Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmad Mulya
Abstrak :
Dalam penelitian ini limbah cair yang mengandung limbah sintetis Amoxicillin sebesar 50 ppm dan 10 ppm diozonasi menggunakan RHOP (reaktor hibrida ozon- plasma) dan ozonator standard pada kondisi asam, netral, dan basa. Untuk RHOP dilakukan pada empat kondisi tegangan, yaitu 8,0 kV, 9,33 kV, 10,67 kV dan 12 kV. Penelitian ini dilakukan dengan variasi lainnya, yaitu 3 (tiga) macam konfigurasi sistem reaksi (reaksi penyisihan limbah dalam RHOP, ozon dikontakkan dengan limbah cair dalam skema reaksi CSTR, dan ozon dikontakkan dengan limbah cair yang dilanjutkan dengan reaksi dalam RHOP). Kondisi pH limbah cair yang digunakan adalah 3,5-4,3 (asam), 6,5-7,2 (netral) dan 10,3-11,0 (basa). Penelitian ini menghasilkan kondisi terbaik untuk mendegradasi Amoxicillin yang terkandung dalam limbah cair yaitu, kondisi basa pH 10,8 dan sistem reaksi ozon yangn dihasilkan ozonator dikontakkan dengan limbah cair sedangkan RHOP dalam keadaan tidak menyala. Persentase degradasi yang dihasilkan mencapai 88,38%, dengan konsentrasi akhir 5,8 ppm. ......In this experiment, the liquid waste of Amoxicillin synthetic 50 ppm ozonated by RHOP (ozone plasma hybrid reactor) and standard ozonator, in acid, neutral and base condition. The experiment was carried out with 3 kinds variations of system configurations reaction (eliminination reaction liquid waste in RHOP, the liquid waste contacted with ozone in CSTR reaction scheme and the liquid waste contacted with ozone followed by reaction in RHOP) and the RHOP was carried out with 4 kinds variations of voltage of the system, that is 8,0 kV, 9,33 kV, 10,67 kv and 12 kV. The liquid waste pH was 3,9 (acid), 5,9 (neutral) and 10,8 (base). The maximum conditions to degrade liquid waste containing Amoxicillin are base at pH 10,8 and the ozone contacted with the liquid waste whereas RHOP switch off. The degradation percentage obtained in this experiment is around 88,38% with concentrations 5,809 ppm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Agustinawati W
Abstrak :
Aktii'vitas antiinikroba penisilifla terletak pada keutuhan cinciri j3-laktam. Gugus karbonil pada cincin K laktam mempunyai frekuensi yang spesifik pada 1780 - 1770 ci -( -. Penelitian mi Kan memarfaatkan kespesifikan resapan pacla ciaerah inframerah mi dalain analisis kuarititatif derivat penisi1irta Tujuah pertelitiari ml adalah membandingkan has 11 penetapan kadar secara spektrofotoineti inframerah dengan potensi ainoksisilina dan untuk merigetahui sejauhmana suhu dan iamanya pemanasari berpengaruh terhadap kadar dan potensi amoksisiiiria, dergan cara memariaskannya pada suhu 40°C dan 60°C selama 10 menit, 20 menit, 40 meriit, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam, 1 han, 2 han, 4 han, 8 han, 15 han, dan I bul an. Hasil pemanasan tersebut dipeniksa kadarnya secara sp .ektrofotometni inframerah menggunakan teknik tab1et 1 KBr -dan potensinya. Penetapan potensi dilakukan dergan uiietoda difusi. Sebagai reservoir larutan ataoksisilina di.gunakan silinder besi tahan karat, derigan kuman uji Sarciri.a lutea ATCC 9341 'pada medium 11. Dari pengujian statistik terhadap amoksisilina baku, ternyata ads korelasi antara hasil penetapan kadar secara spektrofotoirietni inframerah dengari poterisi amoksisilina. Penetapan kadar amoksisilina akibat pemanasan cenderung membenikan hasil lehih tinggi dibandingkan dengan potensi, disebabkan karena •hasil urai yang terbentuk rnengganggu pada penetapan kadar secara inframerah Oleh sebab itu, metoda spektrofotometri infrarnerah han ya dapat digunakan untuk penetapan kadar amoksisilina yang belum mengalami penguraian. ......The activity of penicillin antimicrobial is in the totality of P-lactam ring. The group of carbonyl in P-lactam has a spesific vibration of frequency, that is 1780 - 1770 cm. This study will take the advantage of this spesific penetration on the infra red area in quantitative analysis of penicillin's derivate. The