Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agnesya Putri Gustianthy
Abstrak :
Surfaktan Alkil Poliglikosida merupakan surfaktan ramah lingkungan yang dapat diproduksi dari bahan baku alkohol lemak dan glukosa dengan bantuan katalis asam p-toluenasulfonat (PTSA). Sifatnya yang nonionik serta tidak terpengaruh terhadap kesadahan dan perubahan pH, menyebabkan surfaktan ini berpotensi untuk dijadikan alternatif surfaktan untuk aplikasi chemical flooding. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh panjang rantai karbon pada alkohol lemak terhadap nilai tegangan antar muka serta kemampuannya untuk mengambil minyak pada saat aplikasi sebagai chemical flooding. Alkohol lemak yang digunakan pada penelitian ini adalah 1-dodekanol dan 1-tetradekanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa APG-C14 memiliki nilai tegangan antar muka yang lebih rendah dibandingkan APG-C12 dikarenakan rantai karbon pada sisi hidrofobik yang lebih panjang. Hal tersebut terlihat dari nilai tegangan antar muka pada konsentrasi surfaktan 3% (b/b) untuk APG-C12 adalah 1,32 x 10-2 dyne/cm, sedangkan APG-C14 adalah 3,72 x 10-4 dyne/cm. Dengan menggunakan metode pengujian tekanan kapiler diketahui nilai minyak yang terambil dari batuan sintetik untuk APG-C12 adalah 10,733% dan APG-C14 adalah 13,797%. Hal ini menunjukkan bahwa APG-C14 memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai chemical flooding.
Alkylpolyglucosides (APG) is an environment-friendly surfactant prepared from fatty alcohol and glucose with p-toluenesulfonic acid catalyst. This nonionic surfactant does not affected on hard water dan pH changes, makes it potentially used as chemical flooding surfactant. This research has been conducted to determine the effect of carbon chain length of fatty alcohol as APGs hydrophobic side towards interfacial tension and its capability as chemical flooding surfactant. 1-dodecanol and 1-tetradecanol were used as fatty alcohol precursor. The result exhibit APG-C14 has lower interfacial tension than APG-C12 as the effect of longer hydrophobic carbon chain. The phenomenon was observed on interfacial tension of 3% (w/w) APG-C12 1,32 x 10-2 dyne/cm compare APG-C14 3,72 x 10-4 dyne/cm. Oil recovery on capillary pressure test was 10,733% for APG-C12 and 13,79% for APG-C14. Thus, the APG-C14 potentially developed for chemical flooding.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52411
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Rachman
Abstrak :
Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia dapat memanfaatkan minyak kelapa sawit sebagai prekursor sintesis alkil poliglikosida (APG) untuk aplikasi Enhanced Oil Recovery (EOR). Dalam penelitian ini, optimasi sintesis APG C-4 perantara (butanolisis) menggunakan metode tidak langsung untuk memaksimalkan konversi ke APG C-12 untuk aplikasi EOR dan sintesis APG C-12 menggunakan metode langsung sebagai perbandingan dilakukan. Optimalisasi sintesis antara APG C-4 perantara melalui metode tidak langsung dilakukan dengan menggunakan refluks dengan mereaksikan D-glukosa monohidrat, 1-butanol dengan perbandingan setara 1: 8 dan 8: 1, dan asam p-toluenesulfonic (PTSA) 1% dari D- berat glukosa monohidrat dengan berbagai suhu (80, 90, 100, 110, dan 120 ° C) dan berbagai waktu reaksi (1,5, 3, dan 6 jam). Sementara itu, sintesis APG C-12 melalui metode langsung dilakukan dengan menggunakan refluks dengan mereaksikan D-glukosa monohidrat dan 1-dodecanol dengan perbandingan setara 1: 7 menggunakan PTSA 1% dari berat monohidrat D-glukosa pada 115 ° C selama 2,5 jam. Setelah menetralkan dan menguapkan, produk diarahkan untuk digunakan tanpa pemisahan. Senyawa yang disintesis masih dalam campuran yang mengandung zat antara APG C-4. Senyawa yang disintesis kemudian dikarakterisasi menggunakan FTIR, UV-Vis, dan LC-MS, diikuti oleh evaluasi tegangan antarmuka (IFT) menggunakan metode drop-drop tensiometer. Senyawa yang disintesis memiliki nilai IFT terendah dan campuran APG C-12 yang disintesis dikenakan kemampuannya sebagai aplikasi EOR dengan menggunakan metode tekanan kapiler dengan n-heksana sebagai analog minyak mentah. Senyawa yang disintesis dari butanolisis dengan kelebihan 1-butanol dalam reaksi 110 ° C dan 6 jam mengungkapkan nilai IFT terendah 0,5777 mN/m pada kecepatan putaran 6000 rpm dan 0,1773 mN/m pada kecepatan putaran 3000 rpm, sedangkan campuran APG C -12 menunjukkan nilai IFT 0,0779 mN/m pada kecepatan putaran 6.000 rpm dan 0,1636 mN/m pada kecepatan putaran 3.000 rpm. Analisis EOR dari campuran APG C-4 dan APG C-12 menunjukkan bahwa kedua senyawa memiliki aktivitas yang baik untuk meningkatkan n-heksana sebagai analog minyak mentah.
