Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudiono
Abstrak :
ABSTRAK
Berdasarkan jenis dan tipe artefak Tejakula yang memperlihatkan ciri-ciri bagian, dapat dikemukakan bahwa permukiman di pantai utara Bali, khususnya la telah berlangsung sejak masa perundagian. Pilihan terhadap Tejakula sebagai permukiman lebih didasarkan pada kondisi lingkungan, seperti bentuk lahan an dan perbukitan), sumber bahan baku (bangunan tempat tinggal dan benda alit), keletakan yang strategis di pesisir pantai, kesuburan tanah, keberadaam er air bersih dan sungai-sungai besar yang mengalir di wilayah ini, seperti Tukad , Tukad Glagah, Tukad Julah, Tukad Song, Tukad Palad dan sebagainya. Keberadaan berbagai tipe artefak, menunjukkan bahwa aktivitas-aktivitas dupan telah berlangsung di lokasi permukiman Tejakula. Kehidupan sosial budaya hhatkan melalui aktivitas penggunaan peralatan hidup sehari-hari, seperti aktivitas mencari makanan (mata pencaharian hidup) dan aktivitas dagangan. Sementara kehidupan sosial budaya tergambar dari aktivitas yang kaitan dengan kepercayaan, seperti penguburan dan pendirian bangunan-bangunan Penggunaan peralatan hidup sehari-hari ditunjukkan dengan adanya berbagai tipe bah yang digunakan. Fungsi gerabah sangat penting dalam kehidupan masyarakat 'akula yaitu sebagai tempat untuk mengolah makanan, tempat menyimpan bahan.

Kajian terhadap peninggalan arkeologi di Tejakula, Bali melalui ciri budaya prasejarah bertujuan mengetahui corak budaya prasejarah yang berkembangan di situs ini pada masa perundagian dan melihat kemungkinan adanya hubungan antara masyarakat Tejakula dengan masyarakat lainnya pada masa ini.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
Abstrak :
KESIMPULAN
Pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini berkenaan dengan usaha rekonstruksi perekonomian kuna di daerah aliran sungai Ciliwung, yang berdasarkan penelitian¬penelitian terdahulu -- baik yang berupa survei maupun ekskavasi -- diketahui mengandung peninggalan-peninggalan budaya masa lalu (situs-situs arkeologi) yang berasal dari tradisi prasejarah. Situs-situs tersebut adalah Kelapa Dua, Lenteng Agung, Tanjung Barat, Condet Balekambang. Kampung Kramat dan Pejaten.

Berdasarkan analisis temuan-temuan yang terkandung pada situs-situs tersebut dapat dikenali beberapa kegiatan masyarakat masa lalu di daerah aliran sungai Ciliwung yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah pembuatan alat, pertanian, pengolahan makanan dan perdagangan.

Kegiatan ekonomi pada dasarnya merupakan cara manusia dalam memenuhi kebutuhanya, baik yang bersifat biologis maupun psikologis. Kegiatan yang dilakukan itu dimulai dengan pencarign bahan baku, diikuti dengan perilaku pembuatan (manufacture) dan pemakaian. Pada jenis barang konsumsi seperti makanan, setelah dilakukan penyiapan makanan maka barang tersebut selanjutnya dikonsumsi. Demikian pula kegiatan-kegiatan pembuatan alat, pertanian, pengolahan makanan dan perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat penghuni situs-situs di daerah aliran sungai Ciliwung pada masa lalu pada hakekatnya merupakan cara untuk memenuhi kebutuhan mereka.

