Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Manipol
Abstrak :
Ketergantungan masyarakat pedesaan pada sumberdaya alam akan tetap tinggi, terutama sumberdaya lahan, sedangkan pemilikan tanah di kalangan petani makin menyempit. Kecenderungan penyempitan pemilikan lahan diakibatkan oleh pengalihan peruntukan lahan dari pertanian ke non pertanian. Pengalihan peruntukan lahan tersebut akan mengancam kehidupan masyarakat di desa. Jika sektor pertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di desa, maka hal tersebut akan mendorong mereka mencari alternatif sumber penghasilan, yaitu sektor non pertanian di kota. Masyarakat pedesaan yang pada umumnya berpendidikan rendah dan kurang memiliki keterampilan akan menciptakan pengangguran di perkotaan yang kemudian menimbulkan penyakit sosial. Dalam rangka mengurangi urbanisasi, diperlukan upaya yang dapat menciptakan supaya masyarakat tetap tertarik untuk hidup di desa. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pembangunan pedesaan. Pembangunan tersebut bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab dunia usaha. Program pemberdayaan masyarakat Riau. PT. RAPP adalah salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan untuk membangun di wilayah operasinya. Program pemberdayaan tersebut di tuangkan dalam bentuk sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System). Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah Adopsi Sistem pertanian terpadu yang dikembangkan perusahaan tersebut belum optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi tersebut adalah pengetahuan sistem pertanian terpadu petani, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani. Penelitian ini bertujuan untuk: (a.) Mengetahui apakah terdapat pengaruh positif pengetahuan sistem pertanian terpadu, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani secara bersama-sama pada adopsi sistem pertanian terpadu, (b) Mengetahui peringkat pengaruh variabel bebas terkuat terhadap adopsi sistem pertanian terpadu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode survey. Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari Januari 2003 sampai dengan Maret 2003 di Desa Tambak, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Penentuan jumlah sampel dengan Cara sampling acak sederhana dari 85 KK komunitas PPMR PT. RAPP di Desa Tambak, diambil 40 KK sebagai sampel. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara dengan instrumen penelitian yang sudah dipersiapkan_ Sebelum pelaksanaan survey instrumen diuji cobakan pada 20 KK komunitas PPMR di lokasi penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Data yang diperoleh diuji normalitas, homogenitas, dan linearitasnya. Kemudian dianalisis dengan metode regresi berganda, dan koefisien korelasi ganda, dan korelasi parsial. Variabel-variabel penelitian adalah adopsi sistem pertanian terpadu (Y); Pengetahuan sistem pertanian terpadu (XI); Luas pemilikan lahan (X2); dan pendidikan formal petani (X3). Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif pengetahuan sistem pertanian terpadu, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani secara bersama-sama pada adopsi sistem pertanian terpadu dengan persamaan regresi Y = 14,316 i-1,164X1 + 1,632 X2 + 0,0552 X3 yang sangat signifikan; urutan pengaruh kekuatan variabel dari variabel yang paling kuat sampai yang terlemah adalah Luas pemilikan lahan yang pertama, pengetahuan sistem pertanian terpadu yang kedua, dan pendidikan formal petani yang ketiga Kesimpulan: (1) Terdapat pengaruh positif pengetahuan sistem pertanian terpadu, luas pemilikan lahan, dan pendidikan formal petani secara bersama-sama pada tingkat adopsi sistem pertanian terpadu, (2) Untuk meningkatkan adopsi sistem pertanian terpadu maka yang pertama-tama harus diperhatikan adalah luas pemilikan lahan, pengetahuan sistem pertanian terpadu, dan pendidikan formal petani.