aim of this study is to compare the fixing of concentration with infra red spectrophotoinetry and amoxycillin 's potency and also we want to know how far the temprature and duration of heating influence the concentration and amoxycillin's potency, by heating it at 400C and 60°C in 10 minutes, 20 minutes,40 minutes, an hour, 2 hours, 4 hours, 8 hours, 16 hours, a day, 2 days, 4 days, 8 days and a month. The concentration of the heating's results were examined with infra red speetrophotometry using Or pellet and tested for its potency. Diffusion method is used to settle the potency. An anti corrosion cylindrical iron with Sarcina lutea A1YX 9341 microbe in stage-11 is used as the reservoir of amoxycillin solution. Statistically test to standard of amoxycillirz, we see there is a correlation between fixing the concentration with infra red spectrophotoinetry and ainoxycill in's potency. The fixing of ainoxycillin's concentration caused by heating is higher if we compare with potency, it's because of the degradation formed influenced it. Therefore infra red speetrophotometry method is used just for fixing the concentration of undegr&Iated amoxyciilin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Sesuai dengan aturan penyimpanan, sediaan antibiotik seperti halnya injeksi kering amoksisilin-klavulanat harus disimpan di dalam lemari es dengan suhu 2-8 0C untuk menjaga stabilitasnya. Namun demikian, terkadang timbul masalah dengan keterbatasan fasilitas untuk penyimpanan maupun saat distribusi sediaan tersebut. Oleh karena itu, pengujian potensi dan penetapan kadar injeksi kering Amoksisilin-Klavulanat selama disimpan pada suhu kamar perlu diobservasi. Pengujian potensi dilakukan dengan teknik difusi agar, sedangkan pengujian untuk menetapkan kadar dilakukan dengan menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Dari hasil penelitian diketahui bahwa potensi sediaan terhadap Escherichia coli mengalami penurunan sebesar 94,42%, sedangkan terhadap Staphylococcus aureus mengalami penurunan sebesar 78,33%, begitu juga dengan penurunan kadar amoksisilin sebesar 1,07% dan kadar klavulanat sebesar 3,25% selama masa penyimpanan 8 minggu pada suhu kamar.
615 JSTFI 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hetty Rieskaliana
Abstrak :
ABSTRAK Stabilitas zat aktif dalam sediaan suspensi oral sangat penting untuk diperhatikan, terutama untuk senyawa antibiotik golongan β-laktam yang mudah terhidrolisis dengan adanya air selama proses penyimpanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan amoksisilin dan asam klavulanat seperti pH, suhu dan lamanya penyimpanan akan mempengaruhi persentase kadar obat tersebut selama proses terapi. Pada penelitian ini, dilakukan pengembangan dan validasi metode analisis penetapan kadar amoksisilin dan asam klavulanat dalam sediaan suspensi oral menggunakan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi yang dilengkapi dengan kolom C-18 Phenomenex, menggunakan campuran dapar fosfat pH 4,4-metanol dengan perbandingan 95:5 sebagai fase gerak. Laju alir yang digunakan adalah 2,0 mL/menit dan detektor UV Vis pada panjang gelombang 220 nm. Validasi metode analisis memenuhi syarat keberterimaan yaitu nilai rata-rata presisi kadar sebesar 103,42% dengan RSD 0,48% untuk amoksisilin dan 99,99% dengan RSD 1,57% untuk asam klavulanat dan hasil akurasi amoksisilin dan asam klavulanat berturutturut adalah 99,75% dan 100,83%. Baik amoksisilin maupun asam klavulanat stabil pada pH antara 6,5 - 7,0 dan mengalami penurunan kadar pada pH asam dan basa. Pengujian stabilitas sediaan suspensi kering yang telah direkonstitusi dilakukan pada suhu dinging (2-8 °C) dan suhu ruang (25-30 °C) selama 7 hari. Hasil pengujian stabilitas menunjukkan bahwa amoksisilin yang disimpan pada suhu dingin (2-8 °C) memenuhi syarat selama 7 hari dan asam klavulanat memenuhi syarat selama 5 hari. Kedua senyawa tidak stabil jika disimpan pada suhu ruang dimana penurunan kadar asam klavulanat lebih tinggi dibandingkan amoksisilin.
