Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Ammonium Perkhlorat (AP) merupakan bahan oksidator propelan untuk bahan bakar roket padat. Saat ini Ammonium Perkhlorat yang dipakai LAPAN masih diimpor dari negara lain. Dengan adanya embargo bahan strategis dari negara lain, pasokan Ammonium Perkhlorat menjadi terhambat. sehingga AP yang dibutuhkan bergantung pada tersedianya bahan di pasar. Hal ini sangat mempengaruhi unjuk kerja propelan yang dihasilkan, karena spesifikasi bahan selalu berubah-ubah. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan upaya pembuatan Ammonium Perkhlorat, sehingga diharapkan ketersediaan dan spesifikasi bahan terjamin."
621 DIRGA 8 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Melya Dyanasari
"Saat ini banyak dikembangkan dengan teknologi pencangkokan material non polar Poletilene (PE) dengan material polar seperti poliamid (PA), maleic anhydride (MA) untuk mendapatkan pelembut yang mempunyai karakteristik yang stabil. Pada pencangkokan PA pada PE masih terbentuk gumpal gumpalan dan butir-butiran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pencangkokan MA dalam bentuk MA 25% solution pada PE 25% solution dengan menggunakan katalis ammonium persulfate (APS) dan penetral amino-metil-propanol (AMP) dalam kemurnian 95%, sehingga menghasilkan pelembut yang stabil tanpa terjadi penggumpalan dan butiran. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi perubahan ikatan karbon dengan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dengan instrumen FTIR terlihat adanya perubahan ikatan PE dari C-O menjadi C-N yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??1090 cm-1 pada MA 7% dan 9%, serta terbentuknya ikatan baru pada PE setelah dicangkok dengan MA yaitu N-H yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??2000 cm-1. Selain analisis perubahan ikatan PE-g-MA, juga dilakukan pengukuran derajat keasaman, ukuran partikel, kekentalan larutan, kadar padat, dan kelembutan bahan. Dari karakterisasi tersebut terlihat PE-g-MA 9% pada suhu 95??C adalah PE-g-MA yang paling stabil. Hal ini ditandai dengan terbentuknya perubahan ikatan dari ikatan C-O menjadi ikatan C-N, C=O, C O dan ikatan baru yaitu N-H serta tidak terjadinya penggumpalan dan pemisahan larutan pada saat pendinginan.

Recent development in the technology of fabric softener involves grafting of non polar poyethylene ( PE) with polar substances like polyamide ( PA) and maleic anhydride (MA). One of the problems associated with this grafting process is the formation of lumps and granules. To overcome this problem, ammonium persulphate ( APS) as catalyst together with amino- metil- propanol (AMP) having 95% purity as neutralizing agent will be used in grafting 25% MA solution with 25% PE solution. Characterization of the synthesized product includes chemical, bonds identification using Fourier Transform Infra-Red ( FTIR) spectroscopy, viscosity, solid content and softness. The information obtained from FTIR spectroscopy shows that C-O bonds have been replaced by C-N, C=O, C O bonds and that previously absent N-H bonds are formed. As a whole , this study also shows that PE-g-MA 9% synthesized at 950C is the most stable solution without the formation of lumps nor separation upon cooling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25129
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suganta Handaru S.
"Deposit laterite adalah salah satu jenis bijih nikel yang memiliki cadangan mineral nikel terbanyak dan berlimpah di alam. Bijih limonite merupakan salah satu mineral dalam tiga daerah pada deposit laterite dapat menjadi sumber mineral nikel masa depan yang menarik untuk diproduksi menjadi logam nikel, walaupun kadar nikel didalamnya relatif rendah.
Pada penelitian ini dilakukan beberapa eksperimen meliputi karakterisasi awal bijih limonite, reduksi roasting dan agitasi leaching menggunakan amonium bikarbonat. Karakterisasi bijih limonite dilakukan menggunakan X-ray Diffraction (XRD) dan X-Ray Flourescence (XRF). Limonite direduksi menggunakan reduktor briket 20% wt pada temperatur 750°C selama 90 menit, hasilnya kemudian diuji menggunakan XRD. Dan yang terakhir proses agitasi leaching pada bijih limonite yang direduksi dan bijih yang tidak direduksi dengan menggunakan larutan amonium bikarbonat pada variasi konsentrasi yaitu 2 M, 1 M, 0.5 M, 0.2 M, 0.1 M, jumlah nikel yang larut kedalam larutan dianalisis menggunakan Atomic Absorbance Spectroscopy (AAS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui transformasi fasa yang terjadi pada bijih limonite akibat reduksi roasting, recovery nikel pada bijih limonite oleh leaching amonium bikarbonat, dan pengaruh reduksi roasting dan variasi konsentrasi pelarut terhadap recovery nikel.
