Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alex Hendra
"Senyawa β-glukan merupakan polimer D-glukosa yang dihasilkan oleh dinding sel khamir, bakteri, dan tumbuhan. β-glukan mempunyai banyak maanfaat khusus dalam bidang farmasi karena aman, alami dan tidak toksik. Manfaat β-glukan antara lain sebagai antikolesterol, antidiabetes, dan antitumor. Penelitian ini bertujuan memproduksi β-glukan yang diisolasi dari Saccharomyces cerevesiae (galur SC, RTA dan RN-4) dan Agrobacterium sp (galur A1.5 dan Bro 121) serta mengetahui aktivitasnya terhadap perkembangan bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa β-glukan yang diisolasi dari Saccharomyces cerevesiae dan Agrobacterium sp tidak mempunyai aktivitas daya hambat terhadap perkembangan bakteri dan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kerja ampicilin dengan penambahan crude β-glukan. Crude β-glukan yang diisolasi setelah diukur dengan FTIR diketahui mempunyai komposisi gugus fungsi yang mirip dengan gugus fungsi β-glukan standar. Crude β-glukan mempunyai kadar protein cukup tinggi jika dibandingkan dengan standar β-glukan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syamil Hakim
"Pada proses sintesis nanopartikel ZnO, diperlukan surfaktan yang digunakan untuk mengontrol ukuran dan dispersi nanopartikel. Daun sengon memiliki kandungan saponin yang berperan sebagai biosurfaktan dan dapat berperan sebagai alternatif dari surfaktan yang umum digunakan yang bersifat toksik dan non-biodegradable. Pada penelitian ini, daun sengon (Albizia Chinensis) diekstrak menggunakan metode maserasi untuk menghasilkan maserat kental. Saponin pada ekstrak daun sengon dapat digunakan sebagai agen capping pada proses biosintesis nanopartikel ZnO. Nanopartikel ZnO kemudian digunakan dalam formulasi tabir surya untuk meningkatkan kemampuan antibakteri. Proses pembentukkan ZnO pada sintesis berlangsung terjadi melalui mekanisme reaksi antara larutan prekursor Zn(CH3COO)2.2H2O dengan ekstrak saponin dari daun sengon dan NaOH. Biosintesis nanopartikel ZnO dilakukan menggunakan ekstrak daun sengon dan pengujian kristal ZnO dilakukan. Formulasi tabir surya dilakukan dan pengujian antibakteri dilakukan dengan mengukur zona hambat bakteri E. Coli. ZnO yang disintesis memiliki struktur kristal heksagonal wurtzite dengan ukuran partikel terkecil 405 nm dan kemurnian 75%. Tabir surya yang dihasilkan menggunakan ZnO hasil sintesis memiliki performa Sun Protection Factor (SPF) dan antibakteri yang serupa dengan ZnO komersial dengan nilai SPF tertinggi 32 dan diameter daerah hambat 10,2 cm.

In the process of synthesizing ZnO nanoparticles, surfactants are needed to control the size and dispersion of nanoparticles. Sengon leaves contain saponins that act as biosurfactants and can act as an alternative to commonly used surfactants that are toxic and non-biodegradable. In this study, the leaves of sengon (Albizia Chinensis) were extracted using maceration. Saponins in the extract can be used as capping agents in the ZnO nanoparticle biosynthesis process. The ZnO nanoparticles were then used in sunscreen formulations to enhance the antibacterial ability. The process of forming ZnO in the synthesis takes place through a reaction mechanism between the precursor solution of Zn(CH3COO)2.2H2O with saponin from sengon leaves and NaOH. The biosynthesis of ZnO nanoparticles was carried out using sengon leaf extract and ZnO crystal analysis was carried out. Sunscreen formulations were carried out and antibacterial testing was carried out by measuring the inhibition zone of E. Coli. The synthesized ZnO has a hexagonal wurtzite crystal structure with the particle size of 405 nm and 75% purity. The sunscreen produced using synthesized ZnO has Sun Protection Factor (SPF) and antibacterial performance similar to commercial ZnO with the highest SPF value of 32 and the diameter of the inhibition zone is 10.2 cm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evinia Listiania
"ABSTRAK
Latar Belakang: Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif Salmonella typhii. Gejala dari demam tifoid adalah demam, nyeri abdomen, sakit kepala, dan menurunnya nafsu makan. Penggunaan antibiotik yang berlebihan telah memunculkan permasalahan dalam pengobatan demam tifoid, yaitu resistensi Salmonella typhii terhadap beberapa antibiotik standar. Daun Annona muricata atau sirsak sering digunakan sebagai pengobatan tradisional dan terbukti memiliki sifat antimikrobial terhadap S.typhii. Maka, penggunaan ekstrak daun Annona muricata diharapkan dapat menghambat pertumbuhan S.typhii.
