Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizkika Herliza Amirah Amatullah
"Ascendance of a Bookworm” merupakan serial animasi Jepang yang diadaptasi dari seri novel ringan berjudul sama karya Miya Kazuki sebagai penulis dan Yuu Shiina sebagai ilustrator yang diterbitkan tahun 2015. Penelitian ini membahas gambaran pustakawan dalam membagikan pengetahuan klasifikasi di dunia lain yang ditampilkan dalam “Ascendance of a Bookworm”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi representasi pustakawan dalam membagikan pengetahuan klasifikasi dari kehidupan sebelumnya untuk diterapkan dalam mengelola perpustakaan gereja di dunia lain. Pertanyaan penelitian ini adalah “Bagaimana penggambaran peran utama pada serial animasi “Ascendance of a Bookworm” sebagai pustakawan dalam membagikan pengetahuan klasifikasi di dunia lain?”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotika triadik yang dicetuskan oleh Charles Sanders Peirce. “Ascendance of a Bookworm” terdiri dari dua musim dengan total 26 episode dan penelitian ini mengkaji episode 9 pada musim kedua sebagai unit analisis. Hasil yang ditemukan menunjukkan tanda-tanda Myne digambarkan sebagai pustakawan yang patut ditiru karena membagikan pengetahuan klasifikasinya. Tanda tersebut dipaparkan melalui adegan keempat, ketujuh, dan kesembilan yang dianalisis menggunakan semiotika triadik Peirce. Berbagi pengetahuan oleh pustakawan yang dilakukan Myne ini pun merupakan proses internalisasi kepada penonton dan sosialisasi kepada karakter-karakter lain untuk memberikan pengetahuan.

“Ascendance of a Bookworm” is a Japanese animated series adapted from a novel series of the same title written by Miya Kazuki and illustrated by Yuu Shiina, published in 2015. This study discusses the description of the literature in sharing classification knowledge in other worlds that is displayed in the animation. This study aims to identify the representation of librarians in sharing knowledge from their previous lives to be applied in managing church libraries in other worlds. The research question is “How is the main role depicted in the animated series ‘Ascendance of a Bookworm’ as a librarian in sharing classification knowledge in other worlds?”. This study uses the triadic semiotics approach that was coined by Charles Sanders Peirce. The animation consists of two seasons with a total of 26 episodes and this study examines episode 9 of the second season as the unit of analysis. Results showing Myne's signs are described as an exemplary librarian for sharing his classification knowledge. The sign is presented through the fourth, seventh, and ninth scenes which are analyzed using Peirce's triadic semiotics. Sharing knowledge by librarians that shown by Myne is a process of internalization with the audience and socialization with other characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shavira Melati Anandita
"Dalam beberapa tahun terakhir, media animasi anak-anak tidak hanya berfungsi sebagai hiburan. Mereka mengalami perubahan drastis selagi menjadi lebih kritis terhadap isu-isu yang terjadi di masyarakat. Misalnya, penggambaran karakter wanita di masa lalu tidak sama dengan penggambaran wanita di media animasi saat ini. Begitupun juga dengan penggambaran laki-laki. The Loud House, salah satu serial televisi animasi anak-anak yang juga mengikuti tradisi mengeksplorasi isu-isu saat ini, mencoba merekonstruksi hubungan laki-laki dengan alam dengan menunjukkan bahwa mereka memang bisa peduli terhadap alam. Dengan menggunakan analisis tekstual yang dikombinasikan dengan konsep gender, kekuasaan, dan ekomaskulinitas, penelitian ini bermaksud memeriksa hubungan antara relasi kuasa berbasis gender di antara tokoh-tokoh utama dan perilaku mereka terhadap alam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa The Loud House berhasil menghilangkan dualitas gender penindas-tertindas dan juga melengkapi kritik ekofeminisme dengan menunjukkan bahwa laki-laki juga dapat memiliki hubungan yang dekat dengan alam.

