Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danang Prakoso
Abstrak :
Kontrol kongesti merupakan hal yang mendasar dalam jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) untuk mendukung layanan `best-effort' atau Available Bit Rate (ABR). Dengan kontrol kongesti yang memadai kita dapat memakai jaringan yang ada tanpa harus menegosiasikan kontrak terlebih dahulu dengan jaringan tersebut. Kongesti terjadi bila jumlah kecepatan masukan lebih besar dibandingkan dengan kapasitas keluaran saluran. Pemilihan kontrol kongesti yang tepat memungkinkan setiap kelas layanan dalam ATM berfungsi secara efektif, untuk itu dalam jaringan ATM dikenal dua macam kontrol kongesti `closed loop', yaitu rate-based dan credit-based. Dalam tesis ini akan dianalisa unjuk kerja dua macam skema kontrol kongesti dalam trafik ABR, yaitu skema ERICA dan MIST (rate-based), serta skema QFC (credit-based). Secara umum skema QFC mempunyai throughput keluaran dan Fairness Index yang lebih baik (82 % dan 1) dibandingkan dua skema lainnya pada aplikasi Metropolitan Area Network (MAN), sedangkan kebutuhan bufer ketiga skema relatif kecil. Pada aplikasi Wide Area Network (WAN), nilai throughput dan fairness index skema QFC sebesar 79% dan 0,999 juga merupakan yang terbaik diantara ketiga skema tersebut.
Congestion control is essential for Asynchronous Transfer Mode (ATM) network in providing 'best-effort' service, or Available Bit Rate (ABR). With proper congestion control, we can use the network at any time without first negotiating a traffic contract with the network. Congestion will occur when total input rate is larger than the output link capacity. To enable each service class to function effectively two closed loop congestion control, rate-based and credit-based have been introduced for ATM network. This thesis will analyzes performance of two congestion control in ABR traffic, that is ERICA and NIST scheme (rate-based), also QFC scheme (credit-based). As a result, QFC scheme has better throughput and fairness index (82 % and I) than the other scheme in the Metropolitan Area Network (MAN) application. Buffer requirement is relatively small for all schemes. In the Wide Area Network (WAN), QFC scheme is still the best with 79 % of throughput and 0,999 of fairness index.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Rumondang R.
Abstrak :
Mekanisme kontrol kongesti yang berbeda antara TCP dengan ATM menjadi latar belakang penelitian ini untuk meneliti bagaimana pengaruh interaksi kontroI kongesti TCP dan ATM terhadap performansi TCP pada jaringan ATM. Penelitian juga dilakukan terhadap pengaruh variasi ukuran window, kapasitas link dan jenis kontrol kongesti TCP terhadap performansi TCP pada ATM. Penelitian dilakukan pada model topologi network parking lot dengan menggunakan The NIST ATM/HFC Network Simulator. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa meningkatkan prosentase goodput dengan meningkatkan ukuran advertised window dan kapasitas link dibatasi delay antrian pada switch dan cell loss pada jaringan ATM. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya kontrol kongesti ASR pada layer ATM dapat mengurangi cell loss dan memperbaiki fairness index TCP pada ATM Adanya algoritma fast recovery pada TCP Reno hanya memperbaiki fairness index TCP pada ATM sedangkan prosentase goodput mengalami penurunan.
The difference congestion control between transmission control protocol (TCP) and asyncronous transfer mode (ATM) has motivated to research the influence of interaction between TCP and ATM congestion control to the performance of TCP over ATM. The research is also examine the impact of advertised window size, link capacity and the type of TCP congestion contol to TCP performance. This research is done on parking lot model and used The NIST ATM/HFC Network Simulator. The finding of the research is to increase goodput percentation by increasing advertised window size and link capacity is limited by queuing delay of the switch and cell loss of ATM Network. The outcome of the research also shows that there is ASR congestion control on ATM layer is to prevent more cell losses and improve fairness index of TCP over ATM. Fast recovery algorithm on TCP Reno is improving fairnes index of TCP over ATM meanwhile percentation goodput is decreasin.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandun Widhiantoro
Abstrak :
Analisa unjuk kerja penggunaan empat skema kontrol explicit rate untuk layanan Available Bit Rate (ABR) dalam satu jaringan ATM telah dilaksanakan. Empat skema kontrol tersebut adalah EFCI, EPRCA, ERICA dan KIST. Analisa penggunaan keempat skema kontrol tersebut dilakukan dengan menggunakan sebuah model topologi jaringan ATM point to point dengan konfigurasi `parking lot'. Dengan topologi jaringan tersebut, keempat skema kontrol tersebut dikonfigurasikan dalam dua tahap penelitian, yaitu 4 dan 12 skenario konfigurasi jaringan. Berdasarkan hasil simulasi dan analisa penelitian tahap 1, skenario konfigurasi 2 menghasilkan throughput terbesar yaitu 98,58 % dari throughput ideal dan juga menghasilkan nilai fairness index terbesar 0,9865. Skenario konfigurasi 1 menghasilkan throughput terkecil 96,33 % dari throughput ideal dan juga menghasilkan nilai fairness index paling kecil 0,9806. Berdasarkan hasil simulasi dan analisa penelitian tahap II, Skenario konfigurasi 6 menghasilkan throughput terbesar 96,52 % dari throughput ideal dan juga menghasilkan nilai fairness index terbesar 0,9887. Skenario konfigurasi 10 menghasilkan throughput terkecil 88,84 % dari throughput ideal dan juga menghasilkan nilai fairness index terbesar 0,9532.