Metode: Daun sirsak diekstraksi dengan metode maserasi dan menggunakan pelarut metanol. Kemudian ekstrak diencerkan menjadi 4 konsentrasi (400 mg/ml, 200 mg/ml, 100 mg/ml, 50 mg/ml) dan diuji efek antibakterinya terhadap isolat bakteri Salmonella typhii melalui metode difusi cakram. Lalu, diameter zona hambat dari setiap cakram diukur dan diinterpretasikan.
Hasil: Pada penelitian ini, tidak terdapat zona inhibisi pada kertas cakram yang mengandung ekstrak daun Annona muricata.
Konklusi: Oleh karena itu, efek antibakteri ekstrak daun Annona muricata terhadap pertumbuhan bakteri S.typhii tidak dapat diamati dengan metode difusi cakram dikarenakan metode difusi cakram dapat mengurangi difusi molekul ekstrak ke dalam agar. Namun, metode dilusi cair, dapat menunjukkan efek antibakteri ekstrak daun Annona muricata."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iif Pramesti Cahyani
"ABSTRAK
Angka resistensi bakteri Klebsiella pneumoniae terhadap beberapa antibiotik semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penggunaan tanaman obat Moringa oleifera Lamk.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae. Penelitian ini dilakukan melalui uji eksperimental dengan metode makrodilusi tabung. Terdapat lima konsentrasi berbeda ekstrak yang diteliti, yaitu 100 mg/mL, 200 mg/mL, 400 mg/mL, 800 mg/mL, dan 1600 mg/mL yang kemudian dibandingan dengan kontrol positif berupa media BHI dengan bakteri dan media BHI dengan bakteri dan DMSO, dan kontrol negatif berupa media BHI, media BHI dengan ekstrak, antibiotik gentamisin, dan antibiotik gentamisin dengan bakteri. Hasil uji dilaporkan dalam Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM), kemudian dilanjutkan dengan perhitungan jumlah koloni menggunakan plate count agar yang kemudian dianalisis menggunakan SPSS 20 dengan uji statistik One-way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni. Hasil KHM ekstrak daun Moringa oleifera terdapat pada konsentrasi 400 mg/mL dan KBM berada pada konsentrasi 800 mg/mL. Data analisis statistik jumlah koloni pada KHM diperoleh rerata dan standar deviasi 47,83 ± 14, 986. Hasil analisis One-Way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni ditemui perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok ekstrak dengan kelompok kontrol positif, sedangkan antarkelompok kontrol positif tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).

Klebsiella pneumoniae bacterial resistance rates against several antibiotics are
increasing every year. One alternative to overcome this problem is through the use of
medical plant Moringa oleifera Lamk..The purpose of this study is to determine
antibacterial activity of Moringa oleifera Lamk. leaf extract againts Klebsiella
pneumoniae bacteria. This research was conducted through experimental study using
macrodilution tube’s method. There are five different concentrations of extract used,
consisting of 100 mg/mL, 200 mg/mL, 400 mg/mL, 800 mg/mL, and 1600 mg/mL that
will eventually be compared with positive control in the form of BHI media with
bacteria, BHI media with bacteria and DMSO, and negative control in the form of BHI
media, BHI media with extracts, gentamicin antibiotics, and gentamicin antibiotics with
bacteria. The test results are reported in Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and
Minimum Bactericidal Concentration (MBC), then proceed with the calculation of the
number of colonies using plate count agar then analyzed using SPSS 20 with One-way
ANOVA and Post Hoc Bonferroni statistical test. The MIC of Moringa oleifera Lamk.