Integrated Farming System Adoption (A Case Study: PT RAPP Riau Community Empowerment Program at Tambak Village, Langgam Resort, Pelalawan, District, Riau Province)The dependence of rural communities toward their natural resource will remain high, particularly for land resources while the land ownership by local farmers is getting narrow. The reason lies behind was the transformation of land use from traditional to modern agriculture system that have a tendency to narrowing the area of land ownership by locals. This will create threats to life and welfare of the villagers. If modem agriculture system fails to meet villagers' needs, they will make an effort to discover alternative income that definitely is a non-agriculture sector mainly set up in urban area. Lack of formal education background and skill possessed by rural community will direct them to be another unemployment that already exist in the cities and furthermore create social disease. Effort to keep these villagers to live in their environment will strongly need to prevent their migration to urban area. One of the efforts is rural development, which is not only seen as government's responsibility but for business' sector as well. PT RAPP's community empowerment program is one example of social responsibility taken by the company to develop community in their operation area. The program then stated as Integrated Farming System. Problem set for this research is that the adoption of integrating farming system developed by the company was not optimal yet. Influenced factors of this adoption were farmers' knowledge of integrating farming system, area of land ownership and farmers' formal education. Objective of this research were a) to find out if there is positive influence of integrating farming system knowledge, together with area of land ownership and farmers' formal education to the adoption of integrating farming system, and b) to find out the rank of significance from independent variables to adoption of integrated farming system. This research used qualitative and quantitative approaches with survey method and was conduct from January to March 2003. The research located at Tambak Village, Langgam Resort, Pelalawan District, Riau Province. The location established by using purposive method and sample size was taken using simple random sampling. The number of 48-house hold was taking from total 85-house hold from PPMR community of PT RAPP as respondents. Instrument research used to collected primary data was questionnaire that prepared and tested to 20 respondents to find the reliability and validity of the instrument. Data collected then be tested their normality, homogeneity and linearity, and then statistically analyzed with multiple regression method, multiple regression correlation and partial correlation. Variables used were, adoption of integrating fanning system (Y); integrating farming system knowledge (XI), area of land ownership (X2) and the farmers' formal education (X3). The result prove that there is positive influence of integrating farming system knowledge together with the area of land ownership and farmers' formal education to the adoption of integrating farming system with regression equation Y= 14,16 + 1,164X1 + 1,632X2 + 0,552X3 or the influence is significance. The factors put sequent by their significance from the strongest ones are, the area of land ownership, integrating farming system knowledge and farmers' formal education. Research conclusion are 1) There is positive influence of integrating fanning system knowledge, all together with area of land ownership and farmers' formal education to the adoption of integrating farming system; 2) To improve the adoption of integrating farming system, attention must put sequences from the area of land ownership, integrating farming system knowledge and farmers' formal education.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Agung Gede Agung
Abstrak :
