Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isnaeni Yuli Arini
Abstrak :
Industri pesawat terbang adalah industri teknologi tinggi dengan sistem industri yang kompleks. Untuk menyelesaikan permasalahan dalam sistem yang kompleks, dibutuhkan pandangan yang menyeluruh terhadap struktur sistem. Penelitian ini menggunakan pendekatan System Dynamics untuk memahami sistem industri pesawat terbang Indonesia serta mengeksplorasi struktur kebijakan yang dapat mengembangkan industri tersebut. Dengan menguji alternatif-alternatif kebijakan dan berbagai skenario pada model kuantitatif yang telah dibuat, dihasilkan kesimpulan bahwa industri pesawat terbang Indonesia perlu memiliki kebijakan yang dapat mendorong peningkatan pembelian pesawat komersial, karena selama ini industri ini terlalu bergantung kepada pihak militer untuk penjualannya. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperluas model dengan menggunakan data, baik kualitatif maupun kuantitatif, yang dimiliki oleh berbagai pihak yang merupakan para aktor di industri ini. Dengan data yang lebih banyak dan luas, pemodelan untuk dapat dilakukan untuk pengujian alternatif-alternatif kebijakan lainnya dengan lebih luas.
Aircraft industry is a high-tech and complex industry. When solving problems in complex system, a holistic view of the system structure is needed. This research use System Dynamics approach to understand the system structure of Indonesian aircraft inudstri and to explore policy structure that can drive the development the industry. The policy alternatives have been set and simulated in the quantitative model of system dynamics with several scenario conditions that may happened in the future. The result of the simulation shows that Indonesian aircraft industry needs policies that can drive the sales of commercial aircraft since currently the industry still highly depended in the sales of aircraft for military uses. In the future research, the model can be expanded by using the data, both qualitative and quantitative, that hold by several actors of the industry. The more variety of data can be used to expand the model and run other policy alternatives and scenario with more level of confidence.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T54214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Prayitno
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam dunia penerbangan sipil, keselainatan penerbangan adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi. Karena itu perawatan pesawat terbang pada suatu airline adalah kegiatan yang tidak dapat dihindarkan.

Kegiatan perawatan pesawat terbang adalah gabungan kegiatan yang padat modal, padat teknologi dan padat karya secara sekaligus. Dengan demikian kegiatan ini cukup unik dan memerlukan biaya yang tidak sedikit, karena itu kemampuan untuk meramalkan biaya yang dibutuhkan akan sangat menolong perencanaan baik dibidang produksi maupun dibidang keuangan.

Biaya perawatan dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu biaya langsurìg dan biaya tidak langsung (Direct dan Indirect Cost). Biaya langsung terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya material.

Untuk perusahaan penerbangan di-Indonesïa seperti Garuda Indonesia dimana sebagian besar dari suku cadang yang diperlukan masih harus didatangkan dari luar negeri maka untuk menjaga kesinambungan operasi harus mempunyai persediaan yang cukup, dengan kata lain pengelolaan inventory suku cadang harus baik. Besarnya inventory akan mempunyai dampak langsung texhadap net income perusahaan. Karena itu harus diambil kebijaksanaan yang tepat dalam menentukan tingkat persediaan.