leaf extract is found at concentration of 400 mg/mL and MBC is at a concentration 800
mg/mL. Statistical analysis on the number of colonies in the MIC was obtained by
the mean and standard deviation of 47,83 ± 14, 986. One-way ANOVA and Post
Hoc Bonferroni analysis results show a significant differences (p<0,05) between
extract groups and the positive control groups, while there was no significant
difference (p>005) in between positive control groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitya Wilasarti
"[ABSTRAK
Penyakit diare masih merupakan masalah serius di Indonesia, terutama pada anak-anak. Salah satu patogen tersering penyebab diare adalah Escherichia coli, terutama ETEC. Penggunaan Nigella sativa untuk berbagai penyakit sudah diteliti, namun hasil penelitian terhadap Escherichia coli belum konklusif. Oleh karena itu dilakukan percobaan untuk mengetahui potensi antibakteri Nigella sativa Linn. terhadap Escherichia coli. Penelitia dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FKUI secara in vitro, menggunakan metode sumuran. Konsentrasi ekstrak N. sativa yang digunakan ialah 1000 mg/ml, 500 mg/ml, 250 mg/ml, 125 mg/ml, dan 62,5 mg/ml, dengan siprofloksasin sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Percobaan dilakukan tiga kali dengan pengulangan masing-masing empat kali. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya efek antibakteri Nigella sativa Linn. terhadap Escherichia coli. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik Nigella sativa di Indonesia

ABSTRACT
Diarrhea is still a serious problem in Indonesia, especially in children. One of the most common pathogen causing diarrhea is Escherichia coli, particularly ETEC. The use of Nigella sativa for various diseases have been studied, but the results of a study of Escherichia coli has not been conclusive. Therefore an experiment is conducted to determine the antibacterial activity of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. The experiment is conducted at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine in vitro, using agar dilution method. N. sativa extract concentration used was 1000 mg / mL, 500 mg / mL, 250 mg / mL, 125 mg / ml, and 62.5 mg / ml, with ciprofloxacin as a positive control and distilled water as a negative control. Experiments were performed three times with each repetition of four times. The study results show no antibacterial effects of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. It can be caused by the characteristics of Nigella sativa in Indonesia;Diarrhea is still a serious problem in Indonesia, especially in children. One of the most common pathogen causing diarrhea is Escherichia coli, particularly ETEC. The use of Nigella sativa for various diseases have been studied, but the results of a study of Escherichia coli has not been conclusive. Therefore an experiment is conducted to determine the antibacterial activity of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. The experiment is conducted at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine in vitro, using agar dilution method. N. sativa extract concentration used was 1000 mg / mL, 500 mg / mL, 250 mg / mL, 125 mg / ml, and 62.5 mg / ml, with ciprofloxacin as a positive control and distilled water as a negative control. Experiments were performed three times with each repetition of four times. The study results show no antibacterial effects of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. It can be caused by the characteristics of Nigella sativa in Indonesia;Diarrhea is still a serious problem in Indonesia, especially in children. One of the most common pathogen causing diarrhea is Escherichia coli, particularly ETEC. The use of Nigella sativa for various diseases have been studied, but the results of a study of Escherichia coli has not been conclusive. Therefore an experiment is conducted to determine the antibacterial activity of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. The experiment is conducted at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine in vitro, using agar dilution method. N. sativa extract concentration used was 1000 mg / mL, 500 mg / mL, 250 mg / mL, 125 mg / ml, and 62.5 mg / ml, with ciprofloxacin as a positive control and distilled water as a negative control. Experiments were performed three times with each repetition of four times. The study results show no antibacterial effects of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. It can be caused by the characteristics of Nigella sativa in Indonesia, Diarrhea is still a serious problem in Indonesia, especially in children. One of the most common pathogen causing diarrhea is Escherichia coli, particularly ETEC. The use of Nigella sativa for various diseases have been studied, but the results of a study of Escherichia coli has not been conclusive. Therefore an