As the worlds largest producer of palm oil, Indonesia can utilize palm oil as a precursor to the synthesis of alkyl polyglycosides (APG) for Enhanced Oil Recovery (EOR) applications. In this study, optimization of APG C-4 intermediate synthesis (butanolisis) uses an indirect method to maximize conversion to APG C-12 for EOR applications and APG C-12 synthesis using the direct method as a comparison is done. Optimization of synthesis between APG C-4 intermediate through indirect methods is carried out using reflux by reacting D-glucose monohydrate, 1-butanol with an equivalent ratio of 1: 8 and 8: 1, and p-toluenesulfonic acid (PTSA) 1% of D- weight of glucose monohydrate with various temperatures (80, 90, 100, 110, and 120 ° C) and various reaction times (1,5, 3, and 6 hours). Meanwhile, APG C-12 synthesis through the direct method is carried out using reflux by reacting D-glucose monohydrate and 1-dodecanol in an equivalent ratio of 1: 7 using 1% PTSA by weight of D-glucose monohydrate at 115 ° C for 2.5 hours. After neutralizing and evaporating, the product is directed to be used without separation. The synthesized compound is still in a mixture containing APG C-4 intermediates. The synthesized compound was then characterized using FTIR, UV-Vis, and LC-MS, followed by an evaluation of the interface voltage (IFT) using the tensiometer drop-drop method. The synthesized compound has the lowest IFT value and the APG C-12 mixture synthesized is subject to its ability as an EOR application using capillary pressure method with n-hexane as crude oil analog. The compounds synthesized from butanolysis with an excess of 1-butanol in the 110 ° C and 6 hour reactions revealed the lowest IFT values ​​of 0.5777 mN/m at 6000 rpm and 0.1773 mN/m at rotational speeds of 3000 rpm, while the APG C mixture -12 shows an IFT value of 0.0779 mN/m at a rotational speed of 6,000 rpm and 0.1636 mN/m at a rotational speed of 3,000 rpm. EOR analysis of the mixture of APG C-4 and APG C-12 showed that both compounds had good activity to increase n-hexane as crude oil analogues.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Putri Ari Kinanti
Abstrak :
Alkil poliglikosida (APG) adalah senyawa yang disintesis dari material terbarukan yaitu glukosa dan alkohol lemak. APG termasuk dalam jenis surfaktan nonionik karena memiliki gugus hidrofobik dan hidrofilik yang tidak bermuatan (netral). Pada penelitian ini telah disintesis senyawa campuran APG C-12 dengan metode tidak langsung (indirect method) menggunakan refluks yang terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama yaitu butanolisis menggunakan suhu reaksi 106°C selama 6 jam dengan mencampurkan glukosa teknis dan 1-butanol dengan rasio massa 1:2,8 menggunakan katalis PTSA sebanyak 1% dari massa glukosa menghasilkan campuran senyawa APG C-4. Selanjutnya campuran senyawa APG C-4 direaksikan lebih lanjut dengan 1-dodekanol pada tahap transasetalisasi. Pada tahap transasetilasi dilakukan optimasi dengan variasi parameter sintesis seperti variasi suhu, rasio massa glukosa dan 1-dodekanol, dan waktu reaksi. Senyawa campuran APG C-4 dan C-12 yang diperoleh kemudian dianalisis persen konversi gula pereduksinya secara kualitatif dengan menggunakan uji Benedict dan dianalisis dengan instrumen FTIR, UV-Vis, dan LC-MS. Hasil uji Benedict untuk senyawa campuran APG C-4 menandakan tidak adanya gula sisa pada senyawa tersebut. Senyawa campuran APG C-12 yang