In recent years, children`s animated media do not only serve as a form of entertainment. They have undergone drastic change as they become more critical towards issues occurring in society. For instance, the portrayal of female characters in the past is not the same as the portrayal of women in today`s animated media. The same applies to the representation of men. The Loud House, one of the children`s animated television series also following the tradition of exploring current issues, tries to reconstruct men`s relationship with nature by demonstrating that they can indeed care for it. Using textual analysis combined with the concept of gender, power and ecomasculinity, this research intends to examine the correlation between the gender-based power relations among major characters and their behaviour towards nature. The result of this research shows that The Loud House succeeds in eliminating gendered oppressor-victim dualities and also complementing ecofeminists` critique by demonstrating that men can have closer relationship with nature"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Ashri
"Topik mengenai virus covid-19 merupakan topik yang sedang menjadi perbincangan penting dua tahun ke belakang di seluruh dunia termasuk di Belanda. Salah satu cara yang digunakan untuk memberi edukasi mengenai pencegahan virus covid-19 adalah dengan membuat film animasi edukasi mengenai virus covid-19. Cara tersebut dilakukan oleh dua kanal YouTube asal Belanda, kanal YouTube pribadi Sjoerd Visser dan kanal YouTube lembaga akademik Social and Behavioural Sciences Leiden University. Penelitian ini membahas mengenai tindak tutur dari penyampaian informasi penting yang terdapat pada dua film animasi dengan topik virus covid-19 dan perbedaan serta persamaan yang terdapat pada dua film animasi edukasi dari dua kanal tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikembangkan oleh John R. Searle. Data diambil dari film animasi edukasi yang diunggah oleh kanal YouTube pribadi dan lembaga akademik asal Belanda. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa diantara dua film animasi tersebut ditemukan perbedaan yaitu pada jenis tindak tutur, penokohan, dan pusat pengisahannya serta persamaan yaitu tindak tutur pada kedua film animasi tersebut berisi langkah-langkah mengurangi laju penyebaran virus covid-19 yang ditujukan kepada anak-anak.

The topic of the Covid-19 virus is a topic that has become an important topic of discussion for the past two years around the world, including in the Netherlands. One of the methods used to provide education about the prevention of the covid-19 virus is by making educational animated films about the covid-19 virus. This method was carried out by two YouTube channels from the Netherlands, Sjoerd Visser's personal YouTube channel and the YouTube channel of Leiden University's Social and Behavioral Sciences academic institution. This study discusses the speech acts of delivering important information contained in two animated films with the topic of the covid-19 virus and the differences and similarities found in the two educational animated films from the two channels. This study uses a qualitative descriptive method using the speech act theory developed by John R. Searle. The data is taken from educational animated films uploaded by private YouTube channels and academic institutions from the Netherlands. The results of this study show that between the two animated films there are differences, namely in the types of speech acts, characterizations, and the center of the story, and the similarity, namely the speech acts in the two animated films, which contain steps to reduce the spread of the covid-19 virus aimed at children. ."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sulistyaningsih
"ABSTRAK
Studi ini memberikan gambaran mengenai bagaimana elemen budaya
Indonesia digambarkan dalam serial animasi ?Keluarga Somat?. Penelitian ini
juga menggembarkan bagaimana peran serial animasi tersebut sebagai media
edukasi anak mengenai budaya Indonesia. Penelitian ini dikaji dengan
menggunakan metode analisis konten dengan metode framing Gamson dan
Modigliani dan wawancara mendalam dengan produser dan penyiar tayangan.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap dua puluh judul episode ?Keluarga
Somat? yang dapat ditemukan di internet, kemudian peneliti melakukan
transkrip dan intepretasi terhadap 5 episode yang paling mewakili elemen
budaya Samovar. Peneliti menemukan 5 bingkai utama yang mewakili elemen
budaya Samovar, antara lain:agama sebagai dasar sikap dan tindakan
masyarakat, perjuangan kemerdekaan sebagai pengetahuan sejarah yang
penting, universalism sebagai nilai budaya Indonesia, keluarga sebagai
organisasi sosial yang utama, dan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional. Peneliti juga menemukan jika cerita dan format tayangan
sesuai dengan asumsi pembelajaran tematik 2013 sehingga dapat menjadi
media edukasi alternatif anak mengenai budaya Indonesia.

ABSTRACT
This study provides an overview of how the elements of Indonesian culture
depicted in the animated series "Keluarga Somat". The study also describes
how the role of the animated series as media of child education on
Indonesian culture. This study assessed using content analysis method with
framing method by Gamson and Modigliani and in-depth interviews with
producers and broadcasters. Researcher did observation to twenty episodes of
?Keluarga Somat? which can found in internet, then do transcript and
interpret to five episodes whose content most represent Samovar?s culture
element. Researcher found 5 basic frames which represent those five
Samovar?s culture element, which are: religion as society?s basic idea,
national struggle history is relevant knowledge, universalism as Indonesia
culture value, family as main social organization and the need to use Bahasa
Indonesia as national language. Researchers found that framing of the
importance of intact families and Indonesian pluralism as the main theme
raised in the series. Researchers also found that the story and display form in
accordance with the assumption of thematic learning in 2013 so that it can be
an alternative media of child education on Indonesian culture"
2016
S64908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library