Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Didon Permadi
Abstrak :
ABSTRAK
Bagi atlet menembak TNI-AD, tergabung menjadi petembak tim AARM TNI-AD merupakan suatu kebanggaan dan prestasi yang luar biasa. Oleh karenanya, proses seleksi merupakan situasi yang penuh tekanan dan tuntutan yang sangat ketat dalam bersaing dengan petembak lain. Situasi ini dapat menimbulkan kecemasan kompetitif dalam diri petembak. Kecemasan kompetitif adalah salah satu reaksi emosi negatif atlet dalam menghadapi situasi pertandingan. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa kecemasan kompetitif merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat berpengaruh terhadap performa bertanding atlet. Kecemasan kompetitif terbagi atas kecemasan kognitif dan kecemasan somatik. Penelitian pendahuluan dilakukan terhadap 89 petembak TNI-AD untuk membandingkan mindfulness dan kemampuan coping sebagai prediktor terhadap kecemasan kompetitif. Hasil penelitian pendahuluan dengan menggunakan alat ukur AAQ-II (mindfulness), ACSI (kemampuan coping) dan CSAI-2R (kecemasan kompetitif), menunjukkan bahwa mindfulness dapat memprediksi kecemasan kompetitif secara signifikan dengan kontribusi sebesar 30,3%. Kemudian penelitian selanjutnya dilakukan untuk melihat efektivitas pendekatan MAC terhadap penurunan kecemasan kompetitif pada atlet menembak AARM TNI-AD. Penelitian ini dilakukan pada atlet menembak yang sedang mengikuti proses seleksi menembak kontingen AARM TNI-AD. Intervensi dalam kelompok diberikan selama 7 sesi terhadap 7 orang partisipan yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Partisipan ini terdiri dari 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Pengukuran efektivitas intervensi dilakukan dengan menggunakan kuesioner CSAI-2R dan metode wawancara serta observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MAC dapat menurunkan tingkat kecemasan kompetitif dan membantu atlet mempertahankan serta meningkatkan performa bertanding. Berdasarkan hasil wawancara, partisipan mengaku lebih mudah mengenali pikiran dan perasaan negatif yang dapat mengganggu performa bertandingnya. Terhadap situasi kompetitif mereka lebih dapat menghayatinya sebagai bagian dari diri dan tidak berupaya melawannya. Hal ini membantu partisipan untuk lebih fokus pada tugas yang sedang dihadapi.
ABSTRACT
For Indonesian Army shooting athletes, joining the AARM TNI-AD team is a matter of pride and extraordinary achievement. Therefore, the selection process is a stressful situation and very strict demands in competing with other shooters. This situation can cause competitive anxiety in the shooter. Competitive anxiety is one of the athlete's negative emotional reactions in the face of a match situation. Previous research proves that competitive anxiety is one of the psychological factors that greatly influences the performance. Competitive anxiety is divided into cognitive anxiety and somatic anxiety. Preliminary research was conducted to 89 Indonesian Army shooters to compare mindfulness and coping skills as predictors of competitive anxiety. The results of preliminary research using AAQ-II (mindfulness), ACSI (coping ability) and CSAI-2R (competitive anxiety) measuring instruments showed that mindfulness can predict competitive anxiety significantly with a contribution of 30.3%. Then further research is conducted to see the effectiveness of the MAC approach to reducing competitive anxiety in AARM TNI-AD shooting athletes. This research was conducted on shooting athletes who were following the selection process of contingents of the Indonesian Army. Interventions in groups were given in 7 sessions on 7 participants who met the specified criteria. These participants consisted of 5 men and 2 women. Measurements of the effectiveness of the intervention were carried out using the CSAI-2R questionnaire, interview and observation methods. The results show that MAC can reduce competitive anxiety levels and help athletes maintain and improve competing performance. Based on the results of interviews, participants admitted that they were easier to recognize negative thoughts and feelings that could interfere with their competing performance. Against the competitive situation they are more able to appreciate it as part of themselves and not try to fight it. This helps participants to focus more on the task at hand
