Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Samuel Peratenta
Abstrak :
Kualitas udara adalah salah satu penentu kesehatan yang penting. Polusi udara dikaitkan dengan spektrum luas penyakit akut dan kronis, seperti kanker paru-paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan penyakit kardiovaskular. Particulate Matter 2.5 um (PM 2.5) dianggap sebagai salah satu polutan udara paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran konsentrasi PM2,5, PM1, PM0,5, dan PM0,25 dengan fungsi paru-paru di warga Kabupaten Karet Tengsin, Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan 57 peserta dari warga Kabupaten Karet Tengsin, Jakarta. Pengukuran fungsi paru dilakukan dengan spirometri. Pengambilan sampel PM dilakukan pada 28 titik menggunakan pompa dengan laju aliran 9L/menit, bertahan 2 jam. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi PM rata-rata antara 45,77-121,888 ug/m3. Responden dengan restriksi paru 24,6%, dan obstruksi paru 17,5%.
Air quality is one of the important health determinants. Air pollution is associated with a broad spectrum of acute and chronic diseases, such as lung cancer, chronic obstructive pulmonary disease (COPD) and cardiovascular disease. Particulate Matter 2.5 um (PM 2.5) is considered as one of the most dangerous air pollutants for human health. This study aims to analyze the picture of PM2,5, PM1, PM0,5, and PM0,25 concentrations with lung function in residents of Karet Tengsin District, Jakarta. This study uses a cross-sectional research design with 57 participants from the residents of Karet Tengsin District, Jakarta. Measurement of pulmonary function is carried out with spirometry. PM sampling is carried out at 28 points using a pump with a flow rate of 9L / min, surviving 2 hours. The results showed the average PM concentration between 45.77-121.888 ug/m3. Respondents with pulmonary restriction of 24.6%, and pulmonary obstruction 17.5%.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Moetiara
Abstrak :
Penelitian ini membahas efektivitas program PT. X dalam perlindungan kesehatan saluran pernapasan pegawainya akibat pajanan PM2,5 di ruangan kantor ketika periode kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Dengan pendekatan kuantitatif deskriptif, efektivitas program dievaluasi dengan membandingkan tingkat konsentrasi PM2,5 dalam gedung kantor, dan jumlah keluhan saluran pernapasan akut subyektif okupan ketika Periode Asap dan Periode Nonasap. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan median konsentrasi PM2,5 di area kerja antara Periode Asap dan Nonasap. Disimpulkan program pengendalian area kerja yang mencakup isolasi dan penggunaan penjernih udara tidak efektif dalam mengendalikan PM2,5 di Kantor Z Riau ketika periode kabut asap. Tidak efektifnya pengendalian area kerja memberi risiko kesehatan atas pajanan PM2,5 terhadap pegawai di Kantor Z Riau. Hal ini terkonfirmasi dengan hasil uji statistik bahwa terdapat perbedaan keluhan pernapasan akut okupan yang signifikan antara ketika Periode Asap dan Nonasap. Disimpulkan bahwa program perlindungan kesehatan pegawai PT. X ketika kabut asap tidak berjalan efektif. Penelitian ini menyarankan PT. X menetapkan dan melakukan pemantauan target indikator keberhasilan program, dan fokus pada pembentukan perilaku selamat pegawai ketika periode asap. Penelitian ini juga menyarankan pemerintah mempertegas intervensi pencegahan dan tanggap karhutla, serta memutakhirkan BMUA PM2,5 agar selaras dengan Panduan Kualitas Udara dari WHO (2006). ......The focus of this study is to evaluate effectiveness of PT. X’s employees health protection program during haze period due to PM2. Quantitative-descriptive approach is used to evaluate the program effectiveness by comparing each variable of PM concentration at work area, and office worker’s (occupant) acute respiratory complaints between aze and Nonhaze Periods. Statistic test result shows significant difference for PM2.5 