ABSTRACT It is important to maintain the stability of the active substances in oral suspension, especially for β-lactam class of antibiotics that is easily hydrolyzed in the presence of water throughout the period of use. There are some factors influencing the stability of the compounds, such as pH, temperature, and storage periods thus can affect the percentage content during therapy. In this research, a High Performance Liquid Chromatography method of analysis was developed and validated. The HPLC method employed a C-18 reverse phase column Phenomenex with a mixture of sodium phosphate buffer pH 4,4 and methanol in the ratio of 95:5 as the mobile phase. The flow rate was 2 mL/min and detection was by means of a UV detector at a wavelength of 220 nm. The method validation was meet the acceptance criteria. Precision average of amoxicillin and clavulanic acid were 103,42% with RSD 0,48% and 99,99% with RSD 1,57% respectively and the accuracy for amoxicillin and clavulanic acid were 99,75% and 100,83% respectively. Both amoxicillin and clavulanic acid were stable in a range of pH 6,5 - 7,0 and the percentage of contents was decreasing in acidic and basic pH. Stability testing on reconstituted dry suspension was done at cool temperature (2- 8 ° C) and at room temperatures (25-30°C) for 7 days. The results showed that amoxicillin that stored at cool temperature (2-8 °C) was stable for 7 days and clavulanic acid was stable for 5 days. Both compounds were unstable when stored at room temperatures where reduced level of clavulanic acid was higher than amoxicillin.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T44999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia Prasasti Dewi
Abstrak :
Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik β-laktam yang mendominasi pasar antibiotik global, dimana proses produksinya secara enzimatis dilakukan oleh Penisilin-G Asilase (PGA). Pada produksi amoksisilin secara enzimatis dalam skala industri dibutuhkan enzim PGA dengan jumlah yang cukup besar. Proses tersebut membutuhkan enzim PGA dalam bentuk teramobil. Penggunaan PGA teramobil sendiri memiliki kelebihan dapat digunakan berkali-kali sehingga memberikan keuntungan tambahan secara teknologi dan ekonomis dalam proses sintesis amoksisilin. Imobilisasi ini dilakukan pada enzim PGA dari isolat Bacillus thuringiensis BD1 koleksi Lab Biokatalis-PRMT-ORHL-BRIN. PGA diimobilisasi  menggunakan bahan Na-Alginat sebagai matriks imobilisasi dengan menggunakan teknik penjebakan, dengan variasi konsentrasi Na-Alginat pada 1%, 1.25%, dan 1.5%. Pengujian stabilitas pH pada range pH 6-9, uji stabilitas termal pada range 30-60 0C, dilakukan pula uji penggunaan ulang, uji morfologi, dan juga uji sintesis amoksisilin. Aktivitas sebelum proses imobilisasi terukur sebesar 46.59 U/mg. Konsentrasi Na-alginat optimum pada imobilisasi PGA BD1 adalah sebesar 1.5% dengan aktivitas  terukur 41.01 U/mg.  PGA BD1 terimobilisasi dapat mempertahankan sekitar  ±20% dari jumlah aktivitas awal setelah dilakukan 4 kali pemakaian. Imobilisasi PGA optimum pada kondisi pH 7 dan suhu 40 0C. PGA BD1 terimobilisasi menghasilkan kadar amoksisilin lebih tinggi pada proses sintesa amoksisilin secara enzimatis jika dibandingkan dengan bentuk bebasnya ......Amoxicillin is one of the β-lactam antibiotics that dominates the global antibiotic market, where the enzymatic production process is carried out by Penicillin-G Acylase (PGA). Enzymatic production of amoxicillin on industrial scale requires a large amount of the PGA enzyme. This process requires the PGA enzyme in immobilized form. The use of immobilized PGA has the advantage that it can be used many times, thus providing additional technological and economic advantages in the amoxicillin synthesis process. This immobilization was carried out on PGA enzymes from Bacillus thuringiensis BD1 isolates from the collection of the Biocatalyst Lab-PRMT-ORHL-BRIN. PGA was immobilized using Na-Alginate as the immobilization matrix using entrapment techniques, with variations in Na-Alginate concentrations at 