Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alya Hana Firdanisa
Abstrak :
Latar Belakang: Celah bibir dan palatum adalah keadaan dimana terdapat gangguan fusi atau celah abnormal bawaan pada daerah bibir atas, alveolar, dan palatum serta dapat menimbulkan masalah pada penderita seperti gangguan estetika dan masalah saat berbicara. Perawatan rekonstruksi tulang dengan autologous bone graft merupakan baku emas pada perawatan pasien celah bibir dan palatum, tetapi perawatan ini memiliki kekurangan sehingga dikembangkan alternatif perawatan seperti teknik rekayasa jaringan. Sumber sel stromal mesenkim yang digunakan dapat berasal dari jaringan pulpa gigi seperti sel stromal pulpa gigi sulung dan sel stromal pulpa gigi permanen. Kemampuan diferensiasi osteogenik sel stromal pulpa gigi sulung dan permanen pasien celah bibir dan palatum merupakan salah satu pertimbangan untuk penggunaan sel autologous dalam perawatan teknik rekayasa jaringan, sedangkan kemampuan diferensiasi osteogenik dari sel stromal pulpa gigi pasien CLP belum diketahui. Tujuan: Membandingkan kemampuan diferensiasi osteogenik sel stromal pulpa gigi sulung dan gigi permanen pasien celah bibir dan palatum melalui ekspresi gen ALP. Metode: Sampel yang diisolasi dari jaringan pulpa gigi sulung dan gigi permanen pasien celah bibir dan palatum dikultur pada medium osteogenik, dilakukan ekstraksi RNA dan diuji dengan Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT PCR) menggunakan primers alkaline phosphatase (ALP) dan 18s housekeeping gene. Hasil: Ekspresi relatif gen ALP pada sel stromal pulpa gigi sulung pasien celah bibir dan palatum setelah dilakukan uji statistik tidak memiliki perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan sel stromal pulpa gigi permanen pasien celah bibir dan palatum (nilai p = 0.156). Kesimpulan: Sel stromal pulpa gigi sulung dan gigi permanen memiliki kemampuan diferensiasi osteogenik karena dapat mengekspresikan marker osteogenik ALP. ......Background: Cleft and lip palate is a condition where there is fusion disturbance or abnormal congenital cleft in the upper lip, alveolar, and palate area that can cause problems in patients such as aesthetic disorder and problem with talking. Autologous bone graft reconstruction treatment is the gold standard in treating cleft lip and palate patients, but this treatment has associated shortcomings so that alternative treatments such as tissue engineering techniques have been developed. The source of the mesenchymal stromal cells used can be derived from dental pulp tissue namely stem cells from human deciduous teeth and permanent dental pulp stromal cells. The osteogenic differentiation ability from dental pulp stromal cells of primary and permanent teeth in cleft lip and palate patients is one of the considerations for the use of autologous cells in the treatment of tissue engineering techniques, while the osteogenic differentiation ability of dental pulp stromal cells in cleft lip and palate patients has not been fully explored. Objective: To compare the osteogenic differentiation capacity of primary and permanent dental pulp stromal cells in cleft lip and palate patients. Methods: Samples isolated from primary and permanent dental pulp stromal cells in cleft lip and palate patients were cultured, RNA were extracted and tested by Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT PCR) using alkaline phosphatase primers (ALP), and housekeeping gene in the form of 18s. Results: The relative expression of ALP in primary dental pulp stromal cells in cleft lip and palate patients was comparable to permanent dental pulp stromal cells in cleft lip and palate patients (p value = 0.156). Conclusion: The primary and permanent dental pulp stromal cells have comparable ability to differentiate into osteogenic lineage and both cells tested can express the osteogenic gene of ALP.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harryanto Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK
Identifikasi fase pacu tumbuh pubertas penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas perawatan maloklusi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis potensi kadar Bone-Specific Alkaline Phosphatase BALP saliva dan parameter klinis sebagai prediktor fase pacu tumbuh pubertas dengan memperhatikan berbagai faktor tumbuh kembang skeletal. Penelitian diagnostik dengan sampel 136 orang ini menggunakan metode Cervical Vertebrae Maturation System CVMS Bacceti sebagai baku emas. Melalui analisis regresi multinomial dihasilkan model prediksi dengan nilai sensitifitas 78 untuk fase pra-puncak dan 57,7 untuk fase puncak, sedangkan nilai spesifisitas fase pasca-puncak 81,4 . Fase pacu tumbuh pubertas terutama pra-puncak dan pasca-puncak dapat diprediksi menggunakan kadar BALP saliva dan parameter klinis.
