Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Jati Ningrum
Abstrak :
Elemen estetis seringkali hanya dianggap sebagai pajangan atau hiasan ruang semata, tanpa menyadari polensi lain dan penerapan elemen estetis ini pada penataan ruang luar maupun ruang dalam. Sejauh manakah peran elemen estetis dalam meningkatkan kualitas visual dan fungsional dari sebuah ruang? Bagaimanakah prinsip-prinsip elemen estetis yang harus diterapkan agar elemen estetis tersebut dapat berfungsi secara efektif dan optimal? Bagaimana hubungan elemen estetis dengan penataan ruang luar dan penataan ruang dalam pada sebuah karya arsitektur? Peletakan elemen estetis yang seperti apakah yang dianggap tepat dan dapat mempeikaya kualitas ruang? Penerapan elemen estetis memiliki tujuan yang positif, yaitu untuk menghasilkan segala hal yang balk, indah dan menyenangkan untuk ditanggapi dan dirasakan oleh indera manusia. Unsur keindahan yang hadir dalam warna, cahaya, pola & tekstur mempengaruhi persepsi dan emosi terhadap bobot visual, proporsi serta dimensi ruang Selain kebutuhan akan ruang, manusia juga membutuhkan seni sebagai eksprsi dalam kehidupannya. Seni dapat menjadi stimulus aktif dan pasif bagi manusia. Sebagai stimulus aktif, elemen estetis menjadi acuan skala dan acuan arah serta focal point yang bersifat eye-catching. Sedangkan sebagai stimulus pasif, elemen estetis berfungsi sebagai dekorasi ruang yang menjadi simbol dari suaiu kegiatan yang berlangsung di dalam ruang tersebut, menjadi pemacu semangat beraktivitas, membenkan karakter/identitas serta prestige kepada sebuah ruang. Ruang hams memiliki unsur estelis atau keindahan. Pendekatan secara estetis ini penting karena dalam proses pemahaman terhadap ruang, kontak pertama manusia dengan ruang sekitamya adalah melalui pengalaman visual. Elemen estetis ini juga berkaitan erat dengan kualitas kenyamanan dalam beraktivitas. Nleskipun penilaiannya bersifat subyektif, tetapi perancangan elemen estetis harus memenuhi kaidah perancangan dan peletakan. Prinsip perancangannya harus rnemiliki tema yang jelas dan tidak monoton. Sedangkan peletakannya harus selaras dengan skala, proporsi dan komposisi ruang, serta harus dapat dilihat & dinikmati dari semua angle.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norberg-Schultz, Christian
Massachusetts: MIT Press, 1997
720.1 NOR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pallasmaa, Juhani
West Sussex: John Wiley , 2012
720 PAL e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shilta Finella
Abstrak :
Skripsi ini membahas konsep “ide” dan “ideal” yang digagas oleh Plato dan menerapkannya ke dalam arsitektur. Alur pembahasannya dimulai dari penelaahan konsep ideal yang sebenarnya eksis dalam pemahaman masyarakat awam dan bagaimana konsep ini awalnya diperkenalkan oleh Plato. Berikutnya, penerapan konsep ini dalam arsitektur akan mengacu pada zaman Vitruvius yang memulai diskusi tentang bidang ilmu arsitektur. Pengerucutan pembahasan adalah dalam ide yang digagas Vitruvius mengenai arsitektur yang indah. Arsitektur yang indah adalah yang menerapkan prinsip-prinsip proporsi dan simetri dalam rancangannya. Kemudian, untuk melihat dengan jelas hadirnya prinsip keindahan ini, pembahasan akan mengerucut lagi ke media representasi ide arsitektur yaitu foto. Foto memiliki dualitas dalam posisinya terhadap teori Plato. Foto bisa dinilai ideal, tapi pada saat yang sama mustahil ideal. Terlepas dari manfaat-manfaat yang dirasakan lewat penelaahan teori ide Plato dan fotografi, penalaran dan logika Plato memiliki kekurangan. Fotografi ternyata terikat konteks yang membuatnya menjadi media representasi yang penerapan ide dan idealnya berbeda dengan gagasan Plato. Akhirnya, setelah menganalisanya berdasarkan teori ide Plato, kita sampai pada satu kesimpulan. Logika Plato berlaku selama cakupannya adalah manusia dan pikirannya. ...... The focus of this study is discussion about the concept of “idea” and “ideal” initiated by Plato and then apply it into the architecture. The flow of the discussion starts from a review of the concept of the ideal that truly exists in the understanding of ordinary people and how this concept was originally introduced by Plato. Next, the application of this concept in architecture will be based on Vitruvius who started the discussion about the architecture. The convergence discussion is the idea initiated by Vitruvius about what makes architecture