Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arman Harijanto
Abstrak :
ABSTRAK
Melalui televisi konsumen tidak hanya menikmati program-program televisi yang disajikan melainkan juga memperoleh informasi. Salah satu bentuk informasi yang ditayangkan melalui televisi adalah iklan. Dari seluruh media yang ada, televisi merupakan media terefektif bagi pengiklan untuk mengkomunikasikan produk / Jasa nya kepada target pasar. Kenyataan membuktikan bahwa di kota besar di Indonesia terdapat 80% pria dan wanita dan seluruh penduduk, menonton televisi.

Berbagai pesan atau informasi mengenai produk / jasa perusahaan direncanakan sedemikian rupa agar dapat diterima oleh target pemirsa yang tepat. Berkaitan dengan perencanaan tersebut, perusahaan umumnya menggunakan biro iklan. Di dalam biro iklan terdapat media planning department yang terkait dengan proses mendesain sebuah perencanaan periklanan baik waktu maupun media yang tepat. Para media planner di dalam membuat suatu perencanaan media di televisi mengacu pada angka rating.

Setiap program televisi dapat diukur jumlah pemirsanya melalui suatu alat yang dinamakan people meter. Alat inilah yang menghimpun data kepemirsaan televisi yang akhirnya menghasilkan suatu angka rating program. Jika pengiklan hendak mengkomunikasikan produk / jasa yang ditawarkan ke sebanyak mungkin orang, maka seorang media planner akan menempatkan iklan perusahaan pada program yang ratingnya tinggi. Perusahaan yang juga dinamakan sebagai pengiklan dalam konteks ini, menginginkan agar produk / jasa dapat dikomunikasikan dengan efektif kepada target pasarnya.

Rating televisi dianggap sebagai satu-satunya dasar untuk membantu media planner dalam mencari dan menentukan program yang tepat bagi produk / jasa pengiklan. Di sisi lain rating tersebut mengandung banyak pertanyaan khususnya mengenai keabsahan angka rating. Pertanyaan tersebut umumnya berkisar mengenai metode riset. jumlah sampel dan validitas rating serta banyak hal lainnya. Oleh karena itu perlu dievaluasi sampaì seberapa jauh para media planner memanfaatkan angka rating yang diperoleh dengan kondisi dimana rating televisi tersebut masih dianggap mengandung banyak kekurangan dan kritìk.

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kegunaan rating televisi bagi media planner. Disamping itu, penelitian ini ingin memperoleh gambaran mengenai penilaian para Media planner terhadap rating serta manfaat yang diperoleh melalui analisis rating.

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating yang diartikan sebagai jumlah rumah tangga atau orang yang ditarget untuk sebuah program, jaringan. stasiun atau komersial khusus, Pengembangan dan konsep tersebut di Iengkapi dengan ulasan analisis rating beserta rnanfaatnya masing-masing. Analisis tersebut secara garis besar dapat dipilih berdasarkan analisa penonton. analisa program dan analisa jangkauan. Berbagal kritik dan pendapat banyak pihak, memberikan gambaran yang lebih Iengkap untuk memahami keadaan rating televisi dalam penggunaannya.

Metode penelitian diakukan dengan menggunakan dua tahap riset yaitu riset eksploratori dan riset deskriptif. Salah satu cara yang dilakukan dalam riset eksploratori adalah melakukan in-depth interview dengan media planner dari pihak AC Nielsen Indonesia Metode pengumpulan data yang digunakan adalah self-administered survey. Evaluasi rating diukur pada skala ordinal. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif dan analisa asosiatif dengan menggunakan SPSS v.10.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa para media planner pada dasarnya memiliki pengetahuan yang baik terhadap metode pengujian rating. alat ukur yang digunakan, perhitungan rating dan survei kepemirsaan televisi Tingkat pengetahuan tersebut lebih dipengaruhi oleh karakteristik individual. Responden juga mengetahui dengan baik penggunaan alat analisis rating namun mereka merasa kurang puas dengan rating televisi. Sementara itu, tingkat pengetahuan media planner mengenai alat analisis rating lebih dipengaruhi oleh TV AdSpend yang ditangani. Rating masih dianggap sebagai satu-satunya alat terbaik (saat ini) yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan media di televisi.

