Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tengku Fara Ayundha Yolanditha
"ABSTRAK
Masa Gouden Eeuw merupakan masa kejayaan Belanda. Seni dan arsitektur berkembang pada masa Gouden Eeuw. Salah satu arsitek pada masa Gouden Eeuw adalah Hendrick de Keyser. Hendrick de Keyser membangun Noorderkerk dan Westerkerk pada tahun 1620, dan meninggal satu tahun kemudian sehingga pembangunan kedua gereja itu dilanjutkan oleh anaknya Pieter de Keyser. Makalah ini memaparkan bagaimana ciri gaya bangunan Hendrick de Keyser, dan membandingkan karyanya dengan bangunan yang pengerjaannya dilanjutkan oleh anaknya. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan, dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ciri gaya bangunan Hendrick de Keyser menggunakan ornamen seperti vierkanten kroonlijsten, dan ukiran pada interior, dan menggunakan batu putih, batu bata merah, pilar, dan frontons pada bagian eksterior. Penggunaan ornamen dan ukiran ini dipengaruhi oleh gaya Renaisans, sementara penggunaan batu bata merah dipengaruhi oleh gaya Gotik. Ciri gaya bangunan Hendrick de Keyser tetap dipertahankan oleh Pieter de Keyser pada bangunan Noorderkerk dan Westerkerk. Hanya ada sedikit perbedaan pada bagian ornamen di Noorderkerk yang memiliki ukiran di dalamnya.

ABSTRACT
The period of Gouden Eeuw was the glory of the Netherlands. Art and architecture developed during the time. One of the architects at the time of Gouden Eeuw was Hendrick de Keyser. Hendrick de Keyser built Noorderkerk and Westerkerk in 1620, and died one year later so construction was continued by his son Pieter de Keyser. This paper describes the characteristics of Hendrick de Keyser s building style, and Compare the buildings of the two churches that were finished by his son. This study uses the library method, with a qualitative descriptive approach. The results shows that the characteristics of Hendrick de Keyser s building style are ornaments such as vierkanten, kroonlijsten, and carving in the interior, and the use of white stones, red bricks, pillars, and frontons on the exterior. The use of ornaments and carvings was influenced by the Renaissance, while the use of red bricks was influenced by Gothic. The characteristics of the Hendrick de Keyser building style were maintained by Pieter de Keyser in the Noorderkerk and Westerkerk buildings. There is a slight difference in the ornament in Noorderkerk that has carvings in it."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Anindito
"Indonesia sebagai negara yang pernah dijajah oleh Bangsa Belanda selama tiga setengah abad Iamanya, mempunyai banyak sekali peninggalan sejarah berupa bangunan-bangunan yang bernilai arsitektur tinggi, Untuk mengetahui segala sesuatu mengenai bangunan-bagunan tersebut, perlu adanya usaha penelitian sekaligus pendokementasian tentangnya. Salah satu tokoh yang telah meneliti sekaligus mendokumentasikan bangunan-bangunan tersebut adalah Yulianto Sumalyo dalam bukunya yang berjudul "Arsitektur Koloniai Belanda di Indonesia".
Untuk membuktikan kebenaran data yang diajukan dalam buku tersebut, dibutuhkan data pembanding yang faktual, yang diperoleh dari hasiltinjauan Iangsung ke lapangan, didukung dengan hasil kaji teori yang berasal dari literatur - literatur lainnya. Data pembanding yang disajikan juga dapat memperkaya hasil studi tentang bangunan peninggalan Bangsa Beianda di Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Yudianto
"Sejarah merupakan suri tauladan yang baik untuk kita amati dalam mengembangkan ilmu yang kita pelajari. Dalam ilmu arsitektur hubungan dengan masa Ialu sangallah penting. Arsitek terkemuka selalu belajar dan melihat kedalam lorong waktu untuk mendapatkan inspirasi dan imajinasi yang senantiasa menciptakan kanya yang bermutu tinggi.
