Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Sutrisno
Abstrak :
Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengevaluasi dan membandingkan performa model tiga faktor (FF3) dan lima faktor (FF5) Fama-French di Indonesia dan Singapura. Penelitian ini juga menguji apakah faktor book-to-market (HML) redundant dalam menjelaskan average returns dengan adanya faktor profitability dan investment di Indonesia dan Singapura. Penelitian ini menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dengan data time series bulanan dari tahun 2000 sampai 2015. Berdasarkan rata-rata adjusted R2 dari kedua model, FF5 lebih mampu menjelaskan variasi excess return portofolio daripada FF3 di Indonesia dan Singapura, walaupun faktor profitability dan investment hanya menunjukkan pengaruh yang lemah terhadap excess returns saham. Apabila kami mengacu pada kriteria zero intercept Merton (1973), kedua model tidak valid di Indonesia, namun kedua model masih valid di Singapura. Hasil penelitian juga menemukan bahwa HML redundant dalam menjelaskan variasi excess returns di Indonesia, namun HML tidak redundant di Singapura. Tes idiosyncratic risk menunjukkan bahwa portofolio pasar saham Indonesia tidak terdiversifikasi dengan baik, sementara portofolio pasar saham Singapura terdiversifikasi dengan baik. Uji beda intersep antara Indonesia dengan Singapura mengindikasikan bahwa pasar Singapura lebih efisien daripada pasar Indonesia. ......The main purpose of this study is to evaluate and compare the performances of the Fama-French three- (FF3) and five-factor (FF5) models in Indonesia and Singapore. This study also examines whether the book-to-market factor (HML) is redundant in describing average returns in the presence of the profitability and investment factors in Indonesia and Singapore. This study employs Ordinary Least Square (OLS) with monthly time series data from 2000 to 2015. Based on the average adjusted R2 from the two models, FF5 explains portfolio excess return variations better than FF3 in Indonesia and Singapore, although the profitability and investment factors only display weak effect on stock excess returns. If we refer to Merton?s (1973) zerointercept criterion, both models are not valid in Indonesia, but they are still valid in Singapore. The results also find that HML is redundant in explaining variation of excess returns in Indonesia, but it is not redundant in Singapore. The tests of idiosyncratic risk show that Indonesia stock market portfolios are not welldiversified, while Singapore stock market portfolios are well-diversified. The test of intercept difference between Indonesia and Singapore indicates that Singapore market is more efficient than Indonesia market.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Harsono Lim
Abstrak :
Pemilihan portofolio dengan mempertimbangkan risiko belum mendapat pengakuan secara formal sampai Markowitz (1952) mengajukan suatu formulasi portofolio berdasarkan aturan tingkat pengembalian ekspektasi- varians (E- V rule). Berangkat dari dasar tersebut, Sharpe (1964) menggunakan sejumlah asumsi untuk menurunkan kondisi ekuilibrium pasar yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian ekspektasi aset berisiko. Akan tetapi, terlepas dari eksistensi model tersebut, beberapa studi empiris menemukan bahwa model ekuilibrium yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang digambarkan Sharpe. Berangkat dari hal tersebut, penulis menguji hubungan risiko dan tingkat pengembalian di pasar modal Indonesia dengan metode yang telah dirumuskan sebelumnya untuk periode 2000-2004. Model investasi klasik pada dasamya menyatakan bahwa pemilihan portofolio adalah didasarkan pada maksimisasi tingkat pengembalian. Model demikian adalah benar bilamana tingkat pengembalian aset adalah pasti. Akan tetapi investasi pada suatu aset tidak dapat terlepas dari unsur risiko, kecuali pada aset bebas risiko. Selain itu tingkat pengembalian antar aset juga memiliki korelasi satu sama lain. Markowitz (1952) mengajukan suatu formula pemilihan portofolio yang didasarkan pada pertimbangan risiko dan interkorelasi aset tersebut. Selanjutnya, Sharpe (1964) menurunkan model penentuan harga aset (CAPM) sederhana dengan mengasumsikan adanya ekspektasi homogen dan