1%, 1.25%, and 1.5%. pH stability testing in the pH range 6-9, thermal stability tests in the range 30-60 oC, reusability tests, morphology tests, and amoxicillin synthesis tests were also carried out. Activity before the immobilization process was measured at 46.59 U/mg. The optimum Na-alginate concentration in PGA BD1 immobilization was 1.5% with a measured activity of 41.01 U/mg. Immobilized PGA BD1 can maintain about ±20% of its initial activity after 4 uses. Optimum PGA immobilization at pH 7 and temperature 40 0C. Immobilized PGA BD1 produced higher levels of amoxicillin in the enzymatic amoxicillin synthesis process when compared with the free enzyme.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Nurcahyo
Abstrak :
Amoksisilin trihidrat digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri H. pylori penyebab utama penyakit radang lapisan lambung. Amoksisilin memiliki waktu tinggal yang pendek di lambung yaitu 1,7 jam. Sistem FDDS Floating Drug Delivery System adalah sistem pengantaran obat mengapung yang memungkinkan obat dapat bertahan lama di dalam lambung. Pada penelitian ini, amoksisilin trihidrat akan dienkapsulasi dalam hidrogel Semi-IPN berbasis pada kitosan dan metil selulosa untuk diaplikasikan sebagai FDDS dengan metode in-situ loading. Komposisi hidrogel semi-IPN terdiri dari kitosan : metil selulosa (60:40 b/b) dan glutaraldehida 0,1 M (2 % b/b terhadap kitosan) sebagai agen pengikat silang yang kemudian ditambahkan agen pembentuk pori NaHCO3 / CaCO3 yang divariasikan 5%; 10%; 15%; dan 20% terhadap total masa reagen. Parameter yang diuji dalam penelitian ini yaitu persen porositas, kemampuan mengapung, efisiensi penjeratan obat, dan disolusi obat. Karakterisasi terhadap sifat hidrogel dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Spektrofotometri UV-Vis, dan Mikroskop Stereo Optik. Persen porositas pada hidrogel mengapung NaHCO3 dan CaCO3 dengan variasi 5%; 10%; 15%; 20% sebesar 17%; 28%; 36%; 43% dan 10%; 23%; 31%; 38% dengan kemampuan mengapung > 3 jam. Pengujian disolusi dilakukan secara in-vitro dalam larutan simulasi asam lambung pH 1,2. Kemampuan disolusi dan efisiensi penjeratan obat hidrogel Semi-IPN mengapung yang optimum didapat dengan komposisi 15% agen pembentuk pori NaHCO3 / CaCO3 yaitu 85% dan 80% untuk disolusi sedangkan 70% dan 74% untuk efisiensi penjeratan obat.
Amoxicillin trihydrate is used for the treatment of bacterial infection H. pylori which is the main cause of inflammatory diseases of the stomach mucose membrane (gastritis). Amoxicillin has a short residence time in the stomach is 1.7 hours. FDDS Floating Drug Delivery System is a floating drug delivery system that allows the drug can last a long time in the stomach. In this study, amoxycillin trihydrate will be encapsulated in a semi-IPN hydrogels based on chitosan and methyl cellulose to be applied as FDDS with in-situ loading method. The composition of the semi-IPN hydrogels composed of chitosan : methyl cellulose (60:40 w/w) and 0,1 M glutaraldehyde (2% w/w to chitosan) as a crosslinking agent and then added pore-forming agent NaHCO3 / CaCO3 varied 5%; 10%; 15%; and 20% of the total mass of the reagent. The parameters tested in this study are percentage of porosity, floating ability, drug entrapment efficiency, and drug dissolution. Characterization of the properties of the hydrogels made using Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), UV-Vis spectrophotometry, and Stereo Optical Microscope. Percent porosity the hydrogels floats NaHCO3 and CaCO3 with a variation of 5%; 10%; 15%; 20% are 17%; 28%; 36%; 43% and 10%; 23%; 31%; 38% with floating ability >3 hour. Dissolution testing conducted in-vitro in a solution simulating stomach acid pH 1.2. Dissolution capability and efficiency of drug entrapment Semi-IPN hydrogel floats optimum composition of 15% obtained by the pore-forming agent NaHCO3 / CaCO3 is 85% and 80% for dissolution while 70% and 74% for the efficiency of drug entrapment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Ramadhan
Abstrak :