ABSTRAK Sejak Pelita I (1969) pemerintah melaksanakan pembaharuan di sektor pertanian dengan Panca Usaha Tani melalui Bimas dan Inmas. Kabupaten Tingkat II Bangli sebagai salah satu Kabupaten di Bali, juga tidak terlepas dari pelaksanaan program tesebut. Tujuan dari program ini untuk meningkatkan hasil pertanian sehingga swasembada pangan tercapai. Sistem Subak merupakan institusi yang bergerak dan mengatur segala aktivitas pertanian sawah dengan cara-cara yang bersifat tradisional dan turun-temurun. Ajaran Tri Hita Karana merupakan landasan filsafat kerja mereka untuk mencapai kemakmuran hidup. Dengan proses modernisasi dalam bidang pertanian, menyebabkan terjadi perubahan pada sektor usaha produksi pertanian. Fenomena ini menarik untuk dikaji. Studi ini akan berusaha mencari jawaban atas masalah pokok: bagaimana keberadaan institusi subak di Kabupaten Tingkat II Bangli dengan ditanamnya pada varietas unggul?. Dari masalah pokok ini dapat dijabarkan menjadi dua sub-masalah yaitu: (1) sejauh manakah pengaruh ditanamnya padi varietas unggul terhadap cara kerja Krama Subak?, dan (2) bagaimanakah pengaruh ditanamnya padi varietas unggul terhadap ekonomi pertanian?. Secara temporal kajian ini dari tahun 1969-1998. Penelitian ini termasuk jenis penelitian sejarah. Karena itu langkah yang dilakukan secara kronologis sesuai dengan tuntutan metode sejarah. Adapun langkah-langkah tersebut adalah; heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Data yang tekumpul bersifat deskriptif, dengan sumber data arsip (nasional dan daerah), hasil wawancara, surat kabar, artikel dan buku. Panca Usaha Tani adalah lima langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian. Kelima langkah tersebut adalah; (1) irigasi, (2) pengolahan tanah, (3) pemilihan bibit unggul, (4) pemupukan, dan (5) pemberantasan hama. Ini menjadi pedoman bagi petani dalam aktivitasnya di sawah. Sejak itu juga petani mulai mengenal berbagai macam jenis pada baru seperti PB5, PB6, IR28 dan sebagainya, jenis pupuk seperti KCl, TSP dan berbagai jenis obat-obat pembasmi hama. Kebijakan ini mempunyai kelebihan diantaranya; (1) panen dapat dilakukan lebih dari dua kali setahun, (2) nasi beras bukan lagi menjadi makanan istimewa yang hanya dapat dikonsumsi oleh golongan tertentu, (3) proses penyuburan tanah tidak memerlukan waktu lama, karena menggunakan pupuk anorganik, (4) pemberantasan hama dapat dilakukan secara spontan, (5) lahan dapat dimanfaatkan dalam waktu seefektif mungkin. Melalui peranan PPL, dalam dasa warsa pertama akibat dari semua itu sudah mulai nampak. Para petani mulai merasa tergantung dengan cara-cara mempercepat proses produksi pertanian yang bersifat non-alami dan non-tradisional. Diantaranya, (1) proses penyuburan tanah selalu menggunakan pupuk anorganik, memanfaatkan jerami dan sisa-sisa gulma sebagai bahan penyubur mulai ditinggalkan, (2) tergesernya cara-cara pemberantasan hama yang bersifat niskala, (3) mulai menghilangnya penanaman jenis padi lokal, (4) semakin menipisnya sifat gotong royong dalam aktivitas di sawah. Sistem Subak dengan segala aktivitasnya mulai berubah. Fatelikan sebagai salah satu fungsionaris subak yang sangat sentral, karena bertanggung jawab terhadap pendistribusian air, mulai tidak nampak. Pengaturan air lebih banyak dilakukan oleh setiap petani yang membutuhkan saja. Penggantian tembukuan dari bahan kayu dengan beton tidak akan menjamin lagi proses pembagian air secara merata. Begitu juga dengan sistem religi, tidak berlakunya sistem penanggalan secara absolut dalam aktivitas petani di sawah. Pelaksanaan upacara dilakukan lebih bersifat individu sesuai dengan tingkat aktivitas masing-masing petani. Dengan segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah, ekonomi pertanian belum mampu memberikan daya tarik terutama golongan pemuda untuk berprofesi menjadi petani. Bermata pencaharian sebagai petani dimata masyarakat dianggap masih berstatus rendah. Apalagi dengan naiknya harga-harga pupuk, pestisida yang sudah menjadi kebutuhan pokok petani, menyebabkan profesi petani semakin terpuruk sehingga petani tetap hidup subsistem.
