Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Victoria
"Minuman beralkohol yang dikonsumsi oleh masyarakat dapat memicu karsinogenesis karena membentuk metabolit genotoksik N2-Etiliden-2’-deoksiguanosin yaitu sebuah DNA addition product. Akan tetapi, N2-Etiliden-2’-deoksiguanosin tidak stabil dalam bentuk deoksinukleosidanya, maka itu untuk analisis butuh direduksi dengan NaBH4 menjadi N2- Etil-2’-deoksiguanosin yaitu bentuknya yang lebih stabil. Analisis terhadap kadar N2-Etil- 2’-deoksiguanosin menggunakan metode sampling Dried Blood Spot (DBS) dari 15 subjek kelompok uji yang mengonsumsi minuman beralkohol dan 15 subjek kelompok kontrol negatif. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan antara kadar N2-Etil- 2’deoksiguanosin antara subjek yang mengonsumsi minuman beralkohol dengan subjek yang tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Sampel DBS diekstraksi menggunakan seperangkat alat QIAamp DNA Mini Blood Kit dan dianalisis menggunakan instrument Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi – Tandem Spektrometri Massa (KCKUT-SM/SM). Pemisahan menggunakan kolom Acquity UPLC BEH C18 (2,1 mm x 100 mm; 1,7 !m), laju alir 0,1 mL/menit serta fase gerak kombinasi asam asetat 0,1% dan metanol dengan tipe elusi isokratik. Metode bioanalisis ini dengan alopurinol sebagai baku dalam telah memenuhi validasi parsial untuk akurasi dan presisi intra-hari serta kurva kalibrasi dan linearitas. Kurva kalibrasi N2-Etil-2’-deoksiguanosin diperoleh pada rentang 5 – 200 ng/mL dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,990. Hasil analisis pada 15 subjek kelompok uji menunjukkan konsentrasi N2-Etil-2’-deoksiguanosin yang berkisar antara 1,94 s.d 76,60 ng/mL, sementara 15 subjek kelompok negatif berkisar antara -0,08 s.d 1,68 ng/mL. Berdasarkan hasil uji statistik Mann Whitney, terdapat perbedaan signifikan antara kadar N2-Etil-2’- deoksiguanosin kelompok uji dan kelompok kontrol negatif dengan nilai p kurang dari 0,001. Adapun itu, nilai koefisien korelasi Spearman yaitu 0,866 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat.

Alcoholic drinks that are consumed by the general population cause carcinogenesis due to the formation of its genotoxic metabolite, N2-Ethylidene-2’-deoxyguanosine which is a DNA addition product. However, N2-Ethylidene-2’-deoxyguanosine is not stable in its deoxynucleotide form. For analysis, this metabolite is reduced into its stable form, N2-Ethyl- 2’-deoxyguanosine by NaBH4. Analysis of the concentration of N2-Ethyl-2’- deoxyguanosine utilizes Dried Blood Spot sampling method from 15 test subjects who consumes alcoholic beverages and 15 negative control group. This study aimed to determine the difference of N2-Ethyl-2’-deoxyguanosine concentration between subjects who consume alcoholic beverages and those who do not. DBS samples are extracted using tools from QIAamp DNA Mini Blood Kit and analyzed by Ultra High-Performance Liquid Chromatography – Tandem Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS). Seperation was performed using the column Acquity UPLC BEH C18 (2,1 mm x 100 mm; 1,7 !m), flow rate of 0,1 mL/min and mobile phase with the combination of 0,1% acetic acid and methanol using isocratic elusion. The calibration curve for N2-Ethyl-2’-deoxyguanosine ranges from the concentration of 5 – 200 ng/mL with a correlation coefficient of 0,990. The result of the analysis from 15 test subjects resulted in the concentration of N2-Ethyl-2’-deoxyguanosine ranges from 1,94 to 76,60 ng/mL, while 15 control negative subjects range from -0,08 to 1,68 ng/mL. From Mann Whitney statistical analysis, there is a significant difference in N2-Ethyl- 2’-deoxyguanosine concentration of subjects who consume alcoholic beverages and those who do not with a p score of less than 0,001. Furthermore, Spearman correlation coefficient which is 0,866 showed a positive and strong correlation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Listia Anggoro
"Ciu Bekonang adalah minuman beralkohol tradisional yang memiliki kaitan erat dengan desa Bekonang. Ciu merupakan arak tradisional yang telah ada lebih dari seabad melekat dalam setiap aspek masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan Ciu Bekonang dari masa ke masa, baik sebagai komoditas ekonomi maupun sebagai produk budaya, terutama dalam kaitannya dengan budaya minum di Sukoharjo. Penulis menggunakan metode penelitian studi pustaka berbasis anotasi bibliografi dengan melakukan telaah dari data-data sekunder yang membahas Ciu Bekonang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perkembangannya sejak zaman kolonial hingga sekarang, selalu ada upaya dari otoritas untuk melakukan pengaturan terhadap ciu. Pengaturan ini antara lain dilatari oleh anggapan bahwa Ciu Bekonang adalah minuman keras dan produk “gelap”. Kendati demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa Ciu Bekonang tetap bertahan dan dipertahankan oleh para pengrajin dan peminum. Fenomena pemertahanan produksi dan budaya minum ciu yang ada di Sukoharjo dan sekitarnya ini tidak hanya menjadi bentuk ekspresi identitas kultural, namun juga menjadi praktik dimana identitas sosial secara aktif dikonstruksi, diwujudkan, dan ditransformasikan oleh pembuatnya dan peminumnya.

Ciu Bekonang is a traditional liquor that has close ties to Bekonang village. Ciu is a traditional beverage that has existed for more than a century and is embedded in every aspect of society. This study aims to find out the evolving history of ciu Bekonang from time to time, both as an industry, commodity, and cultural product, especially in relation to drinking culture in Sukoharjo. The author used a literature study research method based on bibliographic annotations by reviewing secondary data that discusses the Bekonang ciu. The research results show that the existing authorities, even since the colonial era, have attempted to regulate ciu. This arrangement is motivated by, among other things, the assumption that Ciu Bekonang is liquor and a "dark" product. However, this research shows that Ciu Bekonang survives and being maintained by ciu makers and drinkers. The phenomenon of maintaining production and drinking culture of ciu is not only seen as an expression of cultural identity, but also as a practice in which social identity is actively constructed, realized, and transformed by ciu makers and ciu drinkers."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library