Untuk meramalkan kebutuhan jumlah material secara global dapat dilakukan dengan membuat model yang dapat menerangkan hubungan antara spesifikasi pesawat terbang dan beberapa data operasional lainnya dengan jumlah kebutuhan material. Terdapat beberapa metoda yang dikembangkan oleh pabrik pesawat terbang, NASA dan badan penerbangan lainnya, model yang dibuat berdasarkan metoda ini adalah merupakan base line dan kemudian dibandingkan dengan data aktual dan airline bersangkutan untuk mencari. airline factor, sehingga model tersebut dapat digunakan sebagai model airline tertentu. Berdasarkan informasi yang diperoleh dan perhitungan tersebut diharapkan dapat diambil berbagai keputusan mengenai kebijaksanaan tingkat persediaan dalam sistem inventory untuk mendukung operasi. perawatan pesawat terbang pada suatu airline.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Hidayat
Abstrak :
ABSTRAK
Beban yang terjadi pada main landing gear saat touchdown impact merupakan fungsi dari berat pesawat dikalikan dengan ground reaction load factor. Pada CASR Part 23.473 Ground Load Conditions and Assumptions disebutkan bahwa nilai ground reaction load factor berada antara 2 s/d 2.67 dan harus dibuktikan dengan Landing Gear Drop Test LGDT . Dari simulasi dengan kecepatan jatuh vsink 1.7 m/detik dan beban 22 kN diperoleh gaya kontak/impak yang terjadi pada simulasi menggunakan perangkat lunak MSC ADAMS sebesar 73.65 kN, sedangkan menggunakan perangkat lunak Solidworks Motion Analysis sebesar 74.47 kN. Hasil pengujian eksperimental diperoleh gaya kontak/impak sebesar 73.61 kN. Untuk mendapatkan ground reaction load factor dibawah 3 pada vsink = 3.05 m/detik, maka harus menggunakan rubber damper dengan stiffness antara 2000 - 2100 N/mm dan tekanan roda antara 60 - 65 psi.
ABSTRACT
Loads at main landing gear while touchdown impact is function of aircraft weight and ground reaction load factor. In regulation CASR Part 23.473 states ground reaction load factor at vsink 3.05 m s is between 2 to 2.67 and must be proven by Landing Gear Drop Test LGDT . From simulation with vsink 1.7 m s and load 22 kN obtained contact impact force that ensue in MSC ADAMS is 73.65 kN and Solidworks Motion Analysis is 74.47 kN, while from experimental is 73.61 kN. To obtain ground reaction load factor below 3 in vsink 3.05 m s, rubber damper stiffness have to 2000 2100 N mm and tire pressure between 60 65 psi.
2016
T47938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anatoliy Protasov
Abstrak :
Composite sandwich constructions are very widely employed in the modern aircraft industry, honeycomb panels among them. The principal defects of honeycomb sandwiches are cover detachment because of cell collapse or poor adhesive, which can lead to water penetration in cells. Recently, the thermal method of non-destructive testing (infrared thermography) has begun to be applied to the diagnostics of honeycomb constructions, and has some advantages over traditional methods. However, thermal processes are transient, and this complicates the selection of optimal parameters for monitoring. The purpose of this work is to investigate the possibilities of the thermal method for honeycomb panel inspection using computer simulation. The COMSOL Multiphysics package was used for the simulations. A 3D model of the honeycomb panel was proposed, and two possible defects considered: the detachment of the panel cover from the filler and the presence of water in the defective cell. The implementation of the proposed 3D model made it possible to investigate the effect of a defect on the thermal field of the panel surface. The simulation results showed that optimal testing time is significantly different for various types of panels. The correct selection of testing parameters increases the accuracy of the testing procedure. The results of experimental investigation confirmed the adequacy of the proposed model for thermal testing.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2018
UI-IJTECH 9:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, P. Kokoh P.
