Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rangga Ferizky Fadli
Abstrak :
Dalam dunia perfilman saat ini dikenal istilah sulih suara atau dubbing, sebuah istilah yang merujuk pada kegiatan mengubah audio percakapan dalam sebuah film menjadi bahasa lain sehingga bahasa film tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Analisis dilakukan pada sebuah film animasi karya Hayao Miyazaki yang berjudul Spirited Away. Bahasa yang digunakan dalam film ini adalah bahasa Jepang, namun setelah ditayangkan di Netflix, memiliki beberapa opsi pilihan sulih suara dalam bahasa lain, salah satunya yaitu bahasa Arab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tindak tutur ekspresif berbahasa Arab digunakan dalam film Spirited Away yang telah disulih suara berbahasa Arab. Dalam proses analisis data, data dianalisis berdasarkan teori tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Searle (1976), dan Guiraud, et al. (2011) serta teori tindak tutur ekspresif milik Austin (1962). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskrpitif dengan pendekatan pragmatik. Setelah dilakukan analisis, ditemukan tindak tutur ekspresif sebanyak 53 data dalam film Spirited Away. Tuturan tersebut terdiri atas: (1) Thanking (terima kasih) sebanyak 15 data; (2) Disapproving (ketidaksetujuan) sebanyak 8 data; (3) Praising (memuji) sebanyak 5 data; (4) Accusing (menuduh) sebanyak 5 data; (5) Welcoming (ungkapan menyambut atau selamat datang) sebanyak 5 data; (6) Approving (menyetujui) sebanyak 3 data; (7) Sadness (kesedihan) sebanyak 3 data; (8) Protesting (memprotes) sebanyak 3 data; (9) Guilt (rasa bersalah) sebanyak 2 data; (10) blaming (menyalahkan) sebanyak 2 data; (11) Apologizing (meminta maaf) sebanyak 2 data. Hasil analisis menunjukkan bahwa sulih suara bahasa Arab dalam film ini memadukan dua budaya, yaitu Jepang dan Arab, dalam aspek keramahtamahan dan kesopanan dalam interaksi sosial. ......In the world of filmmaking today, the term dubbing is well known. It refers to the activity of changing the audio conversations in a film into another language so that the film's language can be understood by a wider audience. An analysis is conducted on an animated film by Hayao Miyazaki titled "Spirited Away." The language used in this film is Japanese, but after being broadcasted on Netflix, it offers several dubbing options in other languages, including Arabic. The aim of this research is to analyze how expressive speech acts in the Arabic language are used in the film "Spirited Away" after being dubbed in Arabic.During the process of data analysis, the data is analyzed based on the theory of expressive speech acts proposed by Searle (1976) and Guiraud, et al. (2011), as well as Austin's (1962) theory of expressive speech acts. The method used in this research is qualitative-descriptive research with a pragmatic approach. After the analysis, a total of 53 instances of expressive speech acts were found in the film "Spirited Away." These expressions consist of: (1) Thanking with 15 instances; (2) Disapproving with 8 instances; (3) Praising with 5 instances; (4) Accusing with 5 instances; (5) Welcoming with 5 instances; (6) Approving with 3 instances; (7) Sadness with 3 instances; (8) Protesting with 3 instances; (9) Guilt with 2 instances; (10) Blaming with 2 instances; (11) Apologizing with 2 instances. The analysis results indicate that the Arabic dubbing in this film combines two cultures, Japanese and Arab, in terms of hospitality and politeness in social interactions.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Nurul Izza
Abstrak :
Animasi secara umum digunakan sebagai media hiburan. Akan tetapi, Uni Soviet menggunakan animasi sebagai media propaganda yang memadukan produksi citra visual, narasi, dan suara untuk membangun framing musuh dan menggiring persepsi publik terhadap Amerika Serikat pada era Perang Dingin. Penelitian ini membahas representasi Amerika Serikat dalam film animasi ?????????