Tulisan ini bermaksud unluk mengkaji bagaimana Henry Maclaine Pont sebagai seorang arsitek pada masa kolonial di Indonesia menuangkan idealisme dan gagasan pada karya-karya arsitektur yang telah dihasilkannya. Dalam tulisan ini akan di uraikan bagaimana dugaan penulis terhadap proses penciptaan karya-karya arsilekturnya berdasarkan pada latar belakang kehidupan Henry Maclaine Pont."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47904
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aprilandika Hendra Pratama
"Gereja Blendhuk merupakan salah satu bangunan gereja kuno peninggalan Belanda di Kota Lama (oud Holland) di Semarang. Bangunan gereja yang sampai saat ini masih aktif digunakan warga Semarang untuk melakukan kebaktian ini bergaya bangunan khas Belanda dengan kubah yang menjadi ciri khasnya. Dalam bahasa Jawa atap dengan bentuk tersebut dikenal dengan istilah blendhuk, Dengan bentuk kubahnya yang lain dari pada yang lain serta gaya bangunan yang menarik inilah yang membuat gereja tersebut tidak hanya menjadi sebagai rumah peribadatan tetapi juga menjadi tujuan wisata. Manfaat dari penelitian ini adalah memaparkan tentang bagaimana pseudo baroque berpengaruh pada sebagian besar detail yang terdapat pada bangunan Gereja Blendhuk. Penelitian ini akan difokuskan pada peninjauan akan fungsi serta seni gaya bangunan yang dimiliki Gereja Blendhuk.

Blendhuk Church is one of the old church from Netherland in the Old City (Old Holland) in Semarang. The building of the church that still active for people around Semarang as a place of worship is using typical dutch building style with a big dome as the trademark. In Javanese language its called blendhuk, With the shape of the dome that different than the other and also the bulding style that can attract the other people like a tourist not only as a place of worship but also as a tourist destination. The benefits of this research is elaborated on how the pseudo baroque influence on most of the details contained in the building of Blendhuk Church.This research will take a focus on a problem about a function and the art of building style that owned by Blendhuk Church.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alin Musfiroh Arum
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11878
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isabella Aida Munira
"ABSTRAK
Lawang Sewu merupakan bangunan yang didirikan ketika masa Hindia Belanda pada 29 Februari 1904 hingga 1 Juli 1907. Gedung ini digunakan sebagai markas perusahaan perkeretaapian Hindia Timur atau NISM Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij yang berada di kota Semarang dan dirancang oleh Cosman Citroen 1881-1935 . Penelitian ini bertujuan memaparkan bagaimana penerapan gaya neo-roman pada Lawang Sewu. Gaya neo-roman yang dipilih Citroen ternyata cocok untuk diterapkan pada bangunan ini agar dapat menyesuaikan dengan kondisi alam yang tropis dengan cara merancang banyak ventilasi, serta memasang pintu dan jendela yang besar untuk mengatasi panas. Ornamen-ornamen bulat dan pilaster juga ditambahkan sebagai elemen dekoratif untuk membuat bangunan ini nampak seperti kastil khas gaya neo-roman. Ciri bangunan yang dirancang Citroen juga diterapkan pada bangunan ini seperti adanya traphal dan lorong-lorong dengan jendela yang besar. Tidak hanya mengandung nilai sejarah, nilai seni pada bangunan ini juga menambah alasan untuk menjadikan Lawang Sewu sebagai salah satu tempat wisata sejarah.