adanya aset bebas risiko. Black (1972) memodifikasi model tersebut dengan merubah asumsi adanya aset bebas risiko dan menemukan bentuk persamaan sederhana yang sedikit berbeda. Beberapa studi empiris yang dilakukan di pasar model Amerika Serikat menemukan bahwa hubungan risiko dan tingkat pengembalian yang terjadi tidak mengkonfirmasi model Sharpe, melainkan lebih cenderung pada model Black. Roll (1976) berpendapat pada dasamya temuan-temuan empiris tersebut adalah rancu dan suatu pengujian yang benar, secara praktis, tidak dapat dilakukan. Studi empiris yang dilakukan penulis pada karya akhir ini didasarkan pada metode pengujtan CAPM yang diajukan Lintner (1965) dan Fama dan MacBeth (1973). Dalam pengujtan hubungan risiko - tingkat pengembalian dengan metode Lintner, selain menggunakan metode yang diajukan, penulis juga mengelaborasi beberapa kritik Miller dan Scholes yang menyatakan bahwa metode Lintner tersebut menyebabkan bias pada hasil yang ditemukan. Replikasi terhadap metode Fama dan MacBeth menggunakan pendekatan portofolio untuk memperoleh estimasi beta yang lebih akurat. Dengan menggunakan estimasi risiko portofolio tersebut, penulis melakukan pengujian hubungan risiko tingkat pengembalian bulan per bulan untuk mengamati relevansi risiko dan efisiensi pasar. Secara keseluruhan, temuan empiris yang diperoleh menunjukkan bahwa beta adalah relevan sebagai risiko sistematis dan kompensasi atas risiko tersebut adalah positif. Selain itu, juga terbukti bahwa model dua faktor Black lebih mampu menggambarkan hubungan risiko - tingkat pengembalian yang terjadi Temuan dengan menggunakan metode Lintner menunjukkan bahwa: (1) beta adalah relevan dan terdapat price of risk positif, (2) risiko residual tidak relevan dan, (3) tingkat pengembalian portofolio zero beta selama periode pengujian adalah negatif. Temuan dengan menggunakan metode Fama dan MacBeth, selain menemukan bukti-bukti yang mendukung kesimpulan sebelumnya, juga menemukan bukti bahwa investasi di pasar modal Indonesia, khususnya BEJ, adalah ''fair game" dalam arti investor tidak dapat menggunakan informasi lampau yang diturunkan dari model ekuilibrium untuk menghasilkan strategi investasi yang superior. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian saham di pasar modal Indonesia adalah sesuai dengan apa yang dipostulasikan oleh model ekuilibrium. Akan tetapi bentuk hubungan tersebut temyata lebih mengkonfirmasi model yang diajukan Black. Selain itu juga ditemukan bahwa pasar modal Indonesia adalah efisien paling tidak dalam bentuk lemah (weakform).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hapsari Rizki
Abstrak :
Pengabaian idiosyncratic risk dalam perhitungan asset pricing terkait dengan imbal hasil saham atau expected of return sesuai dengan teori CAPM (Capital Asset Pricing Model) menyebabkan beberapa anomali dan perbedaan dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali peran idiosyncratic risk menggunakan idiosyncratic volatility sebagai proksi baik secara contemporaneus dan ex-ante terhadap imbal hasil saham menggunakan data 5 negara ASEAN dengan portofolio saham terbesar, yaitu Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia dan Filipina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada negara tersebut secara contemporaneus idiosyncratic risk berpengaruh signifikan positif terhadap expected of return sedangkan secara ex-ante tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap expected of return. ......Ignoring idiosyncratic risk in the calculation of asset pricing related to the expected return in accordance with the CAPM (Capital Asset Pricing Model) theory causes several anomalies and differences with some previous research results. This study aims to re-examine the role of idiosyncratic risk using idiosyncratic volatility as a proxy both contemporaneously and ex-ante to expected of return using data from 5 ASEAN countries with the largest stock portfolios, namely Indonesia, Singapore, Thailand, Malaysia and Philippines. The results showed that in these countries contemporaneous idiosyncratic risk had a significant positive effect on expected return, while ex-ante did not have a significant effect on expected return.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maududi