2019
T51799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nailah
Abstrak :
ABSTRAK
Kecemasan dan otonomi perempuan lansia yang tinggal bersama keluarga kemungkinan besar berkaitan dengan relasi yang terjalin dengan lingkungan sekitarnya. Kompleksitas dalam relasi yang dimiliki perempuan lansia dengan berbagai pihak di sekitarnya meliputi konflik, relasi kuasa, peran, dan pemenuhan kebutuhan menjadi faktor yang mempengaruhi kecemasan dan kapasitas otonomi perempuan lansia. Oleh sebab itu, saya ingin menelusuri secara mendalam bagaimana kaitan antara kondisi lingkungan sosial terdekat di sekitar perempuan lansia, terutama relasinya dengan berbagai pihak, dengan kapasitas otonominya di satu sisi dan kecemasan yang dimilikinya di sisi lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman perempuan lansia yang tinggal bersama keluarga terkait relasi, kecemasan, dan otonomi yang dimilikinya dalam menjalani kehidupan masa tua. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian berada di wilayah DKI Jakarta. Subjek penelitian terdiri dari lima perempuan lansia. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara dan observasi. Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara dan catatan lapangan. Teknis analisis data menggunakan koding, analisis tematik, dan interpretasi data. Penelitian ini hanya terbatas pada perempuan lansia yang tinggal bersama keluarga di wilayah DKI Jakarta dan masih dapat berkomunikasi dengan baik. Hasil penelitian menjelaskan bahwa relasi intergenerasi yang dimiliki perempuan lansia dengan berbagai pihak di sekitarnya mempengaruhi kecemasan dan otonominya. Relasi intergenerasi secara positif dapat mengurangi kecemasan perempuan lansia dan sebaliknya secara negatif dapat meningkatkan kecemasannya. Secara positif, kehadiran berbagai pihak melalui interaksi sosial perempuan lansia dengan lingkungan sekitarnya membantu dalam pemenuhan kebutuhannya di masa tua. Secara negatif, interaksi dengan orang lain memicu dan meningkatkan kecemasan yang dimiliki perempuan lansia. Adapun kapasitas otonomi perempuan lansia akan menguat jika didukung dengan relasi intergenerasi yang positif dan kapasitas tersebut akan terhambat dengan relasi intergenerasi yang negatif. Relasi tersebut menghadirkan dukungan dan bantuan bagi perempuan lansia sebagai bentuk interdependensi perempuan lansia dengan lingkungan sosialnya selama menjalani masa tua.
ABSTRACT
Anxiety and autonomy of old women who live with family are most likely related to relationships intertwined with their surroundings. The complexity of relations that old women have with people around them including conflicts, power relations, roles, and needs are factors that influence their anxiety and autonomy capacity. Therefore, I will explore the relationship between conditions of social environment around old women with their autonomy capacity and their anxiety. This study aims to discover how old women's experience living with familiy in relation to their relationships, anxiety, and autonomy. This research uses a qualitative approach. The research location is in DKI Jakarta. The subjects of research are five old women. Data collection techniques used in research are interviews and observation. The research instruments used interview guidelines and field notes. Techniques of data analysis used coding, thematic analysis, and data interpretation. This research only studied about old women who live with family in the DKI Jakarta and can communicate well. The results of the study explain that the intergenerational relations of old women with people around them affected their anxiety and autonomy. Intergenerational relations can positively reduce anxiety in old women and vice versa can negatively increase anxiety. Positively, the presence of people through old women's social interaction with their surrounding environment helps in fullfilling their needs in old age. Negatively, interactions with others trigger and increase anxiety. The autonomy capacity of old women will be strengthened if supported by positive intergenerational relations, but it will be hampered by negative intergenerational relations. The relationships provide support and assistance for old women as a form of interdependence of them with their social environment during their old age.
2020
T55327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library