/Millioner/Jutawan yang dibuat oleh Uni Soviet sebagai bentuk propaganda. Artikel ini bertujuan menunjukkan cara Uni Soviet merepresentasikan Amerika Serikat sebagai hal yang negatif dalam upaya melakukan propaganda. Teori representasi Stuart Hall menunjukkan bahwa makna diproduksi oleh bahasa. Berdasarkan pemaparan representasi Amerika Serikat dalam animasi/Millioner/Jutawan diketahui bahwa animasi tersebut memiliki peran sebagai alat propaganda Uni Soviet untuk mengkritik imperialisme Amerika Serikat dan membentuk opini publik terhadap penggambaran Amerika ke arah yang lebih negatif. Amerika Serikat digambarkan sebagai negara kaum borjuis yang antagonis, kapitalis, industrialis, ceroboh, dan serakah. ......Animation is generally used as a medium of entertainment. However, the Soviet Union used animation as a propaganda medium that combined the production of visual images, narration, and sound to build enemy framing and lead public perception of the United States during the Cold War era. This research discusses the representation of the United States in the animated film /Millioner/The Millionaire made by the Soviet Union as a form of propaganda. This article aims to show how the Soviet Union represented the United States as negative things in an effort to carry out propaganda. Stuart Hall’s representational theory suggests that meaning is produced by language. Based on the presentation of the representation of the United States in the animation ?????????/Millioner/The Millionaire it is known that the animation has a role as a propaganda tool for the Soviet Union to criticize US imperialism and shape public opinion towards a more negative depiction of America. The United States is portrayed as a country of antagonistic, capitalist, industrialist, careless, and greedy bourgeoisie.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahayu
Abstrak :
Skripsi ini membahas representasi perempuan Cina dalam film animasi yang diproduksi oleh the Walt Disney Company (Disney) berjudul "Mulan". Film animasi Disney kerap diposisikan sebagai film anak-anak yang steril dari muatan ideologis sehingga masih sedikit kajian kritis yang menga alisa film animasi Disney. Salah satu sebabnya adalah politics of innocence yang selama ini dilakukan Disney sebagai tameng untuk menutupi 1 otif ekonomi dan ideologi dalam setiap produksinya. Di tengah menghangatnya wacana publik mengenai feminisme dan multiku ltu ra lisme di Amerika Serikat, Disney emproduksi film animasi tentang kepahlawanan seorang perempuan Cina berjudul "Mulan". 'fema yang diambil film animasi ini berbeda denga kecenderungan film animasi dengan tokoh perempuan yang diproduks' Disney sebelumnya, yang tiaak pernah keluar dari narasi dom in an tokoh perempuan yang berasal dari dongeng Eropa, yang berperan sebagai putri kerajaan yang lemah dan selalu membutuhkan bantuan pangeran pujaannya. Disney merepresentasikan perempuan Cina dalam film animasi "Mulan" sebagai perempuan yang tidak mengikuti narasi dominan yang berlaku di masyarakatnya yang patriarkh. Mulan direpresentasikan sebagai perempuan prajurit meskipun hukum yang berlaku di masyarakatnya pada saat itu melarang perempuan untuk ikut berperang. Narasi yang dibangun Disney dalam film animasi ini pada akhirnya harus berkompromi dengan narasi film-film komersial Disney pada umumnya. Mulan yang pada akhir cerita dianggap sebagai pahlawan, tidak bisa terlepas dari tuntutan masyarakat sekitar yang masih menganggap kesuksesan perempuan belum lengkap tanpa kehadiran laki-laki sebagai pasangan hidupnya. Pengakuan keragaman kultur (dalam hal ini kebudayaan Cina) dan prinsip feminisme yang membebaskan perempuan dari dominasi pemikiran masyarakat yang patriarkh dalam "Mulan" tidak pernah bisa lepas dari motif komersial dan· ideologis Disney sebagai produsernya
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Purwani
Abstrak :
Membangun karakter bangsa bukan semata-mata tugas pemerintah, tetapi peran guru, orang tua dan lingkungan sangat besar dalam pembentukan karakter seseorang manusia dari mulai usia dini sampai dewasa. Dalam perkembangan dunia maya dan era digital penting untuk melakukan pencegahan dan membangun karakter sesungguhnya dari seorang anak dengan menciptakan dan membangun jiwa nasionalisme dengan membudayakan cerita dongeng. Hal ini untuk menghindari pudarnya akan rasa nasionalisme dan budaya bangsa yang mengandung nilai-nilai luhur menjadi luntur. Perpustakaan sebagai tempat pengumpul sumber informasi mempunyai potensi besar dan punya andil besar dalam pembentukan karakter bangsa dan membangun rasa nasionalisme dimulai dari anak usia dini. Perpustakan nasional RI dengan kewenangannya bekerja sama dengan para penerbit dan lembaga perfilman Indonesia atau studio penghasil karya film animasi digital dalam bentuk MoU bisa berkolaborasi membangun pusat koleski film animasi digital sebagai bentuk pelaksanaan UU No. 4, Tahun 1990 yang sudah diterapkan selama ini agar menjadi lebih bermanfaat dan berdaya guna.