Abstrak :
Bahan bakar pesawat terbang merupakan salah satu komponen biaya yang menyumbang bagian terbesar terhadap keseluruhan biaya operosi pada suatu maskapai penerbangan. PT Garuda Indonesia sebagai salah satu maskapai penerbangan yang bersifat internasional tidak terlepas dari hal tersebut. Aadapun besarnya bioya bahan bakar pesawat terbang dibandingkan bìaya operasi dalam satu tahun rata-rata mencapai 20%. Harga bahan bakar pesawat terbang sangat bergejolak tergantung dan kondisi pasar. Meskipun dihadapkan pada kondisi harga bahan bakar pesawat terbang yang selalu bergejolak seperti itu, PT Garuda indonesia sampai saat ini belum melakukan upaya pengamanan, sebagai antisipasi dan gejolak hongo bahan bakar pesawat terbang tersebut. Hal tersebut juga mengakibatkan tingginya tingkat ketidak-pastian (Uncertaìnty), dalam Arus Kas PT. Garuda Indonesia. Mengingat hal-hat tersebut maka sebagai Iangkah antisipasi gejolak fluktuasi harga bahan bakar pesawat udara maka PT Garuda indonesia perlu mengkaji kemungkinan melaksanakan upaya pengamanan (Hedging). Sebagai langkah awal dalam melakukan Upaya pengamanan, Hedging maka secara internal PT Garuda Indonesia harus dapat meramalkan harga bahan bakar pesawat udara dimasa mendatang. Penelitian ¡ni mencoba menyusun model peramalan barga bahan bakar pesawat udara serta mengkaji beberapa metode Upaya pengamanan (Hedging) yang umum terdapat di pasaran. Dalam menyusun model peramalan diambil stasiun HonoIulu dan Los AngeIes sebagai contoh kasus. Setelah mencoba beberapa model yaitu metode Exponential Smoothing, Moving Average serta Regresi Linier ternyata hasil terboik ialah dengan metode Moving Average dengan penode 2 (duo), yang setelah diuji tingkat akurasi diperoleh nilai RMSE 7,424 untuk stasiun Honolulu dan RMSE 4,852 untuk stasiun Los Angeles. Pada periode Januori-September 1996 harga bahan bakar pesawat udara ternyata menanjak tinggi diatas harga patokan yang diapakai dalam menyusun anggaran biaya bahan bakar pesawat udara. Hal ini terutama disebabkan oleh menaikknya ketegangan politik di kawasan Timur Tengah. Setelah mengamati gejolak harga bahan bakar pesawot udara serta pemikiran pemikiran yang melandasi adanya praktek Upaya pengamanan, Hedging di dunia penerbangan yang telah dilakukan sebagian besar maskapai penerbongan tingkat dunia, maka disarankan bahwa PT Garuda Indonesia juga melaksanakan Upaya pengamanan, Hedgïng. Tujuan utama utoma melokukan hal tersebut ialah mengurangi faktor resiko yang akan dihadapi sebagai okibat gejolak harga bahan bakar pesawat udara dan bukan sebagai upaya penghemotan biaya atau motif mencari keuntungan. Setelah mengkaji beberapa metode Upaya pengamanan, Hedging maka dipilih metode Cops and Floor sebagai alternatif terbaik, dengan tidak menutup kemungkinan adanya modifikasi metode tersebut agar benar-benar sesuai dengan kondisi PT Garuda Jndonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Ahmad Ridho
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai rencana investasi pada bisnis penerbangan perintis di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan rencana investasi pembelian pesawat N-219 yang akan dilaksanakan oleh PT Pelita Air Service untuk bisnis penerbangan perintis di Kalimantan Utara. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode capital budgeting. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode analisis deskriptif dan pendekatan studi kasus. Penelitian yang dilakukan pada PT Pelita Air Service menunjukkan hasil bahwa rencana investasi yang akan dilakukan layak untuk dilaksanakan dan dapat meningkatkan penghasilan yang lebih baik. Penggunaan metode NPV menunjukkan bahwa rencana investasi tersebut menghasilkan PV Net Cash Flow yang lebih besar dari PV Initial Investment, yaitu sebesar Rp 54.721.058.900. Perhitungan dengan metode B/C Ratio diperoleh hasil 1,11, dan melalui metode IRR diperoleh hasil 19,03, lebih besar dari tingkat pengembalian yang diinginkan perusahaan yaitu sebesar 6,5. Perhitungan metode payback period diketahui bahwa periode pengembaliannya lebih singkat daripada masa pengembalian maksimal investasi, yaitu 3 tahun 5 bulan 10 hari. Pada penggunaan metode ARR diperoleh hasil 10, telah melewati tingkat pengembalian yang diharapkan oleh perusahaan yang sama dengan pengembalian deposito bank pada tenor 1 tahun. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan subsidi sangat berpengaruh terhadap kelayakan investasi yang dilakukan.