ABSTRACT Subak System, The Five Agricultural Effort and Agricultural Developement in the Regent of BangliSince Five Years Plan I (1969) the Indonesia government has carried out new method in the agricultural sector by using Five Agricultural Effort through Bimas (Mass Guidance in Agricultural) an Inmas. Bangli, as one of the regencies in Bali, has also a part of the program. The goal of the program is to increase the agricultural product/agricultural fields for reaching self-fulfillment of food. Subak system is the institution operating conducting all the agricultural activities in the traditional ways that has been going on and continually for hundred of years. The Tri Nita Karana doctrine is the philosophical basic working by which they can live prosperity. This phenomena is very interesting to be studied. This Study is an endeavor to look for an answer to the main problem, that is: how this agricultural institution in Subak in the regency of Bangli have to use cultivate the superior rice seed. From this main problem can be sub-divided into two sub-divisions, those are: (1) how is the effect of cultivating superior rice seed on by using Krama Subak method?, and (2) how is the effect of superior seeds cultivation being used to the farmers economically?. Temporarily this research has been done in the year of 1969-1998. This research is considered to be a research of history, within the steps taken here are carrying in a chronological ways in order to meet the requirement as a history method. The step mentioned are heuristic, criticism, interpretations and historiography. The datas being collected have descript character, with the sources taken the national archive, personal interview, news paper, articles and books. The Five Agricultural Plan are those of five steps that has to be done for increasing the agricultural fields. Those five step are: (1) Irrigation, (2) land cultivating, (3) the choice of superior rice seeds, (4) fertilization, and (5) eradiation of pests. These five guidance have become the guidelines for the farmers in their activities in the rice fields. Since the farmers have known of new rice seeds like PB5, PB6, 1828 etc. Beside the kind of fertilizer -like KCl, TSP, and many other plant pests killer. This policy have many advantages, among them are: (1) harvests can be more than twice a year, (2) rice is not the very special food that can be consumed by the upper class in the society, (3) land fertilizing does not take long time, because of using an organic fertilizer, (4) plant pests killing can be done spontaneously, (5) land can be planned effectively in order to reach the most benefit. In the first decade through the effort of Agricultural Field Tutors (PPL), the promoting result of realization of all those five guidance can be seen. The farmers were getting to feel dependent for quickening the production process by using methods that are no longer natural, using non-traditional techniques. Among them are: (1) the process of fertilizing the land by using an organic or chemical fertilizer, did not use straw and other gulma anymore as land fertilizer, (2) putting away all ancient techniques of getting rid of plan pests that was considered niskala, (3) their did not use the local seeds to cultivate they land, (4) individual mutual cooperation among those people were getting less, especially when they worked in flids. Subak system with all its activities had changed. Patelikan: a man whose function as a leader in the farmer Subak system, supervised water distribution, is not longer seen. Water distribution has been done by the farmers in the individual way only by those who need it. The modification of tembukuan which was formerly made of wood and replaced by reinforced concrete will no longer guarantee the water distribution as smooth as well. And so with the religious system, the calendar system is no longer used absolutely in the fields by the farmers. Religious ceremony is no carried out individually, according to the farmers personal activities. With all efforts endeavored by the government, agricultural economy has not been able to give much interests to younger farmers to become farmer. Job's farmer is considered lower in the social status. The higher pesticides price of fertilizer and pesticides which become farmer's basic need, has caused the profession as farmers has gone further down, so, that living as farmers, has made them lower in their status and they lived still sub-systemly.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nua Sinu Gabriel
Abstrak :
ABSTRAK
Pertanian tanaman pangan merupakan mata pencaharian penting bagi umat manusia. Tanaman' pangan yang paling digemari di Indonesia adalah padi atau Oryza Sativa L, yang banyak ditanam di sawah dan di ladang.

Penelitian tentang Teknologi Pertanian Padi pada Masyarakat Petani Flores Timur Periode 1967-1994 ini bertujuan menjelaskan proses perubahan yang terjadi pada masyarakat petani Flores Timur dalam budidaya tanaman padi selama periode penelitian. Secara khusus penelitian ini menjelaskan tingkat adopsi teknologi panca usaha tani oleh petani Flores Timur serta menjelaskan tingkat produktivitas lahan yang dicapai sebagai akibat adopsi teknologi tersebut. Data primer penelitian (metode sejarah) diperoleh dari dokumen .(arsip) pada instansi--instansi pemenintah Kabpaten Daerah Tingkat II Flores Timur dan dari wawancara dengan beberapa informan. untuk mencapai tujuannya, digunakan teori inovasi dari Rogers dan Shoemaker dalam menganalisis data.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat adopsi teknologi panca usaha tani sebagai berikut: 1,23% dari seluruh petani Flores Timur digolongkan sebagai adopter pemula, 9,10% sebagai mayoritas awal, 39,13% sebagai mayoritas akhir, dan 50,54% sebagai kelompok laggard (yang paling terlambat). Meskipun demikian, teknologi inovasi yang masuk kedalam masyarakat petani melalui kontak selektif dan kontak terarah, diadopsi dalam proses yang cepat dan pada tingkat yang tinggi. Kelompok laggard mengalami hambatan pada kondisi fisik geografi dan iklim di Flores Timur. Adopsi teknologi inovasi telah membawa perubahan dalam teknologi pertanian padi, yaitu dari teknologi tradisional kepada teknologi modern. Perubahan tersebut membawa pula perubahan pads tingkat produktivitas lahan pertanian di Flores Timur.