Performance analysis of usage of fourth explicit rate control scheme for ABR services in an ATM network have been performed. The fourth control schemes are EFCI, EPRCA, ERICA and NIST. The analysis of usage of fourth control scheme was performed in a point to point ATM network topology model with 'parking-lot configuration'. With that network topology, the fourth control scheme was configured in two phase of research, which is 4 and 12 configuration scenarios. Based on the first phase research' simulation and analysis results, the 2nd configuration scenarios giving the biggest throughput, that is 98.58% from expected throughput and also giving the biggest fairness index value, that is 0.9865. The 1st configuration scenarios giving the smallest throughput, that is 9633% from expected throughput and also giving the smallest fairness index value that is 0.9806. Based on the second phase research' simulation and analysis results, the 6th configuration scenarios giving the biggest throughput, that is 96,52% from expected throughput and also giving the biggest fairness index value, that is 0.9887. The 10th configuration scenarios giving the smallest throughput, that is 88.84% from expected throughput and also giving the smallest fairness index value that is 0.9532.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T9772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Imelda Badan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S38597
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sunarto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Contents : - Prologue - Section 1: ATM Architecture - Chapter 1.1 An Overview of ATM - Chapter 1.2 ATM Physical Layer and ATM Signaling - Chapter 1.3 Switch Architectures and Traffic Scheduling - Chapter 1.4 ATM Services and Associated Adaptation Layers - Section 2: ATM Management - Chapter 2.1 An Overview of Network Management for ATM - Chapter 2.2 Traffic Control in ATM Networks - Chapter 2.3 Aspects of ATM Traffic Management - Chapter 2.4 ATM Adaptation-Layer Switching - Chapter 2.5 ATM Performance Testing and QoS Management - Section 3: ATM Integration - Chapter 3.1 ATM LANs - Chapter 3.2 Multiprotocol Integration with ATM - Chapter 3.3 Wireless ATM - Section 4: ATM in the Field - Chapter 4.1 Integrating ATM Backbones with High-Speed Ethernet at the Edge - Chapter 4.2 Voice over ATM - Chapter 4.3 Techniques for Delivering Stored Video Streams over ATM - Chapter 4.4 Top Ten Reasons for Using ATM - Chapter 4.5 Successful Implementations of ATM
Chicago: International Engineering Consortium, 2000
e20452807
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Kalamullah Ramli
Abstrak :
Banyaknya Jenis layanan yang didukung oleh Asynchronous Transfer Mode (ATM) menyebabkan trafik yang dihasilkan menjadi sangat bursty pada titik dimana proses call admission control dilakukan. Untuk memodelkan trafik tersebut, umumnya digunakan model kedatangan Poisson and 2-State Markov Modulated Poisson Process (MMPP-2). Pada penelitian ini dipelajari karakteristik dari kedua model tersebut berdasarkan tingkat burstiness yang ditinjau dari dua buah pendekatan: pendekatan interarrival times dan pendekatan counting process. Berdasarkan kedua pendekatan tersebut, model kedatangan akan dibandingkan berdasarkan beberapa parameter seperti PMR (Peak to Mean Ration), kuadrat koefisien variasi, Index Dispersion of Count dan parameter Hurst. Dari hasil analisa dan simulasi didapatkan bahwa ternyata model kedatangan MMPP-2 lebih cocok untuk digunakan sebagai model trafik call admission control (CAC) pada jaringan ATM.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmah
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk membentuk sistem telekomunikasi data yang canggih diperlukan sarana-sarana pendukung untuk mendapatkan kecepatan bit yang besar. Jaringan harus mempunyai kehandalan yang sempurna. Salah satu teknologi sistem transmisi data yang mampu memenuhi syarat-syarat tersebut adalah SDH (Synchronous Digital Hierarchy) yang merupakan penyempurnaan dari sistem terdahulu yaitu PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy). Kecepatan bit yang bisa dicapai oleh SDH yaitu sebesar 10 GBps.