median, and acute respiratory complaints between both periods. It concludes PT. X’s program to control PM2.5 indoor concentration through isolation and air purifier is ineffective. It impacts to occupant’s health risk for exposed with PM2.5 at office work area, which confirmed with statistic difference for acute respiratory complaints between Haze and Nonhaze Periods. It concludes PT. X’s Program in Z Office Riau is not effective to prevent acute respiratory complaints. This research suggests PT. X to set and monitor performance indicator target of each program. This research also suggest government to enforce forest fire prevention and response, and to update ambient air quality standard for PM2.5 to be aligned with WHO Air Quality Guideline (2006).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Ganesha Prihardanu
Abstrak :
Urbanisasi terus mendegradasi komponen vital lingkungan, termasuk kualitas udara. Studi BPS menunjukkan mayoritas ventilasi udara di rumah secara nasional tidak memadai. Studi ini mengaitkan kualitas udara dalam ruang (KUDR) hunian urban dengan status sosioekonomi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh status sosioekonomi terhadap karakteristik penghuni yang berhubungan dengan kualitas udara lingkungan, kondisi fisik hunian, dan KUDR hunian; dan merumuskan strategi kebijakan pemerintah terkait KUDR hunian. Penentuan sampel riset di RW 10, Pasar Manggis, Jakarta Selatan, ini menggunakan stratified convenience sampling, dengan 2 tipe akses rumah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan mixed method. Pengambilan data dengan wawancara, observasi fisik hunian, dan pemantauan KUDR selama 12 jam untuk PM2.5, suhu, dan kelembaban. Data kualitas udara lingkungan dari stasiun pengukuran udara ambien terdekat didapat secara daring. Analisis deskriptif menunjukkan status sosioekonomi berpengaruh terhadap karakteristik penghuni yang memengaruhi KUDR. Analisis regresi linier berganda dengan Statplus dan Microsoft Excel menunjukkan tingkat pengaruh antar variabel dan menghasilkan persamaan prediksi. Temuan kesenjangan terhadap standar menjadi masukan untuk strategi kebijakan pemerintah terkait KUDR hunian. Temuan kualitatif menunjukkan komunitas hunian urban padat yang sudah tinggal bersama dalam waktu lama memiliki toleransi yang tinggi terhadap penurunan KUDR akibat akitivitas usaha tetangganya dan perilaku merokok di rumah. ......Urbanization continues to degrade vital components of environment, including air quality. BPS study showed the majority of home air ventilation is not adequate. This study associates indoor air quality (IAQ) of urban residentials with socioeconomic status. The aims of this study were to analyze the influence of socioeconomic status on occupant characteristics related to the environmental air quality, residential physical condition, and IAQ; and formulate government policy strategies related to residential IAQ. Determination of the research sample in RW 10, Pasar Manggis, South Jakarta, used stratified convenience sampling, with 2 types of home access. This research used quantitative approach and mixed method. Data were collected by interviews, physical observation, and 12-hour IAQ monitoring for PM2.5, temperature, and humidity. Environmental air quality data from the nearest ambient air measurement station is obtained online. Descriptive analysis showed that socioeconomic status has an influence on occupant characteristics that affect IAQ. Multiple linear regression analysis with Statplus and Microsoft Excel showed the level of influence between variables and produced predictive equation. The finding of gaps against standards becomes input for the government's policy strategy related to residential IAQ. Qualitative findings show that dense urban residential communities who have lived together for a long time have a high tolerance for the decline in IAQ due to the businesses activities of their neighbors and home-smoking behaviour.