Jakarta: Pusat jasa Perpustakaan dan Informasi ( Perpustakaan Nasional RI), 2016
020 VIS 18:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chalista Angeline
Abstrak :
Arsitektur dan film adalah dua medium yang memiliki kaitan erat karena memiliki persamaan elemen penyusun dalam mengartikulasikan ruang. Arsitektur dalam film sendiri seringkali terbentuk secara tidak disadari dan terabaikan, dianggap sebagai latar belakang suatu peristiwa saja. Namun kehadirannya memiliki potensi yang lebih dari itu di dalam ruang sinematik. Skripsi ini membahas tentang bagaimana kehadiran arsitektur sebagai wadah narasi yang ditetapkan oleh pembuat film dalam wujudnya lanskap, sebagai pusat dalam ruang sinematik. Melalui intensitas kehadiran dan perwujudannya yang berdasar pada teknik-teknik komposisi gambar sinematik, dapat dipahami bagaimana peran lanskap dan signifikansinya terhadap narasi yang ingin disampaikan. Berdasarkan hasil pengamatan lanskap dalam studi akan film Dune, ditemukan hasil yang mendukung pembahasan mengenai peran lanskap dalam film yang melampaui sekadar sebagai latar belakang saja. Pembuat film dapat memanfaatkan berbagai teknik komposisi gambar sinematik dalam menangkap lanskap untuk mengungkapkan narasi tertentu. ......Architecture and film are two mediums that are closely related due to both having the same constituent elements in articulating space. Architecture in film itself is often formed unconsciously and overlooked, considered only as a background for actions and event. However, its presence amounts to much more than just a mere spatial background in the cinematic space. This thesis discusses how the establishment of architecture as a narrative vessel determined by filmmakers, takes the form of landscape which is the central of cinematic space. Through the intensity of landscape and its manifestation based on cinematic composition techniques, how the role of landscape and its significance in the narrative conveyed can be understood. Based on the analysis in the study of landscapes in Dune, author found that the discussion of the role of landscapes in films that is more than only for a background is supported. Filmmakers are able to use a variety of cinematic composition techniques in capturing landscapes to communicate certain narratives in their cinematic space.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Ashri
Abstrak :
Topik mengenai virus covid-19 merupakan topik yang sedang menjadi perbincangan penting dua tahun ke belakang di seluruh dunia termasuk di Belanda. Salah satu cara yang digunakan untuk memberi edukasi mengenai pencegahan virus covid-19 adalah dengan membuat film animasi edukasi mengenai virus covid-19. Cara tersebut dilakukan oleh dua kanal YouTube asal Belanda, kanal YouTube pribadi Sjoerd Visser dan kanal YouTube lembaga akademik Social and Behavioural Sciences Leiden University. Penelitian ini membahas mengenai tindak tutur dari penyampaian informasi penting yang terdapat pada dua film animasi dengan topik virus covid-19 dan perbedaan serta persamaan yang terdapat pada dua film animasi edukasi dari dua kanal tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikembangkan oleh John R. Searle. Data diambil dari film animasi edukasi yang diunggah oleh kanal YouTube pribadi dan lembaga akademik asal Belanda. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa diantara dua film animasi tersebut ditemukan perbedaan yaitu pada jenis tindak tutur, penokohan, dan pusat pengisahannya serta persamaan yaitu tindak tutur pada kedua film animasi tersebut berisi langkah-langkah mengurangi laju penyebaran virus covid-19 yang ditujukan kepada anak-anak. ......The topic of the Covid-19 virus is a topic that has become an important topic of discussion for the past two years around the world, including in the Netherlands. One of the methods used to provide education about the prevention of the covid-19 virus is by making educational animated films about the covid-19 virus. This method was carried out by two YouTube channels from the Netherlands, Sjoerd Visser's personal YouTube channel and the YouTube channel of Leiden University's Social and Behavioral Sciences academic institution. This study discusses the speech acts of delivering important information contained in two animated films with the topic of the covid-19 virus and the differences and similarities found in the two educational animated films from the two channels. This study uses a qualitative descriptive method using the speech act theory developed by John R. Searle. The data is taken from educational animated films uploaded by private YouTube channels and academic institutions from the Netherlands. The results of this study show that between the two animated films there are differences, namely in the types of speech acts, characterizations, and the center of the story, and the similarity, namely the speech acts in the two animated films, which contain steps to reduce the spread of the covid-19 virus aimed at children. .
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library