experiment is conducted to determine the antibacterial activity of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. The experiment is conducted at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine in vitro, using agar dilution method. N. sativa extract concentration used was 1000 mg / mL, 500 mg / mL, 250 mg / mL, 125 mg / ml, and 62.5 mg / ml, with ciprofloxacin as a positive control and distilled water as a negative control. Experiments were performed three times with each repetition of four times. The study results show no antibacterial effects of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. It can be caused by the characteristics of Nigella sativa in Indonesia]"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Shafira Zahra
"Penyakit ikan dapat disebabkan oleh bakteri pembentuk biofilm, seperti Aeromonas hydrophila dan Flavobacterium columnare. Pengobatan penyakit ikan umumnya menggunakan antibiotik dan tanaman herbal. Penelitian bertujuan mengetahui potensi antibakteri ekstrak etanol tumbuhan liar dari Sulawesi Selatan dan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak dengan berbagai konsentrasi terhadap pembentukan biofilm. Uji sensitivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi cakram dan mikrodilusi. Uji penghambatan pembentukan biofilm dilakukan dengan metode microtiter plate dan cover slip dilanjutkan visualisasi 3D menggunakan software ImageJ. Hasil penelitian menunjukkan, uji sensitivitas ekstrak etanol Ammannia baccifera dan Breynia virgata menghasilkan zona hambat terhadap kedua bakteri pada konsentrasi 0,2 g/mL, 0,4 g/mL, dan 0,6 g/mL dengan konsentrasi hambat minimum (KHM) pada 1,56 mg/mL, 25 mg/mL, 50 mg/mL, dan 100 mg/mL serta konsentrasi bunuh minimum (KBM) pada 3,13 mg/mL,12,5 mg/mL, dan 200 mg/mL. Ekstrak etanol A. baccifera dan B. virgata konsentrasi 6,25–12,5 mg/mL menghambat pembentukan biofilm A. hydrophila dengan kuat. Ekstrak A. baccifera konsentrasi 0,78 mg/mL, 3,13 mg/mL, dan 6,25 mg/mL menghambat dengan kuat pembentukan biofilm F. columnare. Ekstrak etanol A. baccifera dan B. virgata konsentrasi 200 mg/mL meningkatkan pembentukan biofilm A. hydrophila dan F. columnare dengan kuat. Tutupan biofilm tidak dipengaruhi oleh besar atau kecilnya konsentrasi ekstrak.

Fish diseases can be caused by biofilm-forming bacteria, such as Aeromonas hydrophila and Flavobacterium columnare. Treatment of fish diseases is usually done using antibiotics and herbal plants. This study aims to determine the antibacterial potential of ethanolic extracts of wild plants from South Sulawesi and to determine the effect of giving extracts with various concentrations on the formation of biofilms. Antibacterial sensitivity test was carried out using disc diffusion and microdilution methods. The biofilm formation inhibition test was carried out using the microtiter plate and cover slip methods followed by 3D visualization using ImageJ software. The result revealed that, the sensitivity test of ethanolic extracts Ammannia baccifera and Breynia virgata inhibited both bacteria at concentrations of 0.2 g/mL, 0.4 g/mL, and 0.6 g/mL with minimum inhibitory concentrations (MIC) at 1.56 mg/mL, 25 mg/mL, 50 mg/mL, and 100 mg/mL and minimum bactericidal concentrations (MBC) at 3.13 mg/mL, 12.5 mg/mL, and 200 mg/mL. Ethanolic extracts of A. baccifera and B. virgata at concentrations of 6.25–12.5 mg/mL strongly inhibited the formation of A. hydrophila biofilms. Ammannia baccifera ethanolic extract concentrations of 0.78 mg/mL, 3.13 mg/mL, and 6.25 mg/mL strongly inhibited the formation of F. columnare biofilms. Ethanolic extract of A. baccifera and B. virgata with a concentration of 200 mg/mL strongly increased the biofilm formation of A. hydrophila and F. columnare. Biofilm coverage was not affected by the larger or smaller concentration of the extract."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Gandafajar
"Cabai paprika hijau merupakan salah satu jenis cabai yang memiliki kandungan antioksidan tertinggi. Hingga saat ini masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum mengetahui manfaat dan kandungan dari cabai paprika hijau (capsicum annuum Linnaeus) serta lebih memilih menggunakan suplemen vitamin untuk mendapatkan antioksidan. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak cabai paprika hijau terhadap vitamin C. Penetapan aktivitas antioksidan dilakukan melalui metode DPPH.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol cabai paprika hijau (Capsicum annuum Linnaeus) memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan nilai IC50 155,688 ± 5,334 sedangkan vitamin C memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50 6,951 ± 0,050. Berdasarkan data tersebut dapat dibuktikan bahwa Ekstrak cabai paprika hijau (Capsicum annuum Linnaeus) memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan dengan vitamin C.