ABSTRACT
The identification of growth spurt phase of puberty is important as it enhances the efficiency and effectiveness of malocclusion treatment. The objective of this study was to analyse the potential of the level of salivary Bone Specific Alkaline Phosphatase BALP and clinical parameters as a predictor of growth spurt phase of puberty by taking into account various factors affecting skeletal growth. The diagnostic test with the sample of 136 people was conducted by using the method of Cervical Vertebrae Maturation System CVMS from Bacceti as the gold standard. Multinomial regression analysis produced predictive models with 78 sensitivity at the pre peak phase and 57.7 at the peak phase, whereas the specificity of post peak phase was 81.4 . The growth spurt phase of puberty especially at the phases of pre peak and post peak can be predicted by using salivary BALP level and clinical parameters.
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Kus Untari
Abstrak :
ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui potensi hepatoprotektif madu PS terhadap kadar alkali fosfatase (ALP) mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY. Dua puluh empat ekor mencit jantan dibagi ke dalam 4 kelompok hewan uji, yaitu kelompok kontrol normal (KK1) yang diberikan akuades dan minyak kelapa; kelompok kontrol perlakuan (KK2) yang diberikan akuades dan CCl4; serta 2 kelompok perlakuan (KP1 dan KP2) yang diberikan madu PS 10% dan 20% selama 14 hari berturut-turut, kemudian CCl4 2 jam setelah pemberian madu terakhir. Darah diambil 24 jam setelah injeksi CCl4. Kadar ALP diukur dengan metode kolorimetri. Hasil uji anova satu arah (P<0,05) menunjukkan adanya pengaruh nyata pemberian madu PS terhadap kadar ALP semua hewan uji. Dibandingkan kadar ALP KK2, kadar ALP KP1 lebih rendah 30,5% dan KP2 lebih rendah 52,9%. Namun, uji LSD (P<0,05) menunjukkan hanya kadar ALP KP2 yang tidak berbeda nyata dengan KK1. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa potensi hepatoprotektif madu PS 20% lebih besar dibandingkan madu PS 10%.


ABSTRACT

The study has been conducted to know the hepatoprotective potency of PS honey administration on male-DDY mice’s alkaline phosphatase level of blood plasma. Twenty four male mice were divided into four groups, namely normal control group (KK1) which was administered with aquadest and coconut oil; treatment control group (KK2) which was administered with aquadest and CCl4; and two treatment groups which was administered with PS honey 10% (KP1) and 20% (KP2) within 14 consecutive days and three groups (KK2, KP1,and KP2) were injected with CCl4 on the 14th day. Alkaline phosphatase was measured based on colorimetry method. One-way anova test (P<0,05) showed that alkaline phosphatase levels were significantly different. Compared with KK2, the alkaline phosphatase levels of KP1 and KP2 were 30,5% and 52,9% lesser than KK2, consecutively. However, LSD test (P<0,05) showed that only alkaline phosphatase level of KP2 was not significantly different. In conclusion, dose 20% of PS honey is more potential on hepatoprotective than those of 10%.

