Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amri Marzali
Jakarta: Prenada Media, 2005
301 AMR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Koentjaraningrat, 1923-1999
Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1969
301.259 8 KOE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Antropologi UI, 2011
301 REA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Gunawijaya
Depok: Linea, 2016
300.35 JAJ m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Saadah Soepomo
Jakarta : Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata, 2002
306 SRI a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kamil
"Penelitian ini membahas tentang pola kehidupan masyarakat santri Tegalgubug Arjawinangun Cirebon. Secara spesifik penelitian ini melihat lebih dekat terhadap aktivitas ekonomi masyarakatnya terutama pada kegiatan usaha konveksi dan pendistribusiannya. Beberapa kasus pengusaha yang penulis paparkan dalam tesis ini, merupakan salah satu bagian dan mewakili dari aktivitas masyarakat tersebut.
Penelitian ini dibangun dalam perspektif antropoligis, dengan menggunakan pendekatan khasnya, yaitu metodologi kualitatif. Melalui pengamatan terlibat dan wawancara mendalam -sebagai pengumpulan datanya- penelitian ini menggali inforrnasi mengenai keadaan obyektivitas masyarakat yang tradisional sebagai seorang santri; berpakaian sarung dan kopiah bagi laki-laki, mengenakan train dan berkerudung (jilbab) bagi perempuan serta dalam mengembangkan kegiatan usahanya melalui ketrampilan menjahit, mereka membuka konveksi dan menjadi pedagang kain (tekstil). Ketrampilan yang mereka miliki tidak didukung dan dibekali dengan pendidikan secara formal baik melalui lembaga ketrampilan (pelatihan) maupun sekolah umum. Pendidikan yang mereka capai secara umum hanya di pondok pesantren; yang intinya mempelajari ilmu-ilmu agama seperti Tauhid, Fiqh, Tasawuf dan Gramatika Bahasa Arab. Di samping itu, masyarakat santri Tegalgubug dalam menerapkan menajemen perusahaannya tidak didasarkan pada menejemen profesional dan tidak ada penghitungan akuntansi dan rekapitulasi keuangan, tetapi usaha yang mereka jalani tetap eksis dan terus berkembang.
Pada prinsipnya Masyarakat Santri Tegalgubug yang mayoritas mata pencahariannya sebagai penjahit (usaha konveksi) dan pedagang kain, telah mewarisi kegiatan tersebut dari orang tua dan nenek moyang mereka. Kebiasaan membuat kipas angin dari kain, tutup penimbal (tempat air) dari kain, suka menyulam dan membordir, telah menumbuhkan upaya untuk berusaha dan berwiraswasta. Usaha ini bersifat home industry dan memiliki kecenderungan bahwa dalam mengembangkan ketrampilannya baik yang terkait dengan jenis, mode dan bentuknya memiliki persamaan tersendiri serta telah diajarkan secara turun-temurun.
Perkembangan ekonomi Masyarakat Santri Tegalgubug-Arjawinangun Cirebon yang lekat dengan masyarakat pesantren dan kehidupan sebagai "Muslim Santri" telah merubah pandangan negatif terhadap kehidupan penganut agama terutama Muslim Santri yang ortodoks, yaitu dengan tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai motivasi dalam usaha dan berkarya. Mereka dalam berusaha bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait seperti pabrik tekstil dan perbankan. Dengan ketrampilan yang dimilikinya dan berbekal pendidikan dari pesantren, Masyarakat Santri Tegalgubug-Arjawinangun Cirebon telah membuka peluang untuk mengangkat ekonomi kerakyatan dengan mencoba menerobos usaha pengolahan dan perdagangan tekstil yaitu dengan mendatangkan bahan baku dari Bandung, Jakarta dan Tangerang. Dengan usaha yang dijalaninya, para pengusaha Santri Tegalgubug telah menjalin hubungan dengan para pengusaha yang berasal dari kota-kota besar di Indonesia bahkan sampai mengekspor barang ke luar negeri terutama di Asia Tenggara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarwotjo
Jakarta: Balai Pustaka, 2002
370.9 TAR a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yeti Lastuti