Hasil dari penelitian ini yaitu terjadi transormasi fasa dari geothite menjadi magnetite (Fe3O4) dan FeNi akibat reduksi roasting. Pada proses leaching amonium bikarbonat dengan konsentrasi 1 M recovery nikel yang diperoleh adalah sebesar 1.55 %, sehingga untuk mendapatkan nikel melalui proses ini tidak efektif. Recovery nikel yang didapat pada bijih nikel yang direduksi lebih tinggi 2.7 kali daripada bijih nikel yang tidak direduksi, dan diketahui juga bahwa dengan semakin tinggi konsentrasi pelarut maka recovery nikel akan semakin tinggi dan mencapai nilai optimal pada konsentrasi 1 M.

Laterite deposit is a kind of nickel ores that has the greatest of nickel reserves in the world. Limonite ores, which constitutes one of three zones of type lateritic deposits, is attractive future sources of nickel ores for the production of refined nickel, even though their nickel grades are low.
At this research, several experiments were conducted including characterization of limonite ore, reduction roasting and agitation leaching by ammonium bicarbonate. Characterization of limonite ore was done using X-ray Diffraction (XRD) and X-Ray Florescences (XRF). Limonite was reduced utilize 20 % wt briquette as a reductant at temperature up to 750oC for 90 minutes, and then the result is tested using XRD. And the last experiment is agitation leaching process of reduced limonite ore and unreduced ore utilize ammonium bicarbonate solution at various concentration which is 2 M, 1 M, 0.5 M, 0.2 M, 0.1 M, the number of nickel dissolution is measured using Atomic Absorbance Spectroscopy (AAS). This research is conducted to observe about the phase transformation of limonite ore as a result of reduction roasting, recovery nickel from limonite ore by ammonium bicarbonate leaching, and then the effects of reduction roasting and the effect of concentration of ammonium bicarbonate on the nickel recovery under atmospheric condition and room temperature.
The results of this research show the phase transformation from goethite transformed to magnetite (Fe3O4) and Fe-Ni as a result of reduction roasting. Nickel recovery by leaching using 1 M ammonium bicarbonate is 1.55 % wt, so the nickel extraction using this process is not effective. Nickel recovery obtained from reduced nickel ore is 2.7 times greater than nickel recovery from unreduced ore. Nickel recovery will increase if the concentration of ammonium bicarbonate increases, and achieve optimal value at 1 M."
2008
S41693
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Johny Wijaya
"Zeolit merupakan zat yang memiliki sifat sejenis dengan LiCl dan silica gel dalam hal kemampuannya menyerap kandungan uap air dari udara yang hendak dikondisikan. Sudah sejak lama zeolit digunakan iintuk proses katalisis reaksireaksi kimia dalam dunia industri, namun sedikit diantara para ilmuwan yang mengembangkan zeolit untuk keperluan pengeringan (dehumidifikasi). Mengingat zeolit mudah didapat dan mempunyai harga yang relatif terjangkau, maka zeolit memungkinkan untuk bisa dijadikan satu alternatif pengganti LiCl dan silica gel, khususnya untuk aplikasi dehumidifikasi dalam dunia industri.