Abstrak :
Kinerja reksa dana merupakan faktor penting dalam penentuan keputusan investasi. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana. Salah satu metode yang baik dalam menjelaskan kinerja reksa dana adalah metode Jensen Alpha berbasis 4 faktor Capital Asset Pricing Model yang dikembangkan oleh Carhart. Dimana kinerja dilihat dari nilai konstanta intercept (α). Selain nilai intersept, digunakan juga 4 faktor lain untuk menjelaskan kinerja reksa dana saham di Indonesia, yaitu : kelebihan tingkat pengembalian pasar saham (Rm - Rf), kapitalisasi saham (SMB), rasio nilai buku terhadap nilai pasar saham (HML), dan faktor momentum pasar saham (WML). Dari penelitian ini didapat hasil bahwa selama periode pengujian reksa dana saham di di Indonesia tidak menghasilkan excess return, dengan kecenderungan gaya investasi yang mengikuti portofolio pasar, dan memilih saham - saham yang secara sejarah memiliki tingkat pengembalian yang tinggi. ......Mutual fund performance is one of important factor in determining investment decision. There are many ways to measure mutual fund performance. One of the method that good to explain the mutual fund performance is Jensen Alpha Method based on 4 factor Capital Asset Pricing Model developed by Carhart. Where the performance determined by value of intercept (α). In addition to the value of intercept, there 4 another factor to explain indonesian mutual fund performance, namely : excess return in stock market (Rm - Rf), stock capitalization (SMB), book value to market value ratio (HML), and stock market momentum (WML). Finding from this research that during the testing periode, mutual fund in Indonesia doesn`t produce excess return, with investment style tendency to follow market portfolio, dan pick stocks that historically have high rate of return.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cristian Selawa
Abstrak :
CAPM adalah salah satu penemuan terbesar di dunia ekonomi keuangan. Akan tetapi, kejelasan dari CAPM masih diperdebatkan. Studi ini menginvestigasi tentang kejelasan CAPM di pasar modal India, khususnya di Pasar Modal Bombay (BSE) dengan menganalisa data dalam kurun waktu 6 tahun yang terakhir. Metode yang diterapkan adalah Black, Jansen and Scholes. Hasil dari investigasi menunjukkan bahwa dampak dari CAPM di Indian Stock Market memberikan efek ambigu akan kegunaannya. Nilai dari intersek dari pengetesan adalah nol untuk sub periode 1 dan sub periode 3, namun fenomena ini tidak terjadi di periode-periode berikutnya. Pengujian garis pasar sekuritas dan nonlinear test digunakan untuk mengetahui hubungan antara risk and return dan hasil dari argumen tentang CAPM. Pada akhir kata, hasil investigasi tidak dapat menarik kesimpulan yang tegas mengenai keberlakuan CAPM di pasar modal India.
The capital asset pricing model (CAPM) is one of the major findings in the world of financial economics. However, the validity of CAPM has been continuously debated. The present study investigates the CAPM validity in Indian Stock market, in particular, Bombay Stock Exchange (BSE) by using 6 years data periods. The methodology introduced Black, Jansen and Scholes which is used to do the investigation. The major finding in the present study is that CAPM performances in Indian stock market shows ambiguity of the usefulness. The values of the intercept in the tests are zero in sub period 1 and sub period 3, however it is not the case in the other sub periods. The security market line and non-linearity test are performed to validate the relationship between risk and return and in most cases the results in supporting the CAPM argument. However, a conclusive conclusion cannot be drawn to explain the validity of CAPM.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Razi Subhan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pencarian informasi atas suatu saham melalui search engine, khususnya Google memiliki pengaruh dengan return atas saham tersebut. Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan data sampel atas perusahaan yang termasuk di index LQ45 selama periode 2012-2015. Penulis menemukan bahwa pencarian atas saham melalui Google ternyata berpengaruh signifikan terhadap excess return atas saham tersebut, meskipun hubungannya negatif.