1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ramadani
Abstrak :
Tradisi tembikar merupakan tradisi yang termasuk tua dalam perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini. Manusia mulai mengenal tembikar sejak dikenalnya tradisi bercocok tanam di daerah pedalaman dan tradisi mencari hasil laut di daerah pantai pada masa prasejarah lebih dari 10.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu tembikar menjadi salah satu perlengkapan kehidupan manusia yang panting, terutama karena kemampuan dan kegunaannya. Adapun jenis jenis tembikar yang dikenal dalam tradisi tembikar prasejarah di Indonesia, adalah jenis wadah (vessel) dan jenis yang bukan wadah. Jenis jenis wadah yang dikenal dari tradisi tembikar prasejarah di Indonesia antara lain, periuk, cawan (mangkuk), piring, kendi, tempayan, dan lain-lain. Tembikar sebagai data arkeologi menurut Para ahli dapat mencerminkan beberapa aspek kehidupan manusia pendukungnya. Masalah-masalah yang diajukan terhadap tembikar dari Situs Gua Pondok Selabe-1, antara lain adalah, bagaimanakah bentuk-bentuk yang dihasilkan, teknik buat apa yang dipakai, ragam bisa apa sajakah yang terdapat pada tembikar tersebut dan teknik apa yang bisa dipakainya, bagaimanakah karakteristik tembikar tersebut serta keterhubungan antara temuan tembikar dengan temuan lainnya. Dan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah segala permasalahan tersebut dapat terjawab. Lewat analisis yang diterapkan pada tembikar ini dapat diharapkan mengetahui tipologi tembikar Situs pondok Selabe-1, Sumatra Selatan. Selain itu, untuk mengungkapkan ragam bias yang terdapat pada tembikar tersebut, teknik hias yang dipakai, teknik pembuatan dan penghalusan (jika memang terdapat indikatornya) yang telah dikenal oleh manusia pendukungnya. Tujuan penulisan ini juga diharapkan memberi gambaran bagaimana tembikar tersebut memainkan peranan dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. Tahap pertama untuk memudahkan penelitian ini adalah studi kepustakaan, observasi dan dilanjutkan dengan deskripsi untuk mendapatkan gambaran tentang tembikar tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis khusus dan klasifikasi yang dilakukan adalah klasifikasi taksonomi. Setelah melakukan klasifikasi, menghasilkan enam buah bentuk wadah tembikar, yaitu: periuk dibagi dalam 2 jenis dan tipe, cepuk dibagi 2 tipe, buli-buli dibagi 3 tipe, mangkuk dibagi 2 tipe, piring dibagi 2 tipe. Teknik bias yang digunakan adalah teknik teraltekan, gores, cungkil, slip, dan tempel yang menghasilkan ragam bias yang berupa motif bias berdiri sendiri, serta kombinasi lebih dari satu motif.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdur Rahim
Abstrak :
ABSTRAK
Manusia prasejarah memanfaatkan alam sekitar untuk bertahan hidup. Salah satu sumber daya yang dimanfaatkan adalah moluska. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan pemanfaatan moluska pada situs Gua pawon. Informasi taksonomi, jumlah spesimen teridentifikasi, dan jumlah minimum individu menunjukkan bahwa moluska pada situs Gua Pawon dimanfaatkan sebagai bahan makanan (Sulcospira) dan sebagai perhiasan (Pelecypoda). Moluska yang dimanfaatkan dianalisis dengan cara melihat tipe-tipe kerusakan pada cangkang, diperkuat dengan analogi etnografi untuk menjelaskan proses pemanfaatan moluska, sejak dikumpulkan sampai dikonsumsi. Moluska yang dimanfaatkan sebagai perhiasan dianalisis dengan melihat jejak buat pada lubang untuk mengetahui teknik pembuatannya.
ABSTRACT
Prehistoric community exploited their environment to survive. One of the natural resources exploited is molluscs. This thesis is intended to fully explain the exploitation of molluscs at Gua Pawon. Based on taxonomy, Number of Identified Specimens (NISP), and Minimal Number of Individuals (MNI), molluscs that were exploited are Sulcospira as dietary consumption and Pelecypoda as ornament. Utilized molluscs are analyzed through types of shell damage, and supported with ethnographic analogy to explain utilization process of molluscs from collection through to consumption. Ornament molluscs are analyzed by observing the modification trace of the hole to understand its technology.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Yosua Adrian
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penerapan metode kuantitatif Sauvet dkk. 2009 untuk menunjukkan konteks budaya penggambaran motif binatang pada kawasan seni cadas berdasarkan statistik frekuensi dan persebarannya dalam kawasan. Data statistik pada kawasan-kawasan seni cadas etnografi menurut metode tersebut menunjukkan konteks budaya totemisme, shamanisme, dan kehidupan sehari-hari. Data penelitian ini adalah 86 gambar yang terdiri dari 17 motif binatang pada 10 gua di Kabupaten Maros, 13 gua di Kabupaten Pangkep, dan dua gua di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode kuantitatif Sauvet dkk. 2009 dapat digunakan pada kawasan seni cadas prasejarah Sulawesi Selatan. Penerapan metode tersebut menunjukkan bahwa penggambaran motif binatang pada kawasan seni cadas prasejarah di Sulawesi Selatan menunjukkan konteks budaya totemisme.