ABSTRACT
This study discusses the investment plan on pioneer flight business in Indonesia. The purpose of this study is to know the feasibility of investment plan to purchase N 219 aircraft to be implemented by PT Pelita Air Service for pioneer flight business in North Kalimantan. The study is conducted by using capital budgeting method. This research uses quantitative research type with descriptive analysis method and case study approach. The study that is conducted at PT Pelita Air Service shows the result that the investment plan will be feasible to be implemented and can increase the income better. The use of the NPV method indicates that the investment plan resulted in a larger PV Net Cash Flow than PV Initial Investment, which is amounted to Rp 54,721,058,900. Calculation by B C Ratio method obtained result of 1,11, and through IRR method obtained result of 19,03, bigger than rate of return which is wanted by company that is equal to 6,5. Calculation by payback period method shows that the payback period is shorter than the maximum payback period from the investment, which is 3 years 5 months 10 days. On the use of ARR method obtained result of 10 , it has exceeded the expected rate of return by the company which is equal to the return of bank deposits in 1 year. Sensitivity analysis indicates that the subsidy decline is very influential on the feasibility of investments that is made.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Wulan Piniji
Abstrak :
[ABSTRAK
Industri penerbangan tumbuh begitu cepat dalam dua dekade. Jumlah penumpang meningkat drastis. Di lain pihak, airline menghadapi tantangan terkait dengan capacity yang bisa disediakan dan faktor eksternal. Meningkatnya permintaan perjalanan udara tidak selalu sejalan dengan meningkatnya keuntungan karena industri penerbangan harus berkompetisi dengan rivalnya. Deregulasi industri penerbangan telah mengubah pintu masuk dan pintu keluar menjadi lebih fleksibel.

Studi lebih lanjut mengenai penentu profitabilitas industri penerbangan diperlukan untuk mengetahui faktor yang menjadikan industri ini menguntungkan. Dengan menggunakan regresi linear berganda, penelitian ini menguji sisi operasi, keuangan, dan kompetisi terhadap profitabilitas maskapai penerbangan. Hasil dari penelitian ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya bahwa operasional memberi dampak terhadap profitabilitas maskapai. Beberapa faktor diuji. Jumlah pesawat memberi dampak positif terhadap profitabilitas. Meski begitu, peningkatan ini bisa dilakukan dengan bergabung aliansi sebagai bagian strategi untuk tumbuh. Sedang tingkat isian pesawat tidak memberi pengaruh.

Konsentrasi trafik perjalanan udara sebagai ukuran kompetisi telah memberi informasi bahwa hal ini berpengaruh terhadap profitabilitas maskapai. Peningkatan konsentrasi dapat dilakukan melalui penambahan rute dan frekuensi penerbangan. Selain itu, maskapai bisa menarik konsumen dengan membedakan kualitas produk antar maskapai. Dikarenakan industri penerbangan tumbuh, maka diperlukan dukungan modal agar industri penerbangan dapat menyediakan kapasitas sesuai permintaan perjalanan udara. Tingkat utang memberi pengaruh positif dalam meningkatkan profitabilitas maskapai dengan limitasi tertentu.
ABSTRACT
The airline industry has become more rapid growth in a two decades. Number of passengers increase drastically. On the other hand, airlines facing some challenges in conjunction with internal capacity creates and external shocks. Increasing demand do not linearly increasing profitability since they have to compete over the rivals. Deregulation airline industry has changing the entry and exit to market lower.

The study about determinants of airlines profitability is required to ensure the airlines in profitabile operations. By multiple linear regression, research is examining operational, financial, and competition issue to find these effect into profitability. The research results confirmed previous study that operational performance has affect to airlines profitability. Several factors in operational has tested. Fleet size as variables operational has consistently impact to profitability. However, alliances as the other ways increasing size could be considering as part of strategic to growth while load factor has no affect in predicting profit.