Penelitian ini dititikberatkan pada pencarian pengaruh modifikasi zeolit alam lampung dengan aktivasi melalui dealuminasi HF 3% dan NH4CI serta kalsinasi sebesar 120°C terhadap kiin-a karakteristik-e'c/z//7/7^/72//?? iiwisiure con(enl-nydi pada temperatur ruangan (25°C) dengan laju aliran fluida 1,2 m/s berbagai variasi kelembaban relatif, dibandingkan dengan zeolit alam lampung referensi (Indratama, 2001) dengan kalsinasi hingga 180°C tanpa proses dealuminasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan zeolit referensi, zeolit dengan penambahan HF 3% tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kemampuan zeolit dalam hal penyerapan kandungan uap air udara, hal mi terlihat dari lebih rendahnya kandungan uap air kesetimbangan dari zeolit ini dengan perbedaan yang teijadi hingga 0,0124 g uap air/g zeolit kering pada RH 56,8925 %. Selain itu, kecepatan penyerapan dari zeolit dengan penambahan NH4CI lebih rendah daripada zeolit referensi, untuk tiap kelembaban relatif yang sama dengan selisih hingga 4,75 jam pada RH 47,54 %. Ini berarti bahwa kalsinasi zeolit dengan temperatur yang lebih tinggi (180''C) pada saat preparasinya akan menaikkan kapasitas adsorbsi zeolit yang lebih baik diandin^kan dengan dealuminasi yang disertai kalsinasi dengan temperatur 120''C. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharetta Cipta Umbara
"Saat ini banyak dikembangkan dengan teknologi pencangkokan material non polar Poletilene (PE) dengan material polar seperti poliamid (PA), maleic anhydride (MA) untuk mendapatkan pelembut yang mempunyai karakteristik yang stabil. Pada pencangkokan PA pada PE masih terbentuk gumpal gumpalan dan butir-butiran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pencangkokan MA dalam bentuk MA 25% solution pada PE 25% solution dengan menggunakan katalis ammonium persulfate (APS) dan penetral amino-metil-propanol (AMP) dalam kemurnian 95%, sehingga menghasilkan pelembut yang stabil tanpa terjadi penggumpalan dan butiran. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi perubahan ikatan karbon dengan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dengan instrumen FTIR terlihat adanya perubahan ikatan PE dari C-O menjadi C-N yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang 1090 cm-1 pada MA 7% dan 9%, serta terbentuknya ikatan baru pada PE setelah dicangkok dengan MA yaitu N-H yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang 2000 cm-1. Selain analisis perubahan ikatan PE-g-MA, juga dilakukan pengukuran derajat keasaman, ukuran partikel, kekentalan larutan, kadar padat, dan kelembutan bahan. Dari karakterisasi tersebut terlihat PE-g-MA 9% pada suhu 95_C adalah PE-g-MA yang paling stabil. Hal ini ditandai dengan terbentuknya perubahan ikatan dari ikatan C-O menjadi ikatan C-N, C=O, C O dan ikatan baru yaitu N-H serta tidak terjadinya penggumpalan dan pemisahan larutan pada saat pendinginan.

Recent development in the technology of fabric softener involves grafting of non polar poyethylene ( PE) with polar substances like polyamide ( PA) and maleic anhydride (MA). One of the problems associated with this grafting process is the formation of lumps and granules. To overcome this problem, ammonium persulphate ( APS) as catalyst together with amino- metil- propanol (AMP) having 95% purity as neutralizing agent will be used in grafting 25% MA solution with 25% PE solution. Characterization of the synthesized product includes chemical, bonds identification using Fourier Transform Infra-Red ( FTIR) spectroscopy, viscosity, solid content and softness. The information obtained from FTIR spectroscopy shows that C-O bonds have been replaced by C-N, C=O, C O bonds and that previously absent N-H bonds are formed. As a whole , this study also shows that PE-g-MA 9% synthesized at 95_C is the most stable solution without the formation of lumps nor separation upon cooling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52312
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Melya Dyanasari
"Saat ini banyak dikembangkan dengan teknologi pencangkokan material non polar Poletilene (PE) dengan material polar seperti poliamid (PA), maleic anhydride (MA) untuk mendapatkan pelembut yang mempunyai karakteristik yang stabil. Pada pencangkokan PA pada PE masih terbentuk gumpal gumpalan dan butir-butiran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pencangkokan MA dalam bentuk MA 25% solution pada PE 25% solution dengan menggunakan katalis ammonium persulfate (APS) dan penetral amino-metil-propanol (AMP) dalam kemurnian 95%, sehingga menghasilkan pelembut yang stabil tanpa terjadi penggumpalan dan butiran. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi perubahan ikatan karbon dengan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dengan instrumen FTIR terlihat adanya perubahan ikatan PE dari C-O menjadi C-N yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??1090 cm-1 pada MA 7% dan 9%, serta terbentuknya ikatan baru pada PE setelah dicangkok dengan MA yaitu N-H yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??2000 cm-1. Selain analisis perubahan ikatan PE-g-MA, juga dilakukan pengukuran derajat keasaman, ukuran partikel, kekentalan larutan, kadar padat, dan kelembutan bahan. Dari karakterisasi tersebut terlihat PE-g-MA 9% pada suhu 95??C adalah PE-g-MA yang paling stabil. Hal ini ditandai dengan terbentuknya perubahan ikatan dari ikatan C-O menjadi ikatan C-N, C=O, C O dan ikatan baru yaitu N-H serta tidak terjadinya penggumpalan dan pemisahan larutan pada saat pendinginan.