Beberapa saran diberikan kepada AC Nielsen, media planner dan pengiklan, AC Nielsen diharapkan dapat mengedukasi pengiklan agar tidak mendasarkan keputusan beriklan hanya dengan melihat program berating tinggi. Dalam proses itu, AC Nielsen juga perlu memberikan penjelasan mendalam mengenai keberadaan rating terniasuk metode pengujian, perhitungan dan sebagainya. Adopsi teknologi terbaru dalam survei kepemirsaan televisi dapat semakin mempermudah biro iklan dalam merencanakan media di televisi.

Media planner hendaknya lebih berkonsentrasi pada tujuan media yang jelas agar perencanaan yang dibuatpun benar-benar menjawab apa yang dibutuhkan oleh pengiklan, Biro iklan sebaiknya juga berfungsi sebagai fungsi kontrol dan media buyer harus dapat menilai kesesuaian antara karakteristik program dengan karakteristik produk atau jasa yang akan dikomunikasikan kepada target konsumen. Profil target pemirsa sangat penting dalam perencanaan media termasuk media televisi.

Para media planner, pengiklan serta perencana program di stasiun televisi semakin cermat menanggapi adanya pergeseran preferensi konsumen. Cara yang dapat dilakukan adalah membentuk bagian riset kepermirsaan secara internal yang akhirnya, membantu perencanaan media dengan Iebih efektif dan menjawab kebutuhan pengikian.