Universitas Indonesia, 2014
S57083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifa Radhina
Abstrak :
Penyakit hati merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya radikal bebas. Radikal bebas dapat menyerang membran sel hati (hepatosit), menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid dan berujung pada kerusakan pada hepatosit. Kerusakan hati dapat dilihat dari meningkatnya kadar enzim alkali fosfatase pada serum. Pemberian infusa daun bertujuan untuk mengobati kerusakan hati, karena daun sukun memiliki kandungan flavonoid yang diduga berperan sebagai antioksidan. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk melihat potensi kuratif infusa daun sukun untuk mengobati kerusakan hati. Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan galur Sprague Dawley yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yakni KK1, KK2, KP1, KP2, dan KP3. Tikus diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4) dosis 280 mg/kg BB, kemudian diberikan infusa daun sukun untuk KP1, KP2, dan KP3 secara berturut-turut dengan dosis 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB sebanyak 4 kali dengan selang waktu 12 jam. Berdasarkan hasil penelitian, terjadi penurunan kadar ALP serum pada tikus KP1, KP2, dan KP3 secara berturut-turut sebesar 20,66%, 26,45%, dan 33,89% jika dibandingkan dengan kadar ALP serum tikus yang diinduksi CCl4 (KK2). Dosis 10,8 g/kg BB merupakan dosis yang memberikan penurunan kadar ALP yang paling mendekati kadar normal. ...... Liver disease is one disease that can be caused by several things, one of which is free radicals. Free radicals can attack the cell membrane of the hepatocytes, causing lipid peroxidation and result in damage to the hepatocytes. Liver damage can be seen from the elevated alkaline phosphatase levels in serum. Administration of breadfruit leaves infusion aims to treat liver damage, as breadfruit leaf contains flavonoids which allegedly acted as an antioxidant. Research carried out is to look at the ability of breadfruit leaves infusion to treat liver damage. Tested animals were Sprague Dawley strain male rats divided into five groups namely KK1, KK2, KP1, KP2 and KP3. Rats induced by carbon tetrachloride (CCl4) dose of 280 mg/kg, then given the breadfruit leaves infusion for KP1, KP2 and KP3 respectively at a dose of 2.7; 5.4; and 10.8 g kg 4 times with an interval of 12 hours. Based on the results of the study, decreased of serum ALP levels in KP1, KP2 and KP3 rats amounted to 20.66%, 26.45%, and 33.89% when compared to CCl4 induced rats (KK2). Dose of 10.8 g/kg is the dose that gives the most reduction in ALP levels approaching normal levels.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwi Ajeng Permata Dewi
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa ekstrak etanol rimpang temu mangga dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar ALP serum darah tikus yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan galur Sprague-Dawley sebanyak 30 ekor yang dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yaitu KK1, KK2, KP1, KP2, KP3 dan KP4. Tikus KK1 merupakan kelompok kontrol yang diinduksi akuades sedangkan kelompok KK2, KP1, KP2, KP3 dan KP4 merupakan kelompok yang diinduksi CCl4 dosis 1 ml/kg BB. Kemudian, kelompok KP1, KP2, KP3 dan KP4 diberikan ekstrak etanol rimpang temu mangga dosis 10 mg/kg BB, 20 mg/kg BB, 40 mg/kg BB dan 80 mg/kg BB sebanyak 4 kali dengan selang waktu 12 jam. Berdasarkan hasil penelitian, terjadi penurunan kadar ALP serum pada kelompok tikus KP1, KP2, KP3 dan KP4 secara berturut-turut sebesar 37,60%, 39,18%, 35,7% dan 33,75% jika dibandingkan dengan kadar ALP serum tikus yang diinduksi CCl4 (KK2). Dosis 20 mg/kg BB merupakan dosis yang paling optimal karena berdasarkan hasil uji LSD kelompok tersebut tidak memiliki perbedaan dengan KK1 atau dengan kata lain kadar ALP kelompok tersebut sudah mencapai kadar normal. ...... The research aimed to find out that ethanol extract of mango ginger rhizome could affect the decrease of rat serum alkaline phosphatase (ALP) level that was induced by carbon tetrachloride (CCl4). Tested animals were 30 individuals of male Sprague-Dawley rats that were divided into six groups, namely KK1, KK2, KP1, KP2, KP3 and KP4. KK1 was a control group that was induced by aquades while KK2, KP1, KP2, KP3 and KP4 were groups that were induced by CCl4 dose of 1 ml/kg BW. Then, KP1, KP2, KP3 and KP4 were given the ethanol extract of mango ginger rhizome dose of 10 mg/kg BW, 20 mg/kg BW, 40 mg/kg BW and 80 mg/kg BW orally and administrated for 4 times with an interval of 12 hours. Based on the result, the decrease of rat serum Alkaline Phosphatase (ALP) level in KP1, KP2, KP3 and KP4 amounted to 37,48%, 39,17%, 36,79% and 36,09% compared to serum ALP level that was induced by CCl4 (KK2). Dose of 20 mg/kg BW is the most optimal dose since based on LSD test, this group has no difference with KK1 or in other words, ALP level of this group has reached normal level.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Suci Yunita
