Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Written by eminent researchers and clinicians, this book is divided into three broad sections i.e: general overview of anxiety disorders in the young; seven subtypes of anxiety disorders; and the progress has been made about this disorder."
New York: Taylor & Francis, 2001
152.46 ANX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Written by eminent researchers and clinicians, this book is divided into three broad sections i.e: general overview of anxiety disorders in the young; seven subtypes of anxiety disorders; and the progress has been made about this disorder."
New York: Taylor & Francis Inc, 2001
152.46 ANX
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2003
R 616.85 AND t
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Yuri Yamada
"Meskipun Facebook telah menjadi salah satu social networking sites (SNSs) yang paling populer dan bermanfaat di Internet, penggunaannya telah dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara penggunaan Facebook dan kecemasan sosial, depresi, dan social belonging. 852 orang (545 perempuan, 289 laki-laki, 18 tidak mengidentifkasikan jenis kelamin; Mage = 28.94, SD = 13.98) direkrut secara acak melalui survei online. Penggunaan Facebook, kecemasan sosial, depresi, dan social belonging diukur dengan menggunakan item yang dipilih dari berbagai kuesioner. Analisis korelasi Pearson mengungkapkan korelasi negatif yang signifikan antara penggunaan Facebook dan kecemasan sosial (r = -.07, p = .033) serta depresi (r = -.11, p = .001) sementara korelasi positif yang signifikan ditemukan antara penggunaan Facebook dan social belonging (r = .13, p < .001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Facebook yang lebih besar dikaitkan dengan tingkat kecemasan dan depresi sosial yang lebih rendah serta social belonging yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa platform ini dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Although Facebook has become one of the most popular and beneficial social networking sites (SNS) on the Internet, its prevalent use has been linked to problems associated with one’s psychological well-being. As such, the aim of this research was to examine the individual relationships between Facebook use and social anxiety, depression, and social belonging. A community sample of 852 people (545 female, 289 male, 15 non-binary, 3 other-identifying; Mage = 28.94, SD = 13.98) were randomly recruited through an online survey. Facebook use, social anxiety, depression, and social belonging were measured using selected items from various questionnaires. Pearson’s correlation analysis revealed significant negative correlations between Facebook use and social anxiety (r = -.07, p = .033) as well as depression (r = -.11, p = .001) while a significant positive correlation was found for social belonging (r = .13, p < .001). These findings demonstrated that greater Facebook use was associated with lower levels of social anxiety and depression as well as a higher sense of social belonging, suggesting that this platform may be utilised as a medium to improve one’s psychological wellbeing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Detricia Tedjawidjaja
"Tahap perkembangan remaja seringkali ditandai dengan peningkatan kecemasan sosial. Meskipun Social Anxiety Disorder (SAD) merupakan gangguan yang umum terjadi pada remaja, SAD cenderung sulit untuk diidentifikasi. Faktor budaya diduga berpengaruh terhadap batasan antara tingkat kecemasan sosial yang normal dan patologis. Penelitian ini menggunakan explanatory sequential design (kuantitatif-kualitatif) untuk (1) menguji pengaruh self-construal terhadap kecemasan sosial melalui peran mediasi emosi malu pada remaja etnis Jawa dan (2) menjelaskan penghayatan kecemasan sosial remaja etnis Jawa yang dibandingkan dengan gejala SAD dalam DSM-5. Dalam penelitian kuantitatif, pengukuran terhadap kecemasan sosial, self-construal, dan emosi malu melibatkan 37 remaja berusia 14-17 tahun dengan kedua orang tua beretnis Jawa dan berdomisili di Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Hasil uji mediasi menggunakan causal steps approach menunjukkan bahwa emosi malu tidak berperan dalam hubungan antara self-construal dengan kecemasan sosial. Selain itu, independent construal secara signifikan berpengaruh negatif dan emosi malu berpengaruh positif terhadap tingkat kecemasan sosial. Selanjutnya, empat partisipan dengan kecemasan sosial yang tinggi berdasarkan pengukuran pada penelitian kuantitatif diikutsertakan dalam wawancara mendalam tentang gejala kecemasan sosial yang mereka alami. Hasil dari inductive analysis menunjukkan bahwa tingginya kecemasan sosial tidak selalu mengarah pada penegakan diagnosis SAD. Norma dalam budaya Jawa yang cenderung menerima gejala kecemasan sosial menyebabkan dampak negatif tidak muncul terhadap fungsi sehari-hari remaja. Implikasi dari hasil penelitian ini menekankan pada pentingnya mempertimbangkan konteks budaya remaja dalam menegakkan diagnosis SAD.