Saat ini sistem pengiriman data paket yang banyak dipakai adalah ATM (Asynchronous Transfer Mode), yang sangat efisien dalam pemakaian lebar pita dan menjamin kualitas yang maksimal.

Lapisan fisik yang dipakai untuk mengantar data ATM (dalam hal ini adalah PDH/SDH) harus bersifat transparan, yaitu lapisan fisik tersebut tidak melakukan pengubahan terhadap informasi yang dilewatkan padanya.

Penggabungan teknologi pengiriman data paket ATM yang dilewatkan SDH diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan infrastruktur jaringan dalam telekomunikasi data untuk mendukung lalu Iintas data yang semakin cepat di masa-masa yang akan datang.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Coover, Edwin
Boston: Artech House, 1997
004.66 COO a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rustaman
Abstrak :
Congestion pricing adalah sistem pentarifan yang menerapkan reduksi tarif berdasarkan kondisi kongesti pada jaringan. Jika user melakukan hubungan pada saat jaringan sibuk maka tarif yang ditawarkan akan lebih mahal dari pada kondisi jaringan tidak sibuk. Konsistensi dan fairness dari tarif dengan model congestion pricing dipengaruhi dengan adanya bursty atau kongesti yang terus bertambah naik yang pada akhirnya terjadi cells loss. Kondisi seperti ini menyebabkan turunya QoS. Untuk membatasi kondisi bursty dan kongesti, salah satu alternatifnya diterapkan sistem kontrol trafik dengan menggunakan mekanisme ambang batas (threshold). Apabila jaringan mencapai tingkat kongesti sama dengan nilai ambang batas, maka semua sel prioritas rendah mulai dibuang atau diberhentikan pengirimannya. Dengan demikian bursty yang terjadi dapat dibatasi pada daerah ambang batas. Pada simulasi dengan menerapkan nilai ambang batas 75% dan 90%, tingkat kongesti maksimum masing-masing diperoleh 80% dan 95%. Untuk kedua nilai ini, tidak terjadi cells loss ratio. Ada tiga metoda dalam perhitungan tingkat kongesti yaitu Average of Congestion (AoC), Dynamic of Congestion (DoC) dan First of Congestion (FoC). Perhitungan tingkat kongesti yang didasarkan pada hasil perhitungan rata-rata dan dinamik, menunjukkan hasil yang relatif sama. Walaupun demikian, cara perhitungan dinamik relatif lebih kompleks dibanding dengan cara perhitungan rata-rata. Untuk perhitungan tingkat kongesti berdasarkan first of congestion, memiliki fluktuasi tingkat kongesti yang sangat berbeda dalam kurun waktu yang relatif singkat (60 detik per call). Model perhitungan tingkat kongesti dengan menggunakan nilai rata-rata dalam satu call, merupakan alternatif terbaik untuk diterapkan dalam sistem congestion pricing. ......Congestion pricing is tariffs system using tariff reduction based on congestion level in the network. If user make calls in busy hour, they will be charged more than if they make it in outside busy hour. The bursty continuous increasing which can cause cell loss will influence consistency and fairness of congestion model. This condition will decrease the QoS (Quality of Service). Traffic control system with threshold mechanism is one of the alternatives to control bursty and congestion in the network. If the congestion level reaches the threshold value then all cells with lower priority will be discard. With this mechanism, bursty level can be limited around the threshold value. In the simulation using 75% and 90% of threshold value, the result in term of maximum congestion level is 80% and 95%. For both levels, it is guaranteed that there will be no cell loss. There are three congestion level calculation methods: Average of Congestion (AoC), Dynamic of Congestion (DoC), and First of Congestion (FoC). The result of congestion level calculation, based on average and dynamic methods is relatively the same. However dynamic method is relatively more complex than average method. Congestion calculations used on first of congestion methods have a contrast fluctuation of congestion level in short period (60 second per call). Consequently, calculation on average value of congestion is a better alternative to implement in congestion pricing system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
Tpdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>