Recent development in the technology of fabric softener involves grafting of non polar poyethylene ( PE) with polar substances like polyamide ( PA) and maleic anhydride (MA). One of the problems associated with this grafting process is the formation of lumps and granules. To overcome this problem, ammonium persulphate ( APS) as catalyst together with amino- metil- propanol (AMP) having 95% purity as neutralizing agent will be used in grafting 25% MA solution with 25% PE solution. Characterization of the synthesized product includes chemical, bonds identification using Fourier Transform Infra-Red ( FTIR) spectroscopy, viscosity, solid content and softness. The information obtained from FTIR spectroscopy shows that C-O bonds have been replaced by C-N, C=O, C O bonds and that previously absent N-H bonds are formed. As a whole , this study also shows that PE-g-MA 9% synthesized at 950C is the most stable solution without the formation of lumps nor separation upon cooling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faridah Tulhotimah
"ABSTRAK
Sampah plastik menjadi masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan, terutama di kota-kota besar yang padat penduduk. Kota Jakarta misalnya, produksi sampah plastic telah mencapai 1.870 m3/hari dan merupakan kandungan kedua terbesar setelah sampah kertas. Sedangkan plastik sulit didgradasi oleh mikroorganisme di dalam tanah.
Beberapa cara telah dilakukan untuk menangani limbah plastik, namun masih banyak menemui masalah. Akhirnya para ahli membuat plastik atau polimer yang dapat terdegradasi, dimana salah satunya adalah dengan memodifikasi pati. Penelitian ini bertujuan membuat kopolimensasi cangkok suatu polimer sintetik (metil akrilat) dengan polimer alam (pati singkong). Hasil kopolimerisasi tersebut diharapkan dapat menggantikan plastik petrokimia yang ramah Iingkungan..
Pembuatan kopolimerisasi cangkok dilakukan dengan cara inisiasi secara kirnia menggunakan inisiator ceric ammonium nitrat, dimana ion Cc akan mengoksidasi molekul pati melalui pembentukan kompleks yang stabil. Pada reaksi tahap lambat, kompleks tersebut akan membentuk radikal bebas pati. Radikal bebas molekul pati akan bereaksi dengan monomer metil akrilat membentuk kopolimer cangkok. .
Proses pembuatannya dilakukan dengan menggunakan dua metoda yang berbeda, yaitu pada penambahan inisiator. Untuk metoda A, inisiator ditambahkan sesudah monomer MA direaksikan dengan suspensi pati, sedangkan metoda B sebaliknya. Reaksi kopolimerisasi dengan metoda A berjalan sangat cepat, maka penambahan inisiator dilakukan secara bertahap. Untuk metoda B reaksinya lebih lambat dan menggunakan inisiator berlebih. Hasil kopolimerisasi dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif dengan mengidentifikasi menggunakan spektrofoto meter FT-1R serta pengujian sifat termal menggunakan DSC (Differential Sanning Calorimeter).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kopolimerisasi cangkok dengan metoda B menghasilkan persentase konversi metil krilat (MA) menjadi polimetil akrilat (PMA) lebih besar dari metoda A, yaitu di atas 70%, sedangkan untuk metoda A dibawahnya Begitu pula dengan persentase PMA yang tercangkok pada rantai molekul pati. Untuk homopolimer PMA yang tidak tercangkok, kedua memberikan perbedaan yang tidak berarti, yaitu sekitar 11% - 12%.