Green peppers (Capsicum annuum Linnaeus) is one kind of chili which has high antioxidant level. However, until now many people in Indonesia didn?t know the benefits and contents of green chili peppers (Capsicum annuum Linnaeus) and prefer to use vitamin supplements to get the antioxidants. The objective of this experimental study is to know the comparison between the extract of green pepper and vitamin C antioxidant activity. Antioxidant activity is measured by DPPH method.
The study shows that the extract of green pepper (Capsicum annuum Linnaeus) has weak antioxidant activity, with the IC50 value of 155.688 ± 5.334. Meanwhile vitamin C has strong antioxidant activity, with the IC50 value of 6.951 ± 0.050. Based on these data, the extract of green pepper (Capsicum annuum Linnaeus) have lower antioxidant activity compared to vitamin C."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Anjelita
"ABSTRAK
Prevalensi penyakit infeksi di Puskesmas Pancoran Mas yang tinggi mempengaruhi tingkat penggunaan antibakteri. Penggunaan antibakteri yang tidak perlu dan berlebihan dapat menyebabkan penggunaan yang tidak rasional sehingga meningkatkan risiko resistensi antibakteri, mortalitas, morbiditas juga biaya pengobatan pasien. Salah satu cara mengendalikan penggunaan antibakteri adalah dengan melakukan evaluasi penggunaan obat (EPO). Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan antibakteri menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan melihat kesesuaian pengggunaan antibakteri dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat I di Puskesmas Pancoran Mas. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan pengambilan data secara retrospektif dari seluruh resep pasien dewasa yang mengandung antibakteri oral dan parenteral pada periode Januari hingga Desember 2019. Penggunaan antibakteri dihitung dan dievaluasi berdasarkan nilai DDD/1000 pasien/hari dan Drug Utilization 90% (DU90%). Terdapat 4599 lembar resep yang digunakan sebagai sampel penelitian. Tiga jenis antibakteri dengan penggunaan tertinggi berdasarkan nilai DDD/1000 pasien/hari yaitu amoksisilin (0,665 DDD/1000 pasien/hari), RHZE (0,412 DDD/1000 pasien/hari) dan RH (0,234 DDD/1000 pasien/hari). Antibakteri yang memasuki segmen DU90% adalah amoksisilin, RHZE, RH, kotrimoksazol dan siprofloksasin. Kesesuaian penggunaan antibakteri dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat I adalah 91,67%.