Floating Drugs Delivery System (FDDS) adalah sistem pengantaran obat yang memungkinkan obat bertahan lama pada cairan lambung dengan pH Asam dengan waktu yang lama.Floating Hidrogel Superabsorben (HSA) semi interpenetrating polymer network (semi-IPN) berbasis Kitosan dan poli(N-vinil-2-pirolidon) (PVP) atau kitosan-PVP di buat dengan rasio kitosan/PVP 70 : 30 b/b% dan Konsentrasi Agen pengikat silang Asetaldehid 2% yang kemudian di tambahkan yaitu NaHCO3 dan CaCO3 yang di variasikan konsentrasinya 5%;10%; 15%; 20%; 20%; b/b% terhadap material Kitosan-PVP dan agen pengikat silang. Amoxicillin Tryhidrate di gunakan sebagai model obat yang akan di loading di uji Efisiensi penyerapan dengan menggunakan metode in situ loading, Floating time Hidrogel & lag timehidrogel mengapung. Uji porositas dan pelepasan secara In vitro pada Larutan simulasi lambung pH 1.2. Spektrofotometer(FTIR), dan analisis morfologi Mikroskop Stereo. Efisiensi penyerapan obat pada hidrogel mengapung NaHCO3 dan CaCO3 variasi konsentrasi 5%; 10%; 15%; 20%; masing-masing sebesar 77%; 54%; 45%; 43%. Dan 93,09%; 82,60%; 68,36%; 60,71%. Hidrogel mengapung NaHCO3 memiliki % pelepasan yang lebih cepat di bandingkan CaCO3 dengan % pelepasan pada konsentrasi rendah ke tinggi 80;89;92;96 % dan 67;83;86;94 % pada larutan pH 1,2
Floating Drug Delivery System (FDDS) is a drug delivery system which allows the drug to survive prolonged time in Acid within long time.Floating Acid Hydrogels Super Absorbent (HSA) semi-interpenetrating polymer network (semi-IPN) based chitosan and poly (N- vinyl-2-pyrrolidone) (PVP) or chitosan-PVP prepared with a ratio of chitosan / PVP 70: 30 w / w% and the concentration of Crosslinking Agent Acetaldehyde 2% ,then added the Pore Forming Agent NaHCO3 / CaCO3 which in varying 5%; 10%; 15%; 20% w / w% against all Material. Amoxicillin Tryhidrate used as a model drug which will be tested in the loading the Entrapment efficiency test using in situ loading method, Floating time and lag time and in vitro release at gastric acid simulated solution pH 1.2. Spectrophotometer FTIR, and analysis of morphology (Stereo Microscope) are used to characterize the Floating hydrogels which have been synthesized. Drug Entrapment Efficiency of floating hydrogels NaHCO3 dan CaCO3 with variation of concentration 5%; 10%; 15%; 20%; each77%; 54%; 45%; 43%. and 93,09%; 82,60%; 68,36%; 60,71%.Floating Hydrogels NaHCO3has bigger %releasethan CaCO3with %releasefrom 5% to 20% : 80;89;92;96 % and 67;83;86;94 % in pH 1,2 solution.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Fimantari
Abstrak :
Infeksi Helicobacter pylori dapat diobati dengan amoksisilin trihidrat.Namun pengobatan ini tidak cukup efektif, hal ini dikarenakan pengobatan dengan sediaan konvensional yang digunakan memiliki waktu retensi yang cukup singkat di dalam lambung. Pada penelitian kali ini, obat amoksisilin trihidrat akan dienkapsulasi ke dalam matriks hidrogel semi-IPN K-PNVPdengan KHCO3 7,5 sebagai agen pembentuk pori.Obat yang sudah terenkapsulasi diuji efisiensi enkapsulasi dan disolusi secara in vitro. Hidrogel in situ loading menghasilkan nilai efisiensi enkapsulasi sebesar 95,8 dan disolusi 98,7 . Sedangkan hidrogel post loading menghasilkan nilai efisiensi enkapsulasi sebesar 77,3 dan disolusi 84,3 . Studi mekanisme disolusi obat dilakukan dengan model persamaan matematika agar diketahui kinetika dan mekanisme disolusinya. Untuk hidrogel post loading mengikuti model Higuchi, sedangkan hidrogel in situ loading mengikuti model orde satu. Model Korsmeyer-Peppas menunjukkan mekanisme disolusi hidrogel post loading adalah gabungan difusi dan erosi, hidrogel in situ loading berupa difusi. Hal tersebut didukung oleh hasil karakterisasi hidrogel sebelum dan sesudah uji disolusi dengan mikroskop optik dan SEM. Hasil mikroskop optik menunjukkan bahwa permukaan hidrogel sebelum dan sesudah uji disolusi pada kedua metode terlihat perubahan menjadi lebih kasar. Pori yang terbentuk sebagai hasil SEM mendukung model kinetika dan mekanisme pelepasan obat pada hidrogel post loading dan in situ loading.