"Beberapa literatur terbaru mengungkapkan bahwa saat ini konsumsi conspicuous tidak hanya mencakup barang-barang terlihat (visible good) saja, melainkan juga barang-barang tak terlihat (invisible good), yang sebagian besar merupakan kebutuhan dasar individu. Konsumsi conspicuous sangat erat kaitannya dengan ketimpangan pendapatan dan karakteristik regional seperti etnis dan agama, namun penelitian antara ketiga variabel ini masih sangat terbatas, terutama di negara-negara berkembang. Indonesia memiliki ketimpangan pendapatan yang cukup tinggi serta keberagaman etnis dan agama yang sangat luas, sehingga akan sangat mempengaruhi bagaimana share dari konsumsi conspicuous rumah tangga. Penelitian ini menggunakan data pooled konsumsi rumah tangga yang disediakan oleh BPS dari tahun 2017 sampai dengan 2018. Dengan metode 2SLS, hasil penelitian ini menemukan bahwa (1) ketimpangan pendapatan tidak memiliki pengaruh, tetapi kedua variabel karakteristik regional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap share konsumsi conspicuous untuk visible good dan (2) ketimpangan pendapatan dan kedua variabel karakteristik regional berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap share konsumsi conspicuous untuk invisible good

The latest literature reveals that currently conspicuous consumption includes not only visible goods, but also invisible good, which are mostly basic individual needs. Conspicuous consumption is closely related to income inequality and regional characteristics such as ethnicity and religion, however research between these three variables is still very limited, especially in developing countries. Indonesia has a fairly high income inequality as well as a very wide ethnic and religious diversity, so that it will greatly affect how the share of conspicuous household consumption is. This study uses pooled household consumption data provided by BPS from 2017 to 2018.With the 2SLS method, the results of this study find that (1) income inequality has no effect, but the two regional characteristic variables have a positive and significant effect on consumption share conspicuous for visible good and (2) income inequality and the two regional characteristic variables have a negative and significant effect on the share of conspicuous consumption for invisible good."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teljeup, Dirk
Dordrecht-Holland: Foris Publications, 1990
306 TEL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Erawati Dwi Lestari
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk memperlihatkan konstruksi relasi kuasa dalam novel Lengking Burung Kasuari LBK, 2017 karya Nunuk Y. Kusmiana. Novel LBK memperlihatkan terpinggirkannya orang Papua akibat pandangan rendah yang didasarkan pada atribut, ciri fisik, dan perilaku orang Papua, yang berujung pada dominasi pendatang di tanah Papua. Dengan menggunakan konsep stereotyping, relasi kuasa Pierre Bourdieu, dan semiotika Roland Barthes, orang maupun wilayah Papua dalam LBK dipandang sebagai objek, liyan, primitif, terbelakang, tradisional, miskin, dan terisolasi. Orang Papua juga digambarkan inferior karena hanya memiliki satu kapital, sementara pendatang memegang kapital simbolik yang mencakup tiga kapital lainnya; kapital budaya, sosial, dan ekonomi. Meski demikian, LBK memberi ruang bagi orang Papua untuk melakukan resistensi dengan cara mencibir dan mengusik kehadiran pendatang melalui peyebaran mitos. Kehadiran tokoh anak, Asih, turut membantu pihak Papua melakukan resistensi dengan cara membalik stigma negatif atas Papua dan menjadi penengah di antara pendatang dan pihak Papua. Kemunculan tokoh ini memperlihatkan kemungkinan runtuhnya dominasi di Papua.Kata Kunci: dominasi, Papua, relasi kuasa, resistensi, stereotip.

ABSTRACT
This research aims to describe power relation in Lengking Burung Kasuari novel LBK, 2017 by Nunuk Y. Kusmiana. The novel shows that Papua characters are marginalized because of subordinate opinions based on Papuan people rsquo s attribute, physical characters, and behavior. By employing stereotyping concept, Bourdieu rsquo s power relation, and Barthes rsquo semiotics, Papuan characters and territory are regarded as an object, others, and primitive, isolated, poor, traditional, and underdeveloped people. Papuan characters of the novel are depicted as inferior because they only have one capital while comer characters have symbolic character consisting of three other capitals cultural, social, and economical capitals. Nevertheless, Papuan people in the novel are given space to perform resistance by teasing comers rsquo attendance through spreading myths. Papuan rsquo s capital becomes their capital resistance represented in the form of scorn on comers. The presence of child main character, Asih, helps Papuan perform their resistance. Asih is depicted as having ability to reverse negative stigma to Papua, aspirate Papuan rsquo s hope, and mediate between comers and Papuan who always contradict. In the novel her presence shows any possible collapse of domination in Tanah Papua.Keywords domination, Papua, power relation, resistance, stereotype. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>