ABSTRACT
This study is the application of quantitative method that developed by Sauvet et al. 2009 for assessing the cultural context of animals depiction in rock art region based on statistical frequency and distribution. Statistic of etnographic rock art regions shows the cultural contexts of totemism, shamanism, and secular. Data of this study are 86 pictures which consists of 17 animal motifs in 10 caves in Maros district, 13 caves in Pangkep district, and two caves in Bone district, South Sulawesi. This study concluded that the method can be used on prehistoric rock art region of South Sulawesi. The depiction of animals motifs in South Sulawesi rock art shows the cultural context of totemism.
2016
T47452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Faizal
Abstrak :
Pemanfaatan alam dilakukan oleh masyarakat prasejarah dalam rangka mendukung kelangsungan hidup mereka. Gua dan ceruk dimanfaatkan oleh manusia masa lampau sebagai tempat tinggal, penguburan, dan sebagai tempat untuk kegiatan religi. Sisa-sisa kehidupan manusia masa prasejarah terdapat pula di Kalimantan Timur. Hal ini terlihat dari adanya tinggalan arkeologis yang terdapat pada beberapa gua clan ceruk di Kalimantan Timur. Pada tulisan ini dibahas sekitar 31 buah gua dan ceruk yang terdapat di Kalimantan Timur. Tinggalan arkeologis tersebut di antaranya fragmen tulang manusia dan hewan, fragmen tembikar, moluska, alat batu, peti mati yang terbuat dari kayu (lungun), dan gambar cadas. Dari asosiasi tinggalan arkeologis dengan gua dan ceruk di Kalimantan Timur dapat dilihat adanya indikasi pemanfaatan gua dan ceruk yang difungsikan sebagai tempat hunian, penguburan, dan sarana untuk melakukan kegiatan religi. Pemanfaatan gua dan ceruk tersebut ada pula yang digabungkan, yaitu sebagai tempat hunian dan penguburan, maupun sebagai tempat hunian dan religi. Gua dan ceruk yang di pilih sebagai tempat hunian umumnya dekat dengan sumber air. Temuan moluska di beberapa gua dan ceruk di Kalimantan Timur menunjukkan indikasi pemanfaatan moluska sebagai sumber makanan, alat bantu, dan perhiasan. Adanya temuan moluska air laut menunjukkan telah adanya interaksi masyarakat pedalaman dengan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Temuan fragmen tembikar menunjukkan bahwa masyarakat saat itu memiliki waktu luang yang dimanfaatkan untuk membuat tembikar. Temuan fragmen tembikar dengan temper berbahan sekat memperlihatkan terjadinya interaksi antara masyarakat pemburu dan pengumpul makanan dengan masyarakat yang telah mengenal pertanian. Tembikar dipergunakan sebagai wadah untuk kehidupan sehari_-hari dan juga sebagai wadah kubur. Hal ini terlihat dari asosiasi (fragmen tembikar dengan fragmen tulang manusia di beberapa gua dan ceruk di Kalimantan Timur. Pembuatan tembikar hingga kini masih dapat di temui di masyarakat pedalaman Kalimantan Timur. Gambar cadas yang terdapat pada beberapa gua dan ceruk di Kalimantan Timur memperlihatkan bahwa masyarakat saat itu sudah mulai mengekspresikan apa yang mereka lihat sehari-hari ke dalam bentuk visual. Motif yang dominan ialah cap tangan, sedangkan warna yang dominan digunakan ialah merah. Melihat dari tingkat kesulitan dalam pencapaian gua dan ceruk serta pemilihan dinding untuk penerapan gambar cadas, nampaknya gambar tersebut dibuat berkaitan dengan unsur religi. Masyarakat saat itu membuat gambar-gambar tersebut sebagai pengharapan dalam melakukan perburuan kelak akan mendapatkan hasil yang baik. Pengharapan tersebut diwakilkan dengan menggambarkan hewan-hewan buruan mereka dalam keadaan terluka. Konsep ini disebut konsep kontak magis atau sympathetic magic. Namun bentuk aktivitas religi yang dilakukan belum dapat diketahui secara pasti. Sejumlah artefak batu memperlihatkan pemanfaatan sumber Jaya alam sebagai aiat bantu dalam kehidupan masyarakat saat itu. Tinggalan arkeologis berupa peti mati yang terbuat dari kayu (lungun) memperlihatkan keberlanjutan pemanfaatan gua dari masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ke masyarakat selanjutnya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chapman, John
London and New York: Routledge, 2000
939.8 CHA f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chang, Kwang-Chih
New Haven: Yale University Press, 1977
931 KWA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York : McGraw-Hill, 1974
R 912.1 ATL
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala lumpur: Mentri penerangan dan komunikasi dan kebudayaan Malaysia, 2011
R 930.195 95 TAM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>