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Fadlilah
Abstrak :
Kualitas udara, keterlibatan paramedis, sarana dan fasilitas di rumah sakit memiliki faktor risiko penyebab penularan Health Care-Associated Infections (HAIs). Aktivitas rumah sakit diharapkan tidak mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengukur kualitas udara; menganalisis kualitas udara, keterlibatan paramedis, sarana dan fasilitas terhadap HAIs; mengonsepkan rekomendasi untuk pencegahan HAIs. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode mix method aitu gabungan kuantitatif dan kualitatif dengan uji laboratorium, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas udara parameter suhu, kelembaban, dan angka kuman udara tidak memenuhi baku mutu, sedangkan intensitas cahaya memenuhi baku mutu. Tingkat keterlibatan paramedis kategori baik, serta sarana dan fasilitas dinilai lengkap. Kasus HAIs di Rumah Sakit X tahun 2020 adalah 0%, sehingga kualitas udara tidak memiliki hubungan pada HAIs, keterlibatan paramedis serta sarana dan fasilitas memiliki hubungan yang positif pada HAIs. Optimalisasi program kerja pencegahan dan pengendalian infeksi perlu dilakukan. ......Air quality, involvement of paramedics, and facilities in hospitals are risk factors for transmitting Health Care-Associated Infections (HAIs). Hospital activities are expected to protect public health and the environment. This study aimed to measure air quality, analyze air quality, involvement of paramedics, prevention facilities of HAIs, develop recommendations for the prevention of HAIs. This research uses a quantitative approach with the mixed method—a quantitative and qualitative combination of laboratory tests, observations, and interviews. The results showed that air quality did not fulfill the temperature, humidity, and airborne bacteria regulation standards. The light intensity still met the regulations standards. The level of involvement of paramedics was in a suitable category, and the facilities were considered complete. Cases of HAIs at Hospital X in 2020 were 0%, so air quality does not correlate with HAIs. The involvement of paramedics and facilities is positively correlated with HAIs. Optimization of infection prevention and control work programs needs to be improved.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Valentina
Abstrak :
Sejak tahun 2012, salah satu Perusahaan Migas memiliki permasalahan kualitas udara yang belum dapat teratasi hingga saat ini, yaitu kelembaban relative (RH) yang tinggi dan pertumbuhan mikrobiologi (jamur dan bakteri) di dalam ruangan pada bangunan akomodasi dan perkantoran. Hingga akhirnya modifikasi sistem HVAC, perbaikan bangunan bocor dan pemasangan UV-C light telah dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi efektivitas pengendalian sistem tata udara dalam mengatasi permasalahan kualitas udara. Desain penelitian adalah cross sectional kuantitatif dengan analisis uji statistik. Penelitian dilakukan dengan statistik deskriptif dan uji komparasi pada parameter IAQ dan gejala SBS sebelum dan setelah modifikasi. Parameter IAQ meliputi temperatur, RH, air movement, VOC, CO2, O2, serta total jamur dan bakteri di udara dan permukaan. Agar dapat memberikan rekomendasi yang tepat dilakukan pula uji korelasi untuk menganalisis pengaruh antara parameter fisik dan kimia terhadap pertumbuhan mikrobiologi, serta pengaruh thermoregulation behavior dan aktivitas penghuni terhadap kondisi kualitas udara dan gejala keluhan SBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kualitas udara setelah modifikasi (HVAC dan UV-C light) mengalami perbaikan kondisi yang signifikan pada parameter RH, bakteri dan jamur di udara, bakteri dan jamur di permukaan. Thermoregulation behavior, aktivitas penghuni dan gejala SBS memiliki perubahan yang baik setelah modifikasi. Kelembaban relatif (RH), CO2 dan O2 signifikan mempengaruhi pertumbuhan mikrobiologi (jamur dan bakteri) di dalam ruangan. Aktivitas penghuni dan thermoregulation behavior secara signifikan mempengaruhi kondisi kualitas udara dan gejala keluhan SBS. Modifikasi HVAC dan perbaikan bangunan bocor terbukti efektif dalam menurunkan RH di dalam ruangan. Pemasangan UV-C light pada sistem HVAC dan UV-C light portable terbukti efektif untuk mendisinfeksi jamur dan bakteri di udara, jamur di permukaan diffuser dan sistem HVAC di bangunan akomodasi