Pengukuran dengan Spektrofotometer FT-liR, kopolimer cangkok MA dan pati dan kedua metoda membenikan daerah serapan yang tidak berbeda. Daerah serapan yang muncul pada spektrum kopolimer menunjukkan perbedaan dengan daerah serapan spektrum pati awal clan PMA. Pengujian sifat termal menggunakan DSC, menunjukkan bahwa termogram dani hasil pengukuran tidak memberikan puncak. Hasil kopolimer baik dan metoda A maupun metoda B Iebih bersifat amorphous."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmy Hammam Baihaqi
"Produksi lapisan tipis TiO2 Nanotubes (TNTs) secara luas sebagai salah satu modifikasi morfologi semikonduktor TiO2 telah banyak dilakukan untuk meningkatkan performa aktivitas katalitik yang dimilikinya. Produksi TNTs menggunakan elektrolit berbasis organik yang memiliki nilai viskositas tertentu, seperti etilen glikol terbukti mampu menghasilkan morfologi TNTs highly ordered, namun penggunaannya kurang menguntungkan karena tidak ekonomis serta kurang ramah lingkungan. Pemanfaatan elektrolit berbasis air dengan penambahan zat aditif sodium carboxymethyl cellulose (Na-CMC) dapat menjadi alternatif, yang diketahui mampu meningkatkan nilai viskositas elektrolit. Pengamatan dilakukan terhadap parameter selama proses anodisasi seperti konsentrasi amonium fluorida terhadap bentuk morfologi TNTs yang dihasilkan Selain itu, kinetika pembentukan TNTs secara anodisasi menggunakan elektrolit amonium fluorida juga dimodelkan dan disimulasikan dengan metode komputasi, untuk dapat menunjang hasil eksperimen. Model matematika dibuat dari kemungkinan reaksi kimia yang terjadi, dengan prinsip kinetika reaksi kimia, dan diolah dengan metode komputasi. Proses simulasi dilakukan menggunakan software MATLAB dan solver persamaan diferensial biasa (ODE) terhadap 14 spesi dan persamaan reaksinya dengan mengontrol potensial dan konsentrasi amonium fluorida dalam media elektrolit berbasis etilen glikol. Kurva densitas arus terhadap waktu dibandingkan dengan hasil penelitian pada kondisi yang sama. Berdasarkan hasil analisis dari profil kurva densitas arus dan karakterisasi menggunakan instrumentasi SEM, diperoleh hubungan yang linier antara meningkatnya konsentrasi amonium fluorida terhadap nilai densitas arus serta panjang dan diameter tabung. Hasil simulasi menunjukkan bahwa spesi air yang mengalami reaki reduksi-oksidasi (redoks) memiliki korelasi yang cukup kuat dengan profil kurva densitas arus hasil eksperimen dari tujuh sampel yang digunakan. Perhitungan nilai root mean square error (RMSE) atau ketidakakuratan dari kedua data dilakukan untuk menguji kinerja dari model yang dibuat dengan hasil yang diperoleh memiliki keakuratan yang cukup tinggi.
A thin film of TiO2 nanotube (TNTs), as one of morphological modification of TiO2 semiconductor has been producted to improve the performance of its photocatalytic activity. The productions of TNTs using organic-based electrolytes which have a certain viscosity values, such as ethylene glycol, are proven to produce morphologies of highly ordered TNTs but its disadvantageous, because it is costly and enviromentally unfavorable. Application of waterbased electrolytes with the addition of sodium carboxymethyl cellulose (Na-CMC) additives, that is known to be able to increase electrolyte viscosity. Observations were conducted on the anodization parameters during process such as concentration of ammonium fluoride on the morphological form of TNTs. Furthemore, mathematics model of the chemical kinetic along the anodization processes were assessed and applied in a computational method to simulate and support the experimental results. The mathematical model, that was used for computational method, was based on chemical reactions and its kinetic. The simulation process is carried out using MATLAB software with ordinary differential equations (ODE) solver of 14 species and their reaction equations by controlling the potential and concentration of ammonium fluoride in ethylene glycol based electrolytes. Simulation of the formation of TNTs will produce a matrix of values from 14 reacting species. The current density curves against time are compared between the simulation results and experimental results under the same conditions. The result showed a linier correlation between the increased of ammonium fluoride concentration towards current density value in the term of tube length and diameters. The simulation result showed that oxidation-reduction reaction (redox) of water species have a strong correlation with the current density profile of the experimental results, refer to the seven sample used. The calculation of root mean square error (RMSE) value is used to test the performance of the model. The result showed that both simulation and experimental data have a fairly strong correlation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
