Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhabibah Paramitha Eka Utami
Abstrak :
Penggunaan aluminium sebagai pengganti material stainless steel pada pembangkit turbin ORC (Organic Rankine Cycle) yang dapat bekerja pada temperatur rendah yaitu sekitar 200 °C diharapkan mampu meningkatkan efisiensi turbin dan pembangkit secara keseluruhan. Paduan Al-Zn-Cu-Mg layak digunakan sebagai material sudu turbin karena kekuatan dan ketangguhannya yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemanasan temperatur 200 °C terhadap sifat fatik dan mekanis pada paduan aluminium tuang Al-9.7Zn-5.5Cu-4.5Mg selama 200 jam. Muffle furnace digunakan untuk melakukan peleburan paduan aluminium yang dicetak menggunakan baja lunak. Produk cor lalu dibentuk menjadi sampel uji dan dipanaskan didalam dapur pemanas pada temperatur 200 °C selama 200 jam. Pengujian yang dilakukan adalah uji tarik, fatigue, keras, komposisi kimia, pengamatan metalografi ( OM dan SEM), uji kekasaran permukaan dan perpatahan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada sampel dengan pemanasan terjadi penurunan umur fatik dan peningkatan nilai kekerasan yang diakibatkan terbentuknya fasa kedua Mg3Zn3Al2, MgZn2, CuAl2, CuMgAl2, dan Cu2FeAl7 pada butir dan batas butir. ......The use of aluminium alloy as a subtitute material for stainless steel on ORC (Organic Rankine Cycle) turbine generator which is working at low temperature around 200 °C is expected to improve the efficiency of the turbine and generator as a whole. Al-Zn-Mg-Cu alloy is suitable to be used as turbine blades material because this seri of its a good strength and toughness. This research was conducted to study the effect of operating temperature of 200 °C for 200 hours on fatigue properties of cast Al-9.7Zn-5.5Cu-4.5Mg alloy. Muffle furnace was used for melting the aluminium alloy and mild steel was used as the mold. Casting product was cut into test samples and then heated at the temperature of 200 °C for 200 hours. Testing included tensile, fatigue, hardness, chemical composition, metalographic observations (OM and SEM), surface roughness and fractography. The results showed that fatigue life of the heated alloy decreased due to the formation of second phases such as Mg3Zn3Al2, CuAl2, CuMgAl2, and Cu2FeAl7, both within the grains and grain boudaries.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T38642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Dwi Ananda
Abstrak :
Perhitungan laju korosi aluminium alloy dilakukan dengan mengukur massa yang hilang dari sampel setelah menjalani proses immersion test selama 120 jam dalam larutan campuran air dan ethylene glycol. Proses immersion test sampel menggunakan media uji dengan persentase volume ethylene glycol pada larutan sebesar 30% dan 70% yang dilakukan pada lingkungan temperatur ruang (30ºC) dan temperatur tinggi (90oC). Pada temperatur ruang, sampel yang mengalami immersion test di larutan ethylene glycol 30% menunjukkan laju korosi yang lebih tinggi daripada sampel pada larutan ethylene glycol 70% dikarenakan larutan yang mengandung lebih banyak air akan lebih bersifat elektrolit. Sedangkan pada temperatur tinggi, sampel-sampel menunjukkan perilaku laju korosi yang berbeda-beda disertai terjadinya peristiwa plating di mana ada penambahan massa pada rentang waktu tertentu akibat pembentukan lapisan protektif pada permukaan aluminium alloy. Pada temperatur tinggi, laju korosi yang ditunjukkan sampel cenderung terus meningkat dan lebih tinggi dibandingkan laju korosi sampel pada temperatur ruang. Hasil SEM menunjukkan adanya indikasi korosi berbentuk lubang/sumuran pada permukaan aluminium alloy setelah immersion test dilakukan. ......Corrosion rate of aluminium alloy is calculated by measuring the samples weight loss which immersed for 120 hours in ethylene glycol-water mixture. The immersion test processes using solutions that contain 30% and 70% of ethylene glycol are conducted at room temperature (30ºC) and high temperature (90oC). At room temperature, samples which immersed in solution of 30% ethylene glycol show higher corrosion rates than the ones which immersed in solution of 70% ethylene glycol because of the solution which contains more water will act as a better electrolyte than the solution with less water content. However at high temperature, samples show varies corrosion rate behaviour followed by plating occurence where samples gain weight at a particular range of time because of the formation of protective thin layer on the surface of aluminium alloy. At high temperature, the samples’ corrosion rate are tend to increased continuously and relatively higher than corrosion rates of samples at room temperature. SEM results indicate there are numbers of pitting corrosion that attack the surface of aluminium alloy after the immersion tests were conducted.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Pradipta Dwitiya
Abstrak :
ABSTRAK