diperoleh dari variasi waktu reaksi 4 jam, suhu 115°C, dan rasio massa 1:7,5 merupakan kondisi optimum untuk glukosa habis bereaksi dengan alkohol. Hasil uji kompatibilitas dari campuran senyawa APG C-4 menunjukkan APG C-4 larut dalam air formasi, uji stabilitas emulsinya menghasilkan emulsi yang stabil selama 40 detik dan hasil uji kelarutannya terhadap berbagai pelarut menghasilkan campuran yang larut. Nilai IFT untuk campuran ini pada putaran 3000 rpm adalah 0,2676 mN/m dan pada putaran 6000 rpm adalah 0,6945 mN/m. Uji kompatibilitas dan kelarutan semua variasi campuran senyawa APG C-12 menghasilkan hasil akhir yang keruh. Nilai IFT terendah dari variasi campuran senyawa ini diperoleh oleh campuran senyawa APG C-12 yang diperoleh pada kondisi reaksi 4 jam, suhu 115°C, katalis 0,5 dari berat katalis awal, dan rasio massa 1:7,5 yaitu pada 3000 rpm sebesar 0,248 mN/m dan pada 6000 rpm sebesar 0,521 mN/m. Ulasan melalui telaah literatur mengenai potensi senyawa turunan APG dalam aplikasi EOR menunjukkan bahwa panjang rantai alkil pada senyawa APG mempengaruhi kinerjanya dalam mengangkat minyak. Diharapkan senyawa APG C-12 memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menurunkan nilai tegangan permukaan dan berpotensi lebih baik bila diaplikasikan dalam EOR.
Alkyl polyglycoside (APG) is a compound that is synthesized from renewable materials such as glucose and fatty alcohol. APG is classified as nonionic surfactant since it has neutral hydrophobic and hydrophilic groups. In this research, the mixture of APG C-12 was succesfully synthesized following indirect method which is consisted of two stages using reflux. Butanolysis as a first step was completely conducted by mixing technical grade of glucose and 1-butanol with mass ratio of 1:2.8 (m/m) using PTSA catalyst 1 mol% at 106°C for 6 h to afford a mixture of APG C-4. Furthermore, the mixture of APG C-4 was further reacted with 1-dodecanol to afford the mixture of APG C-12 in transacetalization without any purification. In this stage, various optimization was carried out such as reaction temperature, glucose and 1-dodecanol mass ratio, and reaction time. All mixture of APG C-4 and C-12 then were analyzed qualitatively to calculate the remaining reducing sugar using Benedict's test and analyzed by FTIR, UV-Vis, and LC-MS instruments. Benedict's test result for the mixture of APG C-4 showed the absence of reducing sugar in the mixture. The optimum mass yield of mixture of APG C-12 which was obtained by reacting the mixture of APG C-4 with 1-dodecanol with mass ratio of 1:7.5 (m/m) at 115oC for 4 hours. Compatibility test results showed that the mixture of APG C-4 was soluble in formation water, produced stable emulsion for 40 seconds, and soluble in any solvents. Moreover, the IFT value of the APG C-4 mixture at 3000 and 6000 rpm was 0.2676 and 0.6945 mN/m, respectively. On the other hands, compatibility and solubility tests of the APG C-12 mixture all variations produced a muddy result. The lowest IFT value of the APG C-12 mixture at 3000 and 6000 rpm was 0.248 and 0.521 mN/m, respectively. A literature review on the potency of APG in EOR application showed that the alkyl chain length of APG affected its performance in lifting oil. It is expected that the APG C-12 has a better ability to reduce surface tension values and potentially better than APG C-4 while applied in EOR.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library