ABSTRACT This study aims to determine whether the search for information on a stock through search engines, especially Google have influence with return on these shares. The author conducted this study using sample data on the companies included in the index LQ45 during the period 2012 2015. The authors found that the search for the shares through Google were significantly affected to the excess return on the underlying share, despite a negative relationship.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66119
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devindra Hananbayu Tarunokusumo
Abstrak :
Perkembangan artificial intelligence serta implementasi komersialnya yang cepat telah menghasilkan banyak manfaat dan nilai ekonomi bagi produsen dan konsumen di seluruh dunia. Salah satu manfaat tersebut adalah kemampuan bagi perusahaan untuk terlibat dalam penetapan harga yang dipersonalisasi, atau personalized pricing, yang merupakan bentuk strategi first-degree price discrimination yang sangat akurat, di mana perusahaan menetapkan harga yang berbeda untuk setiap pelanggan individu berdasarkan data pribadi mereka dan ditentukan oleh algoritme yang kompleks. Meskipun hal ini juga menghasilkan banyak manfaat yang meningkatkan efisiensi pasar, seperti membebankan harga yang lebih rendah untuk konsumen yang tidak mampu membeli produk tertentu, hal ini juga dapat membebankan harga yang terlalu tinggi kepada konsumen yang oleh algoritme dianggap sesuai untuk mereka. Dengan demikian, penetapan harga yang dipersonalisasi menimbulkan masalah antimonopoli yang serius, karena berpotensi membahayakan consumer welfare. Melalui tinjauan pustaka yang sistematis, makalah penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan penggunaan Pasal 102 TFEU sebagai alat utama untuk mengatasi potensi dampak merugikan dari penetapan harga yang dipersonalisasi dengan menganggapnya sebagai penyalahgunaan dominasi yang eksploitatif jika dilakukan oleh perusahaan dengan dominasi yang dominan. posisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal ini dapat dicapai dengan dua cara, pertama dengan secara eksplisit menangani pembebanan harga yang berlebihan sebagai pengenaan “harga yang tidak wajar”, ​​dan kedua, jika pembebanan harga yang berlebihan dibarengi dengan adanya biaya pencarian dan switching yang tinggi. biaya, maka dapat dianggap sebagai pengenaan "kondisi perdagangan yang tidak adil" oleh perusahaan dominan, jika pendekatan pertama tidak cukup untuk campur tangan otoritas persaingan nasional (NCA). Selain itu, makalah penelitian menyarankan alternatif hukum lain untuk Pasal 102 TFEU untuk mengatasi dampak buruk dari personalized pricing. ......The recent acceleration in the development of artificial intelligence and its rapid commercial implementation has yielded a great number of benefits for producers and consumers around the world. One such benefits is the ability for firms to engage in personalized pricing, which is a form of highly accurate first-degree price discrimination strategy, whereby firms charge different prices for each individual customer based on their personal data and determined by complex algorithms. While this, too, yields many benefits in regard to market efficiency, such as charging lower prices for consumers who are otherwise unable to afford certain products, it can also charge excessively high prices to consumers that the algorithms deem to be appropriate for them. Thus, personalized pricing raises serious antitrust concerns, as it may potentially harm consumer welfare. Through a systematic literature review, this research paper aims to examine the feasibility of using Article 102 TFEU as a key tool for addressing the potential adverse effects of personalized pricing by deeming it an exploitative abuse of dominance if it is conducted by a firm with a dominant position. The results show that this can be achieved in two ways, first by explicitly addressing the charging of excessive prices as an imposition of “unfair prices”, and second, if the charging of excessive prices is coupled with the presence of high search costs and switching costs, then it can be deemed as an imposition of “unfair trading conditions” by the dominant firms, should the first approach not suffice for national competition authorities (NCAs) to intervene. Moreover, the research paper suggests other legal alternatives to Article 102 TFEU to address the adverse effects of personalized pricing.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andrianto Pujihantoro