beautiful. Architecture that is beauty applying the principles of proportion and symmetry in its design. Then, to see clearly the presence of this beauty principles, the discussion will be pursed again to the representation of the architectural ideas through photo. Photos have a duality in the theory of Plato's position. Photos can be considered ideal, but at the same time impossible ideal. Regardless of the benefits through the study of Plato's theory of idea and photography, Plato’s logic has its drawbacks. Photography turned out to be bound to the context that makes its application about idea and ideal different from Plato. Finally, after analyzing it based on Plato's theory of idea, we arrive at a conclusion. Plato’s Logic scope is valid only for human and his mind.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Amalia Hasan
Abstrak :
Fenomena kaki lima di kota besar adalah bukti tentang peningkatan kebutuhan pangan masyarakat perkotaan. Namun kemunculannya sering mengganggu keutuhan ruang-ruang publik. Dengan kompleksitas yang terjadi di antara ruang-ruang publik dan subjek yang terlibat, kegiatan kaki lima menjadi menarik untuk di telusuri dari konteks ruangnya. Ketika ruang publik terinterveni, interioritas dari kawasan tersebut menjadi dipertanyakan. Berdaarkan teori interioritas yang digagas oleh McCarthty (2005) pembahasan interioritas coba dijelaskan dari poin-poin yang meliputi; kontrol, batas, eksterioritas, habitat, tubuh, waktu dan atmosfer. Poin-poin tersebut kemudian coba dijelaskan melalui penggambaran diagram yang dibagi menjadi dua kelompok yakni dari segi kualitas dan dimensi. Dengan demikian diharapkan interioritas dapat digambarkan dan dideskripsikan antara ruang membran eksterioritas sebagai penyelubungnya. ......The phenomenon of street vendor is the impact of a crucial need for food. But the appearance of them are often interfere the integrity of public space. In the compe xity between public spaces and subject who involved, the activity of street vendors would be interesting to be followed espsecially about the interiority of its. Based from McCarthy (2005) interioirty are about control, boundary, exteriority, habitation, body, time and atmosphere. In this thesis the points from McCarthy would be descibed through depiction diagrams are divided into two groups; the quality and dimensions. It is expected to describe the interiority in the exteriority that unveil the cell.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Binaditia
Abstrak :
ABSTRACT
Drying clothes by hanging them outside is commonly found in tropical countries, such as in Indonesia, Singapore, and Malaysia, because of the abundant supplies of direct sunlight. However, many neighborhoods regulate the practice of hanging clothes outside, since it is often viewed as polluting the neighborhood rsquo s visualization. In populated places, like Jakarta, drying clothes by hanging them outside is also practiced due to a limited space. This undergraduate thesis aims to research about the relation between laundry practice and architectural aesthetics, which uses a methodology of observation and interview that took place in Kampung and Rusun in Jakarta. Investigation of case studies discovers a new discussion about domestic laundry practices that is vital to architectural aesthetics.
ABSTRAK
Mengeringkan pakaian dengan menggantungnya di luar rumah biasanya ditemukan di negara tropis, seperti di Indonesia, Singapura, dan Malaysia, karena banyaknya pasokan sinar matahari langsung. Namun, beberapa perumahan di negara lain banyak yang mengatur praktik menggantungkan pakaian di luar, karena sering dipandang mencemari lingkungan sekitar. Di tempat-tempat berpenduduk padat, seperti Jakarta, mengeringkan pakaian dengan menggantungnya di luar rumah juga dilakukan karena keterbatasan ruang. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara praktik binatu dan estetika arsitektur, yang menggunakan metodologi pengamatan dan wawancara di Kampung Kerapu, Kampung Tongkol, dan Rusun Benhil. Investigasi pada studi kasus membuahkan diskusi baru mengenai praktik binatu dalam negeri yang ternyata penting bagi estetika arsitektur.
2017
S67900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, 1929-1999
Jakarta: Gramedia, 1988
720.1 MAN w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rowen, Colin
London: MIT Press, 1996
720.1 ROW a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>