P3I sebagai lembaga periklanan yang mengelola keberadaan organisasi perikianan di Indonesia, diharapkan dapat mendorong dan mengusulkan kepada pemerintah. Usulan tersebut berupa suatu upaya untuk berdirinya sebuah lembaga riset kepemirsaan televisi lain agar survei kepemirsaan televisi dapat dipertanggungiawabkan dan menjadi masukan yang berarti bagi insan periklanan di Indonesia.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ayu Wulandari
Abstrak :
Penelltian membahas mengenai pengimplementasian IMC pada pasar internasional serta kendalanya. IMC adalah merupakan bagian dari market conduct yang harus juga melihat pada strategi produk dan penetapan harga. Pengimplementasian market conduct harus melihat pada struktur pasar. Juga mengetahui market performance sebagai evaluasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana peneliti berkedudukan sebagai participant observer. Hasil penelitian, implementasi IMC yang dilakukan mensinergikan personal selling, sales promotion, direct marketing dan pameran perdagangan. Pesan digerakkan dengan database customer sebagai acuan, indikasi bahwa IMC adalah outside-in. Kendalanya ada diluar IMC, keterlambatan pengiriman barang ataupun dokumen. Rekomendasi diberikan, seharusnya KJG menerapkan IMC kepada significant audiencenya. ......This research was to discuss about implementing IMC in international market and obstacles that occurred. WC was a part of market conduct but also stated the importance of product strategy and verification of the fixed price. The implementation of market conduct should correspond to market structure. Moreover, the implementation itself should aware on the market performance as an evaluation. This research was using qualitative approach and the researcher acted as a participant observer, The result was the implementation synergized personal selling, sates promotion, direct marketing, and trade exhibition. The message was being launched with customer's database as an anchor, which indicated IMC as an outside-in. The obstacles were coming from external cause such as delayed goods or documents delivery. Finally, the recommendation was KIG should implement IMC to their significant audiences.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25664
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Kartika
Abstrak :
ABSTRAK
Menurut Laporan Kinerja tahun 2016 progres pencapaian di direktorat jenderal cipta karya tidak mencapai maksimal 100 . Penyebabnya antara lain disebabkan penggunaan sistem e-monitoring oleh pengguna atau petugas e-monitoring dalam melakukan update progress kegiatan baik keuangan maupun fisik serta melengkapi data-data output kegiatan tidak berjalan sesuai harapan dan mengakibatkan tidak maksimalnya kinerja pelaporan progres di satuan kerja. Hal ini sangat berpengaruh pada proses perencanaan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan sistem e-monitoring di lingkungan Ditjen cipta karya dan memberikan masukan berkaitan dengan faktor-faktor tersebut. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi teori Unified Theory of Acceptance and Use of Technology UTAUT dengan pengolahan data menggunakan AMOS. Dari hasil pengolahan data dan analisis diperoleh hasil bahwa faktor Performancy expectancy, Social influence dan Facilitating condition berpengaruh signifikan terhadaap Intention to use, dan Intention to use berpengaruh signifikan terhadap penggunaan use sistem e-monitoring. Variabel Effort expectancy tidak berpengaruh signifikan terhadap keinginan atau niat pengguna untuk menggunakan sistem e-monitoring.
ABSTRACT
According to Performance Report 2016 the progress of achievement in the directorate general of copyrighted works does not reach 100 maximum. The reason is caused by the use of e-monitoring system by the user or the e-monitoring officer in performing the progress of both financial and physical activities as well as completing the output data of the activities do not run as expected and resulted in not maximal progress reporting performance in the work unit. This is very influential in the planning process in decision-making and policy. This study aims to analyze the factors that influence the use of e-monitoring systems in the Directorate of work creation and provide inputs related to these factors. The research model used in this research adopted the theory of Unified Theory of Acceptance and Use of Technology UTAUT with data processing using AMOS. From result of data processing and analysis, it is found that Performancy expectancy factor, Social influence and Facilitating condition have significant influence on Intention to use, and Intention to use has significant effect on the use of e-monitoring system. Variable Effort expectancy has no significant effect on user 39;s intention or intention to use e-monitoring system.
2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Parlindungan, Victor Siaga
Abstrak :
Industri properti di Indonesia mulai mengalami kebangkitan kembali setelah mengalami keterpurukan yang cukup panih pada masa krisis ekonomi melanda Indonesia dan kawasan Asia. Pada saat ini, beberapa tahun setelah krisis berlangsung industri properti mulai bergerak naik kembali terutama disektor komersial dan sektor resedensial, hal ini tentu cukup menggembirakan bagi kondisi perkenomian di Indonesia, dikarenakan pertumbuhan pada sektor properti disuatu negara akan memacu pettumbuhan di sektor sektor lainnya. PT. Duta Pertiwi, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada industry properti di Indonesia. Perusahaan yang tergabung dalam grup Sinar Mas ini telah mempunyai reputasi yang tinggi dalam perkembangan sektor properti di Indonesia. Perusahaan lebih dikenal karena lebih banyak membangun dan yang mempelopori konsep lTC sebagai pusat perbelanjaan/perdagangan di Jakarta dan yang menerapkan sistem strata title untuk setiap unit properti yang dijualnya. Proyek "XYZ" adalah salah satu proyek properti diantara proyek proyek sejenis yang akan dilakukan oleh perusahaan didalam menjalankan usahanya didalam industri properti. Proyek yang berlokasi di Jakarta Selatan ini merupakan suatu poyek yang meliputi bidang retail komersial berupa pusat perbelanjaan dan RuKo serta resedensial yang berupa apartemen. Pada karya akhir ini dihitung kelayakan finansial proyek "XYZ" tersebut, sebagai masukan dan bahan perbandingan bagi perusahaan. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dan mengolah data, baik yang berupa data primer maupun data sekunder yang diperoleh melalui riset kepustakaan dan riset lapangan. Data-data yang diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui besamya cash flow (in and out), yang kemudian dihitung kelayakan. proyek dengan metode capital budgeting. Analisis kelayakan finansial proyek "XYZ" ini dilakukan berdasarkan tiga scenario kondisi yang mungkin dihadapi oleh perusahaan, yaitu Kondisi Optimis, kondisi Normal dan kondisi Pesimis. Penggunaan skenario tersebut dimaksudkan agar perusahaan lebih fleksibel dan siap dalam menghadapi kondisi terbaik maupun terburuk di masa yang akan datang. Dari enam teknik perhitungan dengan metode capital budgeting pada pembahasan kali ini hanya digunakan 4 metode saja yaitu Payback Period, Discounted Payback Period, Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). Perhitungan dengan keempat metode tersebut menunjukkan hasil yang positif, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa proyek "XYZ" layak untuk dibangun/dilaksanakan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library