G. Pituati
"Growth and yield of plants are increased when plants are provided with mixtures of nitrate and ammonium compared with either form alone. Therefore, the objective of this experiment was determine the optimum of nitrate and ammonium ratio caused an increased in growth and yield of green pak choy (Brassica chinensis L.) The experiment was designed in Randomized Completely Design with five treatments of nitrate ammonium ratios and arranged in four replication. The treatments of nitrate ammonium ratio were : 100/0; 75/25; 50/50; 25/75 and 0/100. The results showed that nitrogen fertilizer applied in mixture nitrate and ammonium gave different effects in leaf nitrate reductase activity, leaf nitrogen content, growth and yield of green pak choy. There was significant correlation between the leaf nitrate reductase activity and leaf nitrogen content. There was also significant correlation between the leaf nitrate reductase activity with growth and yield of green pak choy. Nitrate ammonium ratio at 75/25 and 50/50 have better affect on the leaf nitrate reductase activity, leaf nitrogen content, growth and yield of green pak choy"
[s.l]: [s.n], 2006
580 AGR 19 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eyleny Meisyah Fitri
"ABSTRAK
Latar belakang: Xerosis kutis sering ditemukan pada lanjut usia lansia . Aplikasi pelembap merupakan tatalaksana utama. Pelembap mengandung humektan, misalnya laktat dan urea, dapat memperbaiki hidrasi dan disfungsi sawar kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efikasi dan keamanan antara krim pelembap yang mengandung amonium laktat 12 dan urea 10 dalam mengatasi xerosis kutis pada populasi lansia. Metode: Penelitian uji klinis acak tersamar ganda dengan subjek kelompok berpasangan dilakukan pada 40 orang penghuni panti werdha di Jakarta. Evaluasi specified symptom sum score SRRC , skin capacitance SCap , transepidermal water loss TEWL , dan efek samping dilakukan pada awal terapi, minggu kedua dan keempat terapi, serta minggu kelima seminggu setelah terapi dihentikan. Hasil: Penurunan nilai SRRC dan TEWL, peningkatan nilai SCap, setelah empat minggu tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok terapi dengan nilai p masing-masing 1,000; 0,636; dan 0,601. Pada minggu kelima, terjadi peningkatan nilai SRRC dan TEWL serta penurunan nilai SCap minggu keempat pada kedua kelompok, namun masih lebih baik daripada nilai dasar dan minggu kedua terapi. Tidak ditemukan efek samping subjektif dan objektif pada kedua kelompok. Kesimpulan: Efikasi dan keamanan krim pelembap yang mengandung amonium laktat 12 sama baiknya dengan krim pelembap yang mengandung urea 10 dalam mengatasi xerosis kutis pada populasi lansia. Kata kunci: amonium laktat 12 ; lanjut usia; urea 10 ; xerosis kutis

ABSTRACT
Background Xerosis cutis is widely known in geriatric population. Application of moisturizer is the treatment.. Moisturizer with humectant property, e.g lactate and urea, could restore skin hydration and barrier dysfunction. This study aims to compare the efficacy and safety between moisturizing cream containing 12 ammonium lactate and 10 urea in geriatric population with xerosis cutis. Methods A double blind randomized controlled trial with matching paired subject was conducted on 40 residents of a nursing home in Jakarta. Evaluation of specified symptom sum score SRRC , skin capacitance SCap , transepidermal water loss TEWL , and side effects were measured at baseline, week 2 and week 4 after therapy, and week 5 one week after therapy cessation. Results The decrease of SRRC and TEWL score, increase of SCap score after four weeks of therapy between two group yield no statistical different p 1.000 p 0.636 p 0.601 respectively . On the fifth week, SRRC and TEWL score were increased and SCap score was decreased compared to the fourth week, but they are still better than the score on baseline and the second week. No objective and subjective side effects were found. Conclusions The efficacy and safety of moisturizing cream containing 12 ammonium lactate are the same as 10 urea in treating xerosis cutis of geriatric population. Keywords 12 ammonium lactate 10 urea geriatric xerosis cutis"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>