakup wilayah Indonesia. Perbandingan yang telah dilakukan hanya menggunakan data TEC kedua model tanggal 15 Maret 2009 dengan rentang waktu 0 â?? 10 UT. Kedua model memiliki pola yang sama dalam pola diurnal. Hanya saja, pola grafik diurnal TEC model GIM lebih landai dibandingkan model TEC-NRT sehingga terlihat waktu nilai puncak TEC kedua model berbeda. Jam 6 UT adalah waktu nilai TEC mencapai puncak dalam variasi diurnal untuk model TECNRT, sedangkan model GIM memiliki waktu puncak TEC pada jam 8 UT dalam variasi diurnal. Pemodelan TEC dari model TEC-NRT secara umum lebih rendah (underestimate) terhadap TEC model GIM. Dari jam 0 â?? 10 UT, selisih nilai TEC model TEC-NRT sekitar 2 â?? 20 TECU dari nilai TEC model GIM. Selisih terbesar pada jam 10 UT, yaitu sekitar 10 â?? 20 TECU. Pada jam tersebut, nilai TEC model TEC-NRT seluruh wilayah Indonesia model lebih rendah dibandingkan model GIM"
620 DIR 5:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>