ABSTRACT
Lawang Sewu is a building which built at Dutch East Indies period on 29 February 1904 until 1 July 1907. This building is used as the headquarters of the Dutch East Indies Railway Company or NISM Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij in Semarang City and it is designed by Cosman Citroen 1881 1935 . This research explains how neo romanesque as an architectural style is applied in Lawang Sewu. The style is suitable to be applied in this building because of tropical nature condition by designing many ventilation, big doors, and windows to overcome the heat in Semarang. rounded ornaments and pilasters are added as a decorative element for making this building look like a castle, as the characteristic of the neo romanesque style. Citroen rsquo s characteristic is applied to it too by adding traphal and big corridor with big windows. Not only historical value but also art value give reasons for making Lawang Sewu as a historical tour place. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Trihayati
"Skripsi ini membahas 15 bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak di Depok Lama, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Bangunan rumah tinggal kolonial yang ada di Depok Lama ini merupakan produk budaya manusia yang keberadaannya sudah ada sejak awal abad 20 M (1919-1930). Bangunan kolonial dikatakan memiliki arsitektur yang khas, dan merupakan fenomena budaya yang unik karena terjadi percampuran budaya antara budaya bangsa penjajah dengan budaya lokal. Oleh karena itu, arsitektur kolonial di berbagai tempat di Indonesia memiliki perbedaan-perbedaan serta ciri-ciri tersendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukanlah penelitian terhadap bentuk arsitektur rumah tinggal kolonial di Depok Lama, untuk mengetahui ciri khas dari bangunan rumah tinggal kolonial yang ada di Depok Lama. Selain itu, diadakan juga penelitian terhadap pola tata ruang bangunannya, untuk mengetahui apakah terdapat pola khusus yang menjadi dasar dari bentuk bangunan rumah tinggal yang ada di Depok Lama tersebut. Untuk ntenjawab permasalahan penelitian, maka data yang berupa rumah_-rumah tinggal kolonial tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis bentuk, analisis gaya serta analisis khusus terhadap denah bangunan. Setelah melewati tahapan-tahapan analisis tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang ada di Depok Lama memiliki bentuk arsitektur yang dipengaruhi arsitektur modern, arsitektur klasik, dipengaruhi arsitektur tradisional (Jawa) dan beradaptasi dengan iklim tropis. Tata ruang pada bangunannya memiliki pola yang seragam, yaitu bangunan rumah terdiri atas sebuah rumah induk dan sebuah bangunan tambahan berupa bangunan servis yang terletak di samping atau belakang rumah induk. Bangunan servis sekurang_-kurangnya digunakan untuk keperluan dapur, kamar mandi, kamar pembantu dan gudang. Bangunan tambahan lainnya adalah sebuah paviljoen, yaitu bangunan tempat tinggal yang memiliki fasilitas terpisah dari rumah induk. Untuk memperkuat apakah pola tata ruang demikian adalah pola yang umum digunakan pada pola tata ruang rumah tinggal kolonial maka diadakan perbandingan denah bangunan dengan rumah tinggal kolonial di Menteng. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa pola tata ruang yang demikian memang umum digunakan pada pola tata ruang rumah tinggal kolonial pada masa yang lama"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11560
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gathut Dwihastoro
"Bangunan gudang-gudang VOC di Batavia mempunyai struktur bertingkat, dan umumnya bertingkat tiga. Semua bangunan pada ketiga kompleks berkonstruksi bata dan kayu. Bahan dasar bangunan berupa bata dan kayu yang kemungkinan sebagian besar diperoleh dari daerah lokal. Adanya besi kekang sebagai komponen pada bangunan gudang mempunyai nilai fungsional (struktural) sebagai penguat struktur bangunan. Pada bagian kaki bangunan mempunyai fondasinya dari susunan bata di atas balok dan papan, yang dilapisi atau diperkuat lagi dengan pecahan kerang, pasir dan batu karang. Biasanya jenis fondasi ini digunakan pada tanah yang lunak dengan kandungan atau permukaan air tanahnya tinggi. Seperti kondisi tanah dimana gudang-¬gudang (Pakhuizen) VOC berada. Orientasi bangunan gudang-gudang tersebut menghadap ke arah kanal atau sungai, sebagai jalur transportasi air. Di samping orientasi bangunan mengarah ke pelabuhan sebagai jalur utama. Hal ini menunjukkan bahwa gudang-gudang tersebut mengandalkan jalur air. Jalur transportasi air melalui kanal dan sungai ini memang penting dan mempunyai nilai strategis, terutama bagi aktivitas perdagangan. Pengaturan tata letak bangunan gudang-gudang (pakhuien) dalam aktivitas perdagangan VOC di Batavia, sengaja dibuat dengan orientasi bangunan menghadap..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T11434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>