dan perkantoran. Pengendalian sistem tata udara (HVAC dan UV-C light) secara signifikan dapat memperbaiki permasalahan kualitas udara, namun kondisi ini harus selalu dipertahankan dan ditingkatkan untuk mencapai kondisi sesuai dengan standar KUDR. Rekomendasi mitigasi yang diberikan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan kualitas udara tersebut. ......Since 2012, an Oil and Gas Company has Indoor Air Quality (IAQ) problems that have not been resolved until now, such as the high relative humidity (RH) and microbiological growth (mold and bacteria) indoors in accommodation and office buildings. Finally, the HVAC system modifications, leaking building repairs and UV-C light installation have been implemented. Therefore, an evaluation of the effectiveness of HVAC system control is needed in addressing IAQ problems. Research design is a quantitative cross sectional study with statistical analysis. The study was conducted with descriptive statistics and statistical comparative tests on IAQ parameters and SBS symptoms before and after modification. The IAQ parameters include temperature, RH, air movement, VOC, CO2, O2, total mold and total bacteria in ambient air and surface area. In order to provide appropriate recommendations, statistical correlation tests were conducted to analyze the influence between physical and chemical IAQ parameters on microbiological growth, as well as the influence of thermoregulation behaviour and occupant activity on air quality conditions and SBS symptoms. The study results showed that IAQ conditions after modification (HVAC and UV-C light) has significant improvements in RH, bacteria and mold in ambient air, bacteria and fungi on the surface. Thermoregulation behaviour, occupant activity and SBS symptoms have good changes after modification. RH, CO2 and O2 significantly affect the microbiological growth (mold and bacteria) indoors. Occupant activity and thermoregulation behaviour significantly affected IAQ conditions and SBS symptoms. HVAC modifications and leaky building repairs have proven effective in lowering RH indoors. Installation of UV-C light on HVAC systems and portable UV-C light has proven effective for disinfecting airborne molds and bacteria, mold on diffuser surfaces and HVAC systems in accommodation and office buildings. Modification of HVAC systems and UV-C light can significantly improve IAQ problems, but these conditions must always be maintained and improved to achieve acceptable conditions based on IAQ standards. Mitigation recommendations are expected to solve the air quality problem.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Purnama
Abstrak :
Potensi pencemar luar rumah (mis. industri meubel/kayu dan jalan raya) mempengaruhi kualitas udara dalam rumah, serta meningkatkan risiko ISPA pada anak balita. Di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur ditemukan kasus ISPA sebesar 1.446 atau 17,55% dari total jumlah kasus. Penelitian menggunakan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui gambaran ISPA anak balita menurut kualitas udara dalam rumahnya di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur tahun 2013. Besar sampel ditentukan menggunakan rumus Lemeshow (1997), dan didapat 120 sampel menggunakan teknik multistage sampling. Proporsi ISPA adalah sebesar 60%. Anak balita ISPA pada rumah dengan kualitas udara (PM10 dan NO2) tidak memenuhi syarat adalah sebesar 30 (83,3%) dan 71 (60,7%). Pada analisis multivariat, variabel ventilasi, penghuni rumah merokok, dan pemberian vitamin A, memiliki hubungan paling kuat dengan ISPA anak balita. Disimpulkan pajanan PM10 dengan konsentrasi tidak memenuhi syarat berhubungan dengan kejadian ISPA, disamping variabel ventilasi, penghuni rumah merokok, dan pemberian vitamin A yang berfungsi meningkatkan kekebalan terhadap kejadian infeksi pada anak balita. Perlu dilakukan upaya penyehatan perumahan/pemukiman, promosi kesehatan (kampanye anti rokok), serta pemberian suplemen vitamin A pada anak balita ......Potential outdoor pollutant sources (eg. furniture/timber industry and roadway) can affect indoor air quality in house, and increase acute respiratory infection (ARI) risk in children under five. In Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, found 1.446 ARI cases or 17,55% to its total cases. This research use a cross sectional design, which aim to picture children under five’s ARI by its indoor air quality in house in Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, in 2013. Sample size was determined by Lemeshow (1997) equation, then 120 samples had choosen using multistage sampling. 