Abstrak :
Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan penyempitan arteri koronaria jantung, terdapat hipotesis mengenai infeksi periodontal yang dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya PJK. Alkaline phosphatase (ALP) sebagai penanda inflamasi akan meningkat pada aterosklerosis dan penyakit periodontal. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar ALP dalam saliva pada penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal. Metode: Saliva dari 104 subjek diambil sebanyak 1 ml, kadar ALP dianalisis menggunakan Abbott architect ci4100. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar ALP dalam saliva antara penderita PJK dan non PJK. Kesimpulan: ALP dalam saliva pada penderita PJK lebih tinggi daripada non PJK dan tidak ada hubungan ALP dengan status periodontal. ...... Background: Coronary heart disease (CHD) is a disease that causes narrowing of the coronary arteries. Currently, there is a hypothesis regarding periodontal infection that increase risk for heart disease. Alkaline phosphatase (ALP) as a marker of inflammation will increase in atherosclerosis and periodontal disease. Objective: To analyze the relationship between the levels of alkaline phosphatase in saliva with periodontal status in patients with CHD and non CHD. Methods: saliva of 104 subjects were taken, each 1 ml, and levels of Alkaline Phosphatase was analyzed using Abbott ci4100 architect. Results: No significant difference of Alkaline Phosphatase levels in saliva between CHD patients and non CHD. Conclusion: The level of ALP in saliva was higher in patients with CHD and no association between ALP level and periodontal status.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Angelina Permatasari
Abstrak :
Hepatotoksisitas merupakan suatu kondisi adanya kerusakan hati yang disebabkan oleh penggunaan suatu zat atau obat-obatan tertentu seperti karbon tetraklorida (CCl4). Untuk dapat mencegah terjadinya hal tersebut, dibutuhkan senyawa yang berfungsi sebagai hepatoprotektor seperti antioksidan. Oncom diketahui memiliki kandungan senyawa antioksidan berupa isoflavon. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan hepatoprotekif ekstrak oncom pada tikus yang diberikan CCl4 dengan melakukan pengukuran terhadap aktivitas fosfatase alkali (ALP) dan Gamma Glutamyl Transferase (GGT) plasma tikus. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague-Dawley jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak yaitu, (1) kontrol tanpa perlakuan ;(2) kontrol CCl4 0,55 mg/kgBB ; (3) ekstrak oncom merah (OM) 1 gram/kgBB/hari ; (4) ekstrak OM 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB ; (5) ekstrak oncom hitam (OH) 1 gram/kgBB/hari ; (6) ekstrak OH 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB. Aktivitas ALP diukur dari plasma tikus dengan menggunakan substrat p-NPP dan aktivitas GGT diukur dari plasma tikus dengan menggunakan kit GGT RANDOX pada tiap kelompok perlakuan. Data dianalisis dengan menggunakan One-Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antar tiap kelompok perlakuan terhadap aktivitas ALP (p=0,186) dan GGT (p=0,895). Oleh sebab itu, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian CCl4 dengan dosis 0,55 mg/kgBB tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan pada hati dan pemberian ekstrak oncom dengan dosis 1 gram/kgBB/hari belum terbukti memiliki efek hepatoprotektif apabila dilihat dari aktivitas ALP dan GGT plasma. ......Hepatotoxicity is a condition of liver damage caused by the use of certain substances or drugs such as carbon tetrachloride (CCl4). To prevent liver cells damage, a compound that functions as a hepatoprotector such as antioxidants is needed. Oncom is known to contain antioxidant compounds in the form of isoflavones. This study was conducted with the aim of assessing oncom extract hepatoprotective ability in mice given CCl4 by measuring the activity of alkaline phosphatase (ALP) and Gamma Glutamyl Transferase (GGT) of rats plasma. This study using 24 male Sprague-Dawley rats divided into 6 groups randomly. (1) group without treatment; (2) was given CCl4 0.55 mg / kgBW; (3) was given red oncom extract (RO) 1 gram / kgBW / day; (4) was given RO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW; (5) was given black oncom extract (BO) 1 gram / kgBW / day; (6) was given BO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW. ALP activity was measured from rat plasma using p-NPP substrate and GGT activity was measured from rat plasma using GGT RANDOX kits in each treatment group. Data were analyzed using One-Way ANOVA. The results showed that there was no significant differences of ALP (p=0,186) and GGT (p=0,895) between all treatment groups. Therefore, it can be concluded that the administration of CCl4 0,55mg/kgBB is not causing a liver damage and the administration of oncom extract at a dose of 1 gram / kgBW / day has not been shown to have a hepatoprotective effect when measured by plasma ALP and GGT activity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library