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan model lima faktor dengan faktor profitabiltias berbasis kas dan varian model lima faktor dengan komponen besar dan kecil dari Fama dan French 2016a dalam menjelaskan imbal hasil saham di pasar modal Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah spanning regression dan regresi Ordinary Least Square terhadap portfolio test asset. Berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Sutrisno 2016, secara keseluruhan model faktor ganda Fama dan French termasuk diantaranya adalah model tiga faktor dapat menjelaskan imbal hasil portfolio sampel penelitian ini dengan cukup baik walaupun tidak secara sempurna. Namun hasil penelitian cenderung berpihak kepada model lima faktor dengan faktor profitabiltias berbasis kas. ......This study aims to test ability of the five factor model that has been modified with cash based profitability, and it rsquo s big and small components variants from Fama and French 2016a in explaining stock returns in Indonesia rsquo s capital market. The method used in this study is spanning regression and Ordinary Least Square regression of test asset portfolios. Contrary with previous finding by Sutrisno 2016, in general this study found that Fama and French rsquo s multifactor model including the three factor model, although not perfect, can explain the returns of the sample portfolio that is used in this study quite well. Despite that fact the result of this study tend to side with the five factor model with cash based profitability.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T47430
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gema Ramadhan Adrian
Abstrak :
[ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang risiko dunia dan risiko lokal dalam mempengaruhi Pasar Saham Indonesia dengan menggunakan pendekatan International Capital Asset Pricing Model. Model yang digunakan adalah Multivariate GARCH dari De Santis & Gerard (1997) and J. Antell & M. Vaihekoski (2004). Tesis ini menunjukkan bahwa risiko global dan lokal merupakan faktor penting dalam proses asset pricing imbal hasil Indonesia dan pada saat risiko relatif stabil pada waktu pengamatan, hanya risiko lokal yang memberikan kontribusi pada proses price discovery sementara risiko global tidak. Dilihat dari Pasar Indonesia yang terintegrasi secara parsial, imbal hasil Pasar Saham Indonesia dengan menggunakan informasi internasional memperhitungkan risiko global dan risiko lokal dengan komposisi informasi yang bersifat global lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan informasi yang bersifat lokal.
ABSTRACT
We study on how global and local risks are priced in Indonesian Stock Market employing International Capital Asset Pricing Model. The model is estimated by using Multivariate GARCH of De Santis & Gerard (1997) and J. Antell & M. Vaihekoski (2004). This thesis shows that the global and local risks are important factors in Indonesian asset pricing and in a relatively stable condition, only local risk that gives contribution to price discovery process meanwhile the global risk doesn?t. Indonesian Market is partially integrated, accordingly the return of Indonesian Stock Market includes global and local risk in the pricing with the composition that global information has bigger impact to Indonesia than the local information., We study on how global and local risks are priced in Indonesian Stock Market employing International Capital Asset Pricing Model. The model is estimated by using Multivariate GARCH of De Santis & Gerard (1997) and J. Antell & M. Vaihekoski (2004). This thesis shows that the global and local risks are important factors in Indonesian asset pricing and in a relatively stable condition, only local risk that gives contribution to price discovery process meanwhile the global risk doesn’t. Indonesian Market is partially integrated, accordingly the return of Indonesian Stock Market includes global and local risk in the pricing with the composition that global information has bigger impact to Indonesia than the local information.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Pudjianto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian pengaruh antara idiosyncratic volatility dengan expected return. Idiosyncratic volatility dihitung dengan pendekatan langsung (direct method), yaitu standar deviasi dari residual yang dihasilkan model asset pricing Fama-French Five Factor. Penelitian ini menguji idiosyncratic volatility secara contemporaneous dan ex-ante. One-month lagged idiosyncratic volatility digunakan sebagai proksi dari expected idiosyncratic volatility. Metode yang digunakan dalam menguji model penelitian adalah Fama-Macbeth Cross-Sectional Regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara realized idiosyncratic volatility dengan expected return pada waktu yang bersamaan (contemporaneous). Sedangkan secara ex-ante terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara one-month lagged idiosyncratic volatility dengan expected return. ......This research has purpose to do empirical test of idiosyncratic volatility effect on expected return. Idiosyncratic volatility estimated with direct method, which is standard deviation of the residual generated by asset pricing model Fama-French Five Factor. This research test idiosyncratic volatility in contemporaneous and ex-ante. One-month lagged idiosyncratic volatility used as proxy for expected idiosyncratic volatility. The method used to test the research model is the Fama-Macbeth Cross-Sectional Regression. The results of research show that realized idiosyncratic volatility has positive and significant effect on expected return at the same time (contemporaneous). While in ex-ante there is negative and significant one-month lagged idiosyncratic volatility effect on expected return.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S63873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>