ABSTRACT
The high prevalence of infectious diseases in Pancoran Mas Community Health Center influences the level of antibacterial use. Unnecessary and excessive use of antibacterial can lead to irrational use thereby increasing the risk of antibacterial resistance, mortality, morbidity as well as the patient's treatment costs. One way to control the use of antibacterial is to evaluate the use of drugs. The purpose of this study was to evaluate the use of antibacterial using the Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) method and to see the suitability of antibacterial with the National Formulary for Level I Health Facilities at the Pancoran Mas Community Health Center. The study design used was cross sectional with retrospective data collection from all adult patient prescriptions containing oral and parenteral antibacterial in January to December 2019 period. The use of antibacterial was calculated and evaluated based on DDD/1000 patients/day and 90% Drug Utilization (DU90%). Total prescription in this study were 4599. The three types of antibacterial with the highest use based on DDD/1000 patients/day are amoxicillin (0.665 DDD/1000 patients/day), RHZE (0,412 DDD/1000 patients/day), RH (0,234 DDD/1000 patients/day). antibacterial that entered DU90% segment were amoxicillin, RHZE, RH, cotrimoxazole and ciprofloxacin. The suitability of antibacterial use with the National Formulary for Level I Health Facilities is 91,67%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Rully
"Pangan fungsional adalah pangan yang dapat memenuhi asupan harian dan memberikan manfaat kesehatan. Probiotik merupakan salah satu komponen pangan fungsional berupa sel bakteri hidup yang dalam jumlah tertentu dapat memberikan manfaat kesehatan. Selain pada fermentasi makanan, bakteri asam laktat juga dimanfaatkan dalam fermentasi minuman seperti fermentasi sari kacang hijau. Isolat bakteri asam laktat TM2 adalah bakteri asam laktat yang diisolasi dari tapai ketan hitam dan memiliki aktivitas antibakteri yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri filtrat hasil fermentasi terhadap Bacillus cereus dan Klebsiella oxytoca. Medium kacang hijau dibuat dengan cara merendam kacang hijau selama 12 jam kemudian direbus dan disaring. Selanjutnya starter isolat BAL TM2 diinokulasikan ke dalam medium kacang hijau dan difermentasi selama 1, 2, dan 3 hari. Pertumbuhan bakteri dihitung dengan metode Total Plate Count (TPC). Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter sedangkan total asam diukur dengan metode titrasi. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode cylinder plate assay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan populasi bakteri asam laktat dari starter hingga hasil fermentasi hari ke-3. Medium kacang hijau mengalami penurunan pH dan kenaikan konsentrasi asam selama fermentasi. Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan aktivitas penghambatan tertinggi pada filtrat fermentasi 2 hari terhadap Bacillus cereus (19-20 mm) dan Klebsiella oxytoca (14 mm). Kesimpulan penelitian ini adalah filtrat medium kacang hijau menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Bacillus cereus dan Klebsiella oxytoca. Aktivitas tertinggi didapatkan pada filtrat fermentasi 2 hari dan mengalami penurunan efektivitas pada fermentasi 3 hari. Filtrat lebih efektif menghambat pertumbuhan Bacillus cereus dibanding Klebsiella oxytoca.

Functional food is food that meets daily intake requirements and provides health benefits. Probiotics are a component of functional food consisting of live bacterial cells that can offer health advantages. Besides food fermentation, lactic acid bacteria are also utilized in beverage fermentation, such as mung bean juice. The lactic acid bacteria isolate TM2, derived from black sticky rice tapai, exhibits high antibacterial activity. This study aims to evaluate the antibacterial activity of the fermentation filtrate against Bacillus cereus and Klebsiella oxytoca. The mung bean medium was prepared by soaking the beans for 12 hours, then boiling and filtering them. Next, the LAB TM2 isolate was inoculated into the mung bean medium and fermented for 1, 2, and 3 days. Bacterial growth was measured using the Total Plate Count (TPC) method. pH was measured with a pH meter, while total acidity was determined through titration. Antibacterial activity was tested using the cylinder plate assay method. The results showed growth of lactic acid bacteria from the starter culture to the third day of fermentation. The mung bean medium exhibited a decrease in pH and an increase in acid concentration during fermentation. The highest inhibitory activity was observed in the 2-day fermentation filtrate against Bacillus cereus (19-20 mm) and Klebsiella oxytoca (14 mm). In conclusion, the mung bean medium filtrate demonstrates antibacterial activity, peaking at 2 days and decreasing thereafter, with greater effectiveness against Bacillus cereus compared to Klebsiella oxytoca."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library