60% ARI’s proportion was reported in this research. There was 30 (83,3%) and 71 (60,7%) of unmeet standart indoor air quality in house (PMjo and NO2), children under five with ARI was reported. House ventilation, smoker in house, and vitamin A suplementation, had more significant relationship with children under five’s ARI incident according to multivariate analysis result. It conclude that unmeet standard PM10, have significant relationship with children under five ARI incident, beside house ventilation, smoker in house, and vitamin A suplementation which can increase children under five immunity to any infection. Due to the research results, it advisable to measure a housing health programme, anti smoking campaign (health promotion programme), and vitamin A suplementation fo children under five programme
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T42725
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Putri Larasati
Abstrak :
Istilah Sick Building Syndrome (SBS) digunakan untuk menjelaskan situasi dimana penghuni bangunan mengalami efek kesehatan dan kenyamanan akut yang berhubungan dengan waktu yang dihabiskan di dalam bangunan. Indoor Air Quality (IAQ) atau kualitas udara dalam ruangan menjadi perhatian karena rata-rata manusia menghabiskan waktunya 90% di dalam ruangan. Maka dari itu, diperlukan pertukaran udara yang memadai dalam sebuah bangunan. Sistem HVAC merupakan peralatan yang dapat memberikan pemanasan, pendinginan, penyaringan udara luar ruangan, dan kontrol kelembaban untuk menjaga kenyamanan. Perkembangan teknologi di era industri 4.0 semakin memudahkan manusia, tidak terkecuali pada bidang konstruksi. Pada penelitian ini, akan dipelajari pengembangan machine learning untuk memprediksi desain sistem HVAC agar memenuhi parameter IAQ pada bangunan sehat di Indonesia. Tinjauan literatur mengenai parameter IAQ pada bangunan sehat dari berbagai sumber dilakukan untuk mengidentifikasi kesamaan dan kesenjangan parameter pada bangunan sehat dengan parameter yang berlaku di Indonesia. Tinjauan literatur menghasilkan parameter kualitas udara dalam ruangan untuk konsep bangunan sehat di Indonesia. Rapidminer digunakan untuk pembuatan empat buah model dan model divalidasi dengan metode Mean Absolute Error (MAE) dan confusion matrix. Model prediksi beban pendingin memiliki kesalahan relatif sebesar 1,11%. Model prediksi jenis chiller memiliki kesalahan relatif sebesar 3,33%. Model prediksi jenis AHU memiliki kesalahan relatif sebesar 10%. Model prediksi luas filter memiliki kesalahan relatif sebesar 1,22%. ......The term Sick Building Syndrome (SBS) is used to describe situations in which building occupants experience acute health and comfort effects related to time spent in a building. Indoor Air Quality (IAQ) is a concern because the average human spends 90% of his time indoors. Therefore, adequate air exchange is needed in a building. HVAC systems are equipment that can provide heating, cooling, outdoor air filtration, and humidity control to maintain comfort. Technological developments in the industrial era 4.0 have made it easier for humans, including the construction sector. In this study, we will study the development of machine learning to predict the design of the HVAC system to meet the IAQ parameters in healthy buildings in Indonesia. Literature review regarding IAQ parameters in healthy buildings from various sources was carried out to identify similarities and gaps in parameters in healthy buildings with parameters that apply in Indonesia. The literature review resulted in indoor air quality parameters for the concept of healthy buildings in Indonesia. Rapidminer is used for the manufacture of four models and the model is validated by the Mean Absolute Error (MAE) and confusion matrix methods. The cooling load prediction model has a relative error of 1.11%. The chiller type prediction model has a relative error of 3.33%. The AHU type prediction model has a relative error of 10%. The filter area prediction model has a relative error of 1.22%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aep Saepudin
Abstrak :
Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sehat maupun orang sakit fungsinya sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, serta dapat menjadi sumber infeksi oleh mikroba patogen terutama Staphylococcus aureus yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas fisik udara, kebersihan ruangan, kepadatan hunian, jumlah pengunjung, ventilasi frekuensi pemebersihan lantai. Rumusan masalah bagaimana gambaran kualitas udara rumah sakit dan keberadaan angka bakteri Staphyloccocus aureus di ruang rawat inap RSUD dr.Slamet Garut ndash; 2017. Penelitian ini bersifat deskiptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas udara rumah sakit keberadaan angka bakteri Staphylococcus aureus di ruang rawat inap RSUD dr.Slamet Garut. Pengambilan sampel dalam penelitian adalah total populasi ruang rawat inap sebanyak 17 Ruang Rawat Inap. Hasil penelitian di ruang rawat inap ini 100 temperatur tidak memenuhi syarat, 64.7 kelembaban tidak memenuhi syarat, 41,2 Pencahayaan tidak memenuhi syarat, 47 Kepadatan hunian tidak memenuhi syarat, jumlah pengunjung 11.8 tidak memenuhi syarat, ventilasi 100 tidak memenuhi syarat, Frekuensi pembersihan lantai 100 memenuhi syarat, kebersihan ruangan 11.8 tidak memenuhi syarat dan keberadaan angka bakteri staphylococcus aureus 53 tidak memenuhi syarat. Temperatur dan kelembaban yang tinggi di ruang rawat inap tersebut diperlukan pendingin ruangan agar temperatur dapat dipertahankan sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk masalah pencahayaan yang tidak masuk ke ruangan dan tingginya angka bakteri Staphylococcus aureus diperlukan perbaikan ventilasi agar cahaya dapat masuk menerangi ruangan dan untuk pencahayaan yang tinggi melapisi ventilasi dengan gorden dan melakukan desinfeksi baik secara fisik maupun kimia selain itu untuk jumlah pengunjung, kepadatan hunian serta kebersihan ruangan lebih ditertibkan. ...... The hospital is a gathering place for healthy people as well as ill people as a place of healing illness and health restoration, and can be a source of infection by pathogenic microbes especially Staphylococcus aureus whose growth is influenced by several factors such as physical quality of air, room cleanliness, occupancy density, Ventilation frequency of floor cleaning. The formulation of the problem how is the air quality hospitals and the existence of Staphyloccocus aureus bacterial numbers in the inpatient unit dr.Slamet Garut Hospital deskiptif 2017. This study is aimed to find a picture of the air quality hospitals and the presence of Staphylococcus aureus bacteria numbers in the inpatient hospital Dr.Slamet Garut. The samples in the study was the total population were 17 inpatient ward patient wards. The results of the research in the inpatient unit is 100 temperature not eligible, 64.7 moisture does not qualify, 41.2 Lighting ineligible, 47 occupancy density is not eligible, the number of visitors 11.8 do not qualify, the vents 100 no qualify, frequency of cleaning the floor 100 qualified, room cleanliness 11.8 do not qualify and the presence of staphylococcus aureus bacteria figure 53 are not eligible. Temperature and high humidity in the inpatient unit of the required cooling the room so the temperature can be maintained as required. As for the lighting issues that do not get into the room and the high number of Staphylococcus aureus bacteria needed repair ventilation so that light can enter the light the room and for a high luminance lining vents with curtains and perform disinfection, both physically and chemically in addition to the number of visitors, occupancy density and Cleanliness of the room is more disciplined.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniatun
Abstrak :
Kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki potensi penyakit (Achmadi, 2014). Penelitian ini bertujuan melihat hubungan konsentrasi PM2.5 terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pedagang di Terminal Bus Senen. Hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi PM2.5 mencapai 219 µg/m3. Didapatkan pedagang dengan ISPA sebesar 28% dari 93 sampel. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kejadian ISPA (p=0,027). Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara paparan PM2.5 , umur, status gizi, status merokok dan durasi kerja. Selanjutnya diperlukan pemantauan uji emisi kendaraan dan pemantauan kualitas udara.