Helicobacter pylori infection can be treated using trihydrate amoxicillin. However, this treatment is not effective enough, as the conventional dosage treatment has a relatively short retention time in the human stomach. In the present study, the amoxicillin trihydrate drug will be encapsulated into a semi IPN K PNVP hydrogel matrix with 7,5 KHCO3 as a pore forming agent. The encapsulated drug is tested with in vitro method to see the efficiency of its encapsulation and dissolution. The hydrogel in situ loading produces an encapsulation efficiency value. The values of the encapsulation efficiency is 95,8 and 98,7 , while post loading hydrogel yields an encapsulation efficiency value is 77,3 and the dissolution is 84,3 . The study of drug dissolution mechanism was done by using mathematical equation model to know its kinetics and its mechanism of dissolution. The post loading hydrogel was done by using Higuchi model, while hydrogel in situ loading used first order model. The Korsmeyer Peppas model shows that post loading hydrogel dissolution mechanism is a mixture of diffusion, erosion, and in situ loading hydrogel in the form of diffusion. It is supported by the results of hydrogel characterization, before and after dissolution test with optical microscope and SEM. The results of the optical microscope show that the hydrogel surface before and after the dissolution test in both methods shows the change becomes rougher. The formed pores as the results of SEM support kinetics mechanism and dissolution mechanism of hydrogel post loading and in situ loading.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanah Nurjannah
Abstrak :
Bakteri helicobacter pylori H. Pylori merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit radang lapisan pada lambung. Pengobatan terhadap infeksi bakteri tersebut dengan sediaan obat amoksisilin trihidrat yang sekarang ini memiliki waktu retensi yang sangat pendek di lambung yaitu sekitar 1-1,5 jam. Sistem penghantaran obat mengapung diharapkan memiliki waktu retensi yang lama di dalam lambung sehingga efisiensi obat dapat tercapai. Pada penelitian ini, telah disintesis matriks hidrogel kitosan- poli N-vinil pirrolidon secara semi-IPN dengan agen pembentuk pori CaCO3 sebesar 7,5. Amoksisilin dienkapsulaksi dalam matriks hidrogel untuk diaplikasikan sebagai sistem penghantaran obat mengapung dengan metode in situ loading dan post loading. Efisiensi enkapsulasi dan disolusi pada hidrogel in situ loading dan post loading dilakukan secara in vitro pada pH lambung. Hidrogel in situ loading menunjukan persen efisiensi enkapsulasi dan persen disolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan hidrogel post loading. Persen efisiensi in situ dan post loading berturut-turut adalah 92,1 dan 89,4 sedangkan persen disolusinya berturut-turut adalah 97 dan 73,2. Studi mekanisme disolusi obat dilakukan dengan model persamaan matematika agar diketahui kinetika dan mekanisme disolusinya Kinetika pelepasan hidrogel in situ cenderung mengikuti kinetika orde satu, sedangkan hidrogel post loading mengikuti orde higuchi. Mekanisme disolusi yang terjadi pada kedua hidrogel adalah erosi.