The industry concentration as competition measurement has provide insight to the research that competition has affect to profitability. Increasing concentration could achieved by increase fligth frequencies particularly into routes that profitable. In addition, airlines shall attract passengers more by offering product market quality that can distinguished by consumers. Since the industry growth driven by demand, airlines required more financial supports in providing capacity of air traffics. The financial leveraged has play a key role in generating profitability.;The airline industry has become more rapid growth in a two decades. Number of passengers increase drastically. On the other hand, airlines facing some challenges in conjunction with internal capacity creates and external shocks. Increasing demand do not linearly increasing profitability since they have to compete over the rivals. Deregulation airline industry has changing the entry and exit to market lower. The study about determinants of airlines profitability is required to ensure the airlines in profitabile operations. By multiple linear regression, research is examining operational, financial, and competition issue to find these effect into profitability. The research results confirmed previous study that operational performance has affect to airlines profitability. Several factors in operational has tested. Fleet size as variables operational has consistently impact to profitability. However, alliances as the other ways increasing size could be considering as part of strategic to growth while load factor has no affect in predicting profit. The industry concentration as competition measurement has provide insight to the research that competition has affect to profitability. Increasing concentration could achieved by increase fligth frequencies particularly into routes that profitable. In addition, airlines shall attract passengers more by offering product market quality that can distinguished by consumers. Since the industry growth driven by demand, airlines required more financial supports in providing capacity of air traffics. The financial leveraged has play a key role in generating profitability., The airline industry has become more rapid growth in a two decades. Number of passengers increase drastically. On the other hand, airlines facing some challenges in conjunction with internal capacity creates and external shocks. Increasing demand do not linearly increasing profitability since they have to compete over the rivals. Deregulation airline industry has changing the entry and exit to market lower. The study about determinants of airlines profitability is required to ensure the airlines in profitabile operations. By multiple linear regression, research is examining operational, financial, and competition issue to find these effect into profitability. The research results confirmed previous study that operational performance has affect to airlines profitability. Several factors in operational has tested. Fleet size as variables operational has consistently impact to profitability. However, alliances as the other ways increasing size could be considering as part of strategic to growth while load factor has no affect in predicting profit. The industry concentration as competition measurement has provide insight to the research that competition has affect to profitability. Increasing concentration could achieved by increase fligth frequencies particularly into routes that profitable. In addition, airlines shall attract passengers more by offering product market quality that can distinguished by consumers. Since the industry growth driven by demand, airlines required more financial supports in providing capacity of air traffics. The financial leveraged has play a key role in generating profitability.]
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danartomo Kusumoaji
Abstrak :
Perkembangan penelitian untuk pesawat tanpa awak mulai banyak dilakukan. Penggunaan pesawat tanpa awak sangat beragam seperti contohnya dari sekedar hobi bermain menerbangkan pesawat tanpa awak dengan menggunakan remote control hingga penggunaan pesawat tanpa awak untuk keperluan fotografi udara. Manfaat atau penggunaan dari pesawat tanpa awak bisa disebut sebagai sebuah misi. Misi dari suatu pesawat menjadi acuan awal untuk melakukan proses perancangan atau desain. Dari misi pesawat tersebut didapatkan sejumlah persyaratan tertentu yang harus bisa dipenuhi oleh desain pesawat itu sendiri.Pada tahap desain konseptual pesawat akan diawali dengan penentuan sejumlah persyaratan yang akan menjadi titik acuan dalam proses tahapan perancangan. Kemudian setelah persyaratan misi pesawat telah ditentukan maka proses selanjutnya adalah penentuan berat pesawat. Dari penentuan berat pesawat ini maka akan didapatkan data awal untuk menentukan luas sayap yang berfungsi untuk dapat menghasilkan gaya angkat. Kemudian akan diperhitungkan juga berapa besar tenaga yang dibutuhkan unutk dapat mendorong pesawat tersebut. Ukuran badan pesawat akan diperhitungkan dengan memperkirakan kebutuhan muatan yang akan dibawa didalam badan pesawat. Dimensi ekor pesawat akan ditentukan dengan memperkirakan besarnya momen yang terjadi untuk mengembalikan sikap pesawat pada posisi semula. Hasil akhir dari desain konseptual adalah sebuah tampilan konsep pesawat dalam tiga tampilan gambar. Dari hasil konsep desain pesawat tanpa awak tersebut selanjutnya akan dilakukan analisis awal yang meliputi pengujian model dalam perangkat lunak XFLR5 dan pengujian model dalam terowongan angin subsonik. Dari hasil pengujian adalah pemenuhan terhadap persyaratan prestasi terbang yang pada fase jarak take off, rate of climb,jarak landing dan jarak tempuh terbang sudah dapat memenuhi persyaratan misi yang telah ditentukan namun untuk prestasi terbang kecepatan stall belum dapat terpenuhi.