Aluminium paduan seri 7xxxmerupakan paduan yang memiliki kombinasi yang baik antara kekuatan yang tinggi, ketangguhan yang baik, dan memiliki kemampulasan yang baik pada kondisi tertentu.Kombinasi sifat yang baik dari material Al 7xxxdalam berbagai aplikasitetap memiliki kelemahanyang membatasi aplikasi dari material tersebut. Salah satu nya adalah ketahanan yang rendah terhadap korosi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menganalisispengaruh parameter proses anodisasi yakni temperatur dan rapat arus anodisasi terhadap pembentukan lapisan anodik berporipada aluminium seri 7xxx. Anodisasi dilakukan pada tiga variasi temperatur yaitu20oC,10oC dan 0oC danvariasi rapat arus adalah15 mA/cm2, 20 mA/cm2dan 25 mA/cm2. Material hasil anodisasi kemudian dilakukanduajenis pengujian yaitu pengujian kekerasan dan pengujian laju korosi. Pengujian kekerasan mikro Vickersdigunakan untuk mengetahui sifat mekanik lapisan anodik yang terbentuk dan pengujian laju korosimenggunakan metode polarisasibertujuan untuk mengetahui ketahanan korosi darilapisan anodikyang terbentuk. Hasil pengujian memperlihatkan adanya peningkatan kekerasan permukaan lapisan anodik alumina saat variabel temperaturditurunkanke temperatur 0oC dimana kekerasan tertinggi adalah 763HV yang didapat pada temperatur 10oC dengan rapat arus 25mA/cm2. Kemudian penurunan temperatur hingga 0oCdan peningkatan rapat arus hingga 25 mA/cm2akan meningkatkan ketahanan korosi.
ABSTRACT
7xxx series aluminum alloy is an alloy that has a good combination of high strength, good toughness, and have a good weldabilityin certain circumstances. The combination of good properties of Al 7xxx material in a variety of applications still has weaknesses that can limit the application of these materials. One of them is low corrosion resistance. This research aims is to study and analyze the influence of the anodizing process parameters,temperature andcurrent density,on the formation of porous anodic coatings on aluminum 7xxx series. Anodizing is done in three variationsof temperature is 20oC, 10oC and 0oC and variation of current density is 15 mA/cm2, 20 mA/cm2and 25 mA/cm2. The anodized materialthen performedintwo kindof tests, hardness testing and corrosion ratetesting. Micro Vickershardness testing is used to determine the mechanical properties of the anodic layer formed and the corrosion rate testing using the polarization method is usedto determine thecorrosion resistance of anodic coatings formed. The test result showed an increase in surface hardness of anodic layer when the temperature is lowered to 0oC. The higest hardness achieved is 763 HV Obtained at 10oC with 25 mA/cm2current density. The decrease in temperatur an increase in current density will improve the corrosion resistance like achieved in 0oC and 25 mA/cm2.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri
Abstrak :
Komposit aluminium 6061 dengan partikel penguat alumina memiliki kekerasan dan ketahanan aus yang baik serta mempunyai densitas yang rendah. Komposit aluminium 6061 dibuat dengan proses stir casting (pengadukan). Komposit aluminium dengan 10% alumina dilakukan proses perlakuan panas T6 (penuaan buatan) pada suhu yang berbeda : 150, 175, 200, dan 225oC. Variasi suhu dilakukan untuk mendapatkan puncak penuaan. Perlakuan panas ini bertujuan untuk mengetahui pada suhu tertentu komposit akan mengalami under aging (penuaan muda) maupun penuaan berkelanjutan. Sifat mekanis pada perlakuan penuaan 175oC didapatkan nilai kekerasan dan ketahanan aus yang baik. Hal ini membuktikan pada suhu 175oC merupakan puncak penuaan. Akan tetapi, nilai kekuatan komposit aluminium yang didapat rendah. Hal ini disebabkan oleh void, kluster, dan kemampubasahan antara matriks dan partikel penguat yang kurang baik. Perlakuan panas pada suhu 175 oC menghasilkan presipitat yang optimal sehingga dapat menghalangi pergerakan dislokasi dan meningkatkan nilai kekerasan dan ketahanan aus.
6061 aluminum composite with alumina particles reinforced have high hardness and wear resistance as well as having a low density. 6061 aluminum composites made by stir casting process. Composite aluminum with 10% alumina done T6 heat treatment process (Artificial Aging) at different temperatures: 150, 175, 200, and 225oC. Temperature variations performed to obtain peak aging. This heat treatment aims to find out at a certain temperature composites will experience under aging and over aging. The mechanical properties obtained at temperature of 175oC have high hardness and wear resistance. This proves at temperature 175oC is peak aging. However, aluminum composite strength values obtained low. It is caused by voids, clusters, and wettabillity between matrix and reinforcement particles that are less good. Heat treatment at a temperature of 175 oC produces optimal precipitates that can hinder the movement of dislocations and increase the value of hardness and wear resistance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library