Helicobacter pylori H. pylori is a type of bacteria that causes inflammation in the lining of the stomach. The Treatment of the bacterial infection by using conventional medicine which is amoxicillintrihidrate has a very short retention time in the stomach which is about 1 1,5 hours. Floating drug delivery system is expected to have a long retention time in the stomach so the efficiency of the drug can be achieved. In this study, has been synthesized matrix of semi IPN Chitosan Poly N Vinyl Pyrrolidone hidrogel with a pore forming agent of CaCO3 under optimum conditions. Amoxicillin is encapsulated in a matrix hydrogel to be applied as a floating drug delivery system by in situ loading and post loading methods. The efficiency of encapsulation and dissolution of hydrogels in situ loading and post loading are performed in vitro on gastric pH. In situ loading hydrogel shows higher percentage of encapsulation efficiency and dissolution compared to post loading loading hydrogel. The efficiency level of in situ and post loading were 92.1212 and 89,4321, respectively. while the percentage of dissolution were 99.68 and 62.6335 respectively. The aim of drug dissolution by mathematical equation model is to know kinetics and the mechanism of dissolution The kinetics of release of in situ hydrogel tends to follow first order kinetics, while the post loading hydrogel follows the higuchi order. The dissolution mechanism in both hydrogels is erosion.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafirah Hidayatul Maftuhah
Abstrak :

Pengolahan air bersih menghasilkan lumpur yang membutuhkan lahan besar dalam pengolahannya. Antibiotik amoksisilin dan pewarna brilliant green merupakan polutan bio-refractory-organic yang tidak cukup efektif disisihkan dengan pengolahan air limbah konvensional. Maka, diperlukan alternatif lain untuk mengolah polutan tersebut dengan efisiensi tinggi. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas lumpur alum dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Citayam sebagai adsorben senyawa amoksisilin dan brilliant green dibandingkan dengan menggunakan karbon aktif komersial. Adsorben berbahan dasar lumpur alum tersebut terdiri dari tiga jenis, yaitu lumpur alum non-aktivasi (AS), komposit lumpur alum dan TiO2 (TiO2@AS), serta komposit lumpur alum dan ZnCl2 (ZnCl2@AS) sedangkan karbon aktif komersial yang digunakan berupa Powdered Activated Carbon (PAC). Beberapa variabel adsorpsi seperti dosis adsorben, konsentrasi polutan dan pH dilakukan dalam sistem batch. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan polutan meningkat seiring peningkatan dosis adsorben, dan menurun seiring peningkatan konsentrasi polutan. Sedangkan efek pH pada penyisihan polutan dapat bervariasi tergantung pada pHPZC adsorben dan pKa polutan. Efisiensi penyisihan untuk kedua polutan lebih efektif dengan menggunakan PAC. Akan tetapi, AS juga merupakan adsorben yang efektif untuk menyisihkan brilliant green. Sedangkan amoksisilin tidak efektif disisihkan baik dengan AS, TiO2@AS maupun ZnCl2@AS. Model isoterm Langmuir sesuai untuk adsorpsi brilliant green menggunakan AS (qm 33,33 mg/g), TiO2@AS (qm 21,37 mg/g) dan PAC (qm 256,41 mg/g). Sedangkan model isoterm Freundlich lebih sesuai untuk adsorpsi amoksisilin menggunakan PAC (KF 73,68 (mg/g) (L/mg)1/n)). Model kinetika menunjukkan bahwa adsorpsi brilliant green menggunakan AS, TiO2@AS dan PAC paling sesuai dengan model pseudo second order yang menunjukkan bahwa adsorpsi berlangsung secara kimia.

 


Drinking water treatment plants produce sludge that require large space for its treatment. An antibiotic compound amoxicillin and brilliant green dye are bio-refractory-organic pollutant which are not effectively removed by conventional sewage treatment plant. Therefore, it is needed to find another alternative for treating those pollutants with high efficiency. This study is aimed to evaluate the effectiveness of alum sludge from Citayam Water Treatment Plant (WTP) as adsorbent for amoxicillin and brilliant green, compare to commercial activated carbon. Alum-sludge based adsorbent consists of three types, alum sludge without activation (AS), composite of alum sludge with TiO2 (TiO2@AS) and composite of alum sludge with ZnCl2 (ZnCl2@AS), while commercial activated carbon used is Powdered Activated Carbon (PAC). Some adsorption variables such as adsorbent dosage, pollutant concentration and pH were conducted in batch system. Experiment results showed that removal efficiency of pollutant increases with increasing adsorbent dosage, and decreases with increasing pollutant concentration. Effect of pH on pollutant removal depends on pHPZC of adsorbent and pKa of pollutant. Removal efficiency for both pollutant are higher for PAC. However, AS is also an effective adsorbent for removing brilliant green. Meanwhile, amoxicillin is not effectively removed by AS, TiO2@AS or ZnCl2@AS. Langmuir isotherm model fitted well for Brilliant green adsorption using AS, (qm 33,33 mg/g), TiO2@AS (qm 21,37 mg/g) dan PAC (qm 256,41 mg/g). Meanwhile Freundlich isotherm model fitted well for amoxicillin adsorption using PAC (KF 73,68 (mg/g) (L/mg)1/n)). The kinetics data showed that brilliant green adsorption using AS, TiO2@AS and PAC followed pseudo second order model indicating chemisorption process.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>