Research developments for unmanned aircraft have been made. The use of unmanned aircraft is very diverse as for example from a hobby of flying unmanned aircraft by using the remote control until the use of unmanned aircraft for the purposes of aerial photography. The benefits or use of an unmanned aircraft may be referred to as a mission. The mission of a plane becomes the initial reference for the design or design process. From the mission of the aircraft is obtained a number of certain requirements that must be met by the design of the aircraft itself. In the conceptual design stage the aircraft will begin with the determination of a number of requirements that will be the reference point in the design stage process. Then after the aircraft mission requirements have been determined then the next process is the determination of the aircraft weight. From the determination of this aircraft weight will be obtained preliminary data to determine the area of the wing that serves to produce lift. Then will also be taken into account how much energy needed to be able to push the plane. The size of the fuselage will be calculated by estimating the need for the load to be carried inside the fuselage. The tail dimension of the aircraft will be determined by estimating the magnitude of the moment to restore the aircraft 39 s original position. The final result of the conceptual design is a concept airplane display in three display images. From the results of the draft concept of unmanned aircraft will then be conducted preliminary analysis which includes model testing in XFLR5 software and model testing in subsonic wind tunnel. From the test results is the fulfillment of the requirements of the achievement of the fly in the phase of the distance take off, rate of climb, landing distance and range of flying can meet the requirements of the mission that has been determined but for the achievement of flying stall speed can not be achieved.Keywords conceptual design unmanned aircraft wind tunnel.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdha Dien Azka
Abstrak :
ABSTRAK
Tingkat pertumbuhan penerbangan komersial di Indonesia yang terus meningkat dan membuat potensi pertumbuhan industri pemeliharaan pesawat terbang MRO; Maintenance, Repair, Overhaul di Indonesia juga meningkat. Persaingan ketat antara MRO di Indonesia menuntut strategi manajemen kualitas yang tepat agar dapat bersaing secara global. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi manajemen kualitas yang paling tepat untuk perusahaan pesawat terbang Indonesia didasarkan pada model Kano Model, Analytic Hierarchy Process AHP , dan Quality Function Deployment QFD , untuk memahami dan menganalisis kebutuhan pelanggan. Hasil penelitian ini adalah strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan pesawat terbang Indonesia MRO untuk meningkatkan kualitas produk serta mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan.
ABSTRACT
The growth of commercial aviation in Indonesia is increasing and making the potential growth of MRO maintenance, repair, overhaul company. Tight competition among MRO companies in Indonesia demands the right quality management strategy to compete globally. This research objective is to find quality management strategy for Indonesian aircraft MRO companies, based on Kano Model, AHP, and QFD to analyze customer rsquo s need. The results of this study are strategies that can be applied by Indonesian aircraft MRO companies to improve quality and maintain company rsquo s competitive advantage.
2018
T51593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library