Disease events are the result of interactive relationships between humans and their behavior and environmental components that have potential diseases (Achmadi, 2014).. This study aims to look at the correlation between PM2.5 with Incident Acute Respiratory Infection (ARI) at Merchant of Terminal Bus Senen. The results of this study showed PM2.5 concentration reached 219 µg/m3. Acute Respiratory Infection was found 28% of 93 samples. There were significant correlation between the length of work and the incidence of ARI (p = 0.027). There were no significant correlation was found with PM2.5 exposure, age, nutritional status, smoking status and duration of work. Furthermore, monitoring of vehicle emission testing and air quality monitoring.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurusysyarifah Aliyyah
Abstrak :
Hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang cukup serius karena dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal dan penyakit lainnya. Wilayah di DKI Jakarta dengan prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan diagnosis dokter yaitu Kota Jakarta Pusat sebesar 12,16%. Partikulat meter organik dan komponen partikulat meter dapat memicu proinflammatory effects pada paru-paru karena kemampuannya mengakibatkan stress oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model pengaruh pajanan PM2,5 di udara ambien terhadap kejadian hipertensi melalui stress oksidatif dan sitokin inflamasi pada penduduk di Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan pada penduduk dewasa (18-65 tahun) di Kota Jakarta Pusat dengan disain studi hybrid cross sectional ecology. Pengumpulan data secara cluster random sampling dengan analisis data dilakukan melalui pemodelan regresi logistik multilevel dan cox regresi proporsional hazard. Hasil analisis menunjukkan terdapat asosiasi antara PM2,5 di udara ambien dengan biomarker stress oksidatif (IOR PM2,5: 2,185173-2,185176) dan dengan biomarker sitokin inflamasi (IOR PM2,5: 1,21-1,91). Pemodelan multivariat dengan cox regresi proporsional hazard menunjukkan bahwa variabel umur dan indeks massa tubuh merupakan confounder hubungan antara stress oksidatif dengan hipertensi dan antara sitokin inflamasi dengan hipertensi dengan nilai Rasio Prevalens adjusted (95% CI) masing-masing sebesar 1,19 (0,69-2,03) dan 0,99 (0,58-1,72). Dapat disimpulkan bahwa variabel konsentrasi PM2,5 di udara ambien memiliki peran terhadap terjadinya hipertensi, stress oksidatif dan sitokin inflamasi pada penduduk di Jakarta Pusat. ......Hypertension is a serious medical condition that can increase the risk of heart, brain, kidney and other diseases. The area in DKI Jakarta with the highest prevalence of hypertension based on doctor diagnosis is Central Jakarta city about 12.16%. Organic particulate matters and particulate matter components can trigger proinflammatory efects in the lung due to their ability to cause oxidative stress. This study aims to develop a model of the Influence of PM2,5 Exposure in Ambient Air on Hypertension Occurrence through Oxidative Stress and Inflammatory Cytokines among residents in Central Jakarta. The study was conducted among adult residents (age 18-65 years) in Central Jakarta with hybrid cross sectional study design. Data collected using cluster random sampling with data analysis carried out through multilevel logistic regression modeling and cox proportional hazard regression. Results show there is an association between PM2.5 in ambient air with oxidative stress biomarkers (IOR PM2.5: 2.185173-2.185176) and with inflammatory cytokine biomarkers (IOR PM2.5: 1.21-1.91). Multivariate modeling with Cox regression proportional hazard shows that age and body mass index are confounders of the relationship between oxidative stress with hypertension and between inflammatory cytokines with hypertension with an adjusted prevalence ratio (95% CI) value of 1.19 (0.69-2.03) and 0.99 (0.58-1.72). It can conclude that concentration of PM2.5 in ambient air has a role on hypertension, oxidative stress and inflammatory cytokine among residents in Central Jakarta.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library