Adolescence is often marked by increased social anxiety. Even though Social Anxiety Disorder (SAD) is one of the most common disorders among adolescents, SAD is likely to be difficult to recognize. Cultural factors may influence the boundary between the normal and pathological level of social anxiety to be ambiguous. Using an explanatory sequential design (quantitative-qualitative), the aims of this study were to (1) examine whether self-construal influence social anxiety through mediating role of and (2) explore the meaning and experience of social anxiety symptoms among Javanese adolescents by comparing them with SAD symptoms in DSM-5. For quantitative study, measurement of social anxiety, self-construal, and shame involved 37 adolescents aged 14-17 year-old with both parents are Javanese and settle in DI Yogyakarta, Central Java, and East Java Province. The result of mediation analysis using causal steps approach indicated that there is no mediation effect of shame in the relationship between self-construal and social anxiety. In addition, only independent construal have a negative effect and shame have a positive effect significantly on social anxiety intensity. Furthermore, four participants with high social anxiety based on measurement in the quantitative study were joined an in-depth interview about their social anxiety symptoms. Results of the inductive analysis indicated that high social anxiety does not necessarily lead to the diagnosis of SAD. Norms in Javanese culture that tends to tolerate social anxiety symptoms causes no negative impact on adolescents' functions of daily life. The findings suggest that considering adolescent cultural context is essential for diagnosing SAD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Hasna Zakira
"Latar Belakang: Kebanyakan sekolah di Jakarta menerapkan sistem full-day school yang berperan dalam meningkatkan stres dan ansietas siswanya. Salah satu bentuk stress relief adalah melakukan kegiatan yang repetitif, contohnya menggigit mukosa mulut atau cheek biting. Cheek biting seringkali diasosiasikan dengan gangguan emosional seperti perasaan stres dan ansietas. Tujuan: Mengetahui gambaran ansietas dan kebiasaan menggigit mukosa mulut serta melihat hubungan antara tingkat ansietas dengan kebiasaan menggigit mukosa mulut pada siswa SMA di Jakarta. Metode: Studi potong lintang dengan metode convenient sampling dan menggunakan instrumen kuesioner untuk pengambilan data. Responden penelitian berjumlah 574 siswa SMA negeri dan swasta di Jakarta. Responden diminta untuk mengisi kuesioner secara daring yang terdiri dari kuesioner tingkat ansietas menggunakan kuesioner Generalized Anxiety Disorder 7 (GAD-7) dan kuesioner mengenai kebiasaan menggigit mukosa mulut. Hasil: Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna kebiasaan menggigit mukosa mulut antara responden yang memiliki ansietas dan yang tidak memiliki ansietas (p > 0,05). Kesimpulan: Ansietas dan kebiasan menggigit mukosa mulut banyak ditemukan pada siswa SMA di Jakarta, namun tidak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan menggigit mukosa mulut dengan tingkat ansietas responden.

Background: Most of the schools in Jakarta are using full-day school system, which increase stress and anxiety for the students. One of stress relieving activity is by doing repetitive actions, like cheek biting. Cheek biting is associated with emotional distress like stress and anxiety. Purpose: To find out the description of stress and anxiety among high school students in Jakarta and to find out the correlation between anxiety and cheek biting habit. Method: Cross-sectional study with convenient sampling, using questionnaire as instrument. In total, there were 574 respondents from 79 public and private high schools in Jakarta. Respondents were asked to fill the questionnaire that shared online, which contained Generalized Anxiety Disorder 7 (GAD-7) to measure their anxiety status and questions about their cheek biting habit. Results: Chi Square test result showed that there was no significant difference in cheek biting habit between respondents with anxiety and no anxiety (p > 0,05). Conclusion: Anxiety and cheek biting habit were found in most of high school students in Jakarta, but there was no significant difference between anxiety and cheek biting."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Twiva Rhamadanty
"Situasi pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga pada kesehatan mental seseorang. Dampak pada kesehatan mental tersebut juga dirasakan oleh mahasiswa saat pandemi COVID-19, salah satunya adalah Kecemasan sebagai salah satu gejala kecenderungan Depresi. Menurut Riskesdas DKI Jakarta tahun 2018, prevalensi depresi kelompok dewasa muda merupakan yang tertinggi daripada kelompok lainnya yaitu 7,08%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan sebagai salah satu gejala kecenderungan depresi pada mahasiswa S1 di DKI Jakarta saat pandemi COVID-19. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan instrumen DASS-21 dan pengumpulan datanya menggunakan kuesioner online melalui Google Form. Terdapat 460 mahasiswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi mahasiswa yang mengalami kecemasan sebesar 48,5%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin, tekanan finansial, dan aktivitas fisik berhubungan dengan kecemasan sebagai salah satu gejala kecenderungan depresi pada mahasiswa. Diharapkan pemerintah dan universitas dapat meningkatkan upaya promotif seperti sosialisasi terkait kesehatan mental terutama kecemasan dan depresi, juga melakukan deteksi dini pada kelompok dewasa muda atau mahasiswa.

The COVID-19 pandemic situation does not only have impact on physical health, but also on one’s mental health. The impact on mental health was also felt by undergraduate students during the COVID-19 pandemic, especially anxiety as one of the symptoms of depression tendencies. According to Riskesdas DKI Jakarta in 2018, the prevalence of depression in the young adult is the highest compared to other age (7.08%). The purpose of this study was to identify the factors associated with anxiety as one of symptoms of depression tendencies among undergraduate students in DKI Jakarta during the COVID-19 pandemic. This type of research is quantitative with a cross-sectional study design. This study used the DASS-21 instrument and e-questionnaire was generated using Google Form. There were 460 students who participated in this study. The results showed that the proportion of students who experienced anxiety was 48.5%. The results also showed that the variables of gender, financial pressure, and physical activity were associated with anxiety as a symptom of depression in undergraduate students. It is expected that the government and universities can increase promotive intervention such as socialization related to mental health, especially anxiety and depression and conducting early detection in groups of young adults or college students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library