Tingkat produktivitas sawah intensifikasi selama periode penelitian mencapai rata-rata 3,07 ton/ha, sedangkan pada sawah nonintensifikasi rata-rata 1,55 ton/ha, serta pada ladang intensifikasi dan ladang nonintensifikasi mencapai.2,61 ton/ha dan 1,29 ton/ha. Meskipun teknologi panca usaha tani menunjukkan adanya peningkatan produktivitas lahan pertanian, tetapi terbatasnya lahan yang memungkinkan petani mengadopsi teknologi inovasi tersebut secara sempurna, menyebabkan produktivitas yang tinggi itu tidak mampu memenuhi kebutuhan beras bagi penduduk Flores Timur. Kekurangan beras tersebut disubstitusi dengan produksi palawija (terutama jagung) dan dengan mendatangkan beras dari daerah lain.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Teddy Sutriadi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan di Sub DAS Klakah DAS Serayu Kabupaten Wonosobo pada Musim Kemarau 2008 dan Musim Hujan 2008. Penelitian menggunakan pendekatan penelltian kuantitatif dengan fonnat deskriptif Ex Post Factr. Sebanyak 54 contoh air dari Sub OAS Klakah diamati kadar nitratnya dan sebanyak 75 petanl contoh diwawancarai. Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Faktor pendorong petanl memupuk nitrogen dengan dosis berlebihan adalah untuk menlngkatkan produksi (0,39), kemudian berturut-turut peringkat kedua, ketiga, dan keempat adalah pendapatan (0,30), kesuburan tanah (0,22), dan harga sayuran (0,09); (2) Dosis pupuk N yang diterapkan petani lebih tlnggi 70%, dan 6% dari dosis rekomendasi untuk tanaman kentang dan kubis, sedangkan untuk tanaman jagung masih dl bawah dosls rekomendasi; (3) Produksi taliaman kentang, kubls, dan jagung pada wilayah studi lebih rendah dar! potensi hasllnya, tetapl maslh memberikan keuntungan usahatanl, dengan 13/C masing-masing 0,98; 1,44; dan 1,64; (4) Pemupukan N dosis tinggi menlngkatkan secara nyata konsentrasi nitrat dalam air sungai. Namun konsentrasl nitrat dl semua lokasl pengamatan masih menunjukkan nilai yang lebih rendah dan konsentrasi NOJ- yang diperkenankan untuk air mlnum ( 45 mgjl), dan (5) Sebanyak 58% petani menerapkan teknologi konservasl tldak sesual dengan kemiringan lerengnya; seria Upaya yang dapat dilakukan untuk memlnlmalkan dampak adalah a) penerapan pola tanam yang mengkomblnaslkan tanaman sayuran umbi, daun, dan blji (jagungkentang- kubls), b) penerapan dosis pemupukan sesual dengan rekomendasi, c) perbalkan teknologl konservasl tanah sesual dengan kemlringan lerengnya, d) penanaman tanaman tahunan atau tanaman legum pohon pacta batas kepemlikan lahan pada lahan dengan kemiringan kurang dari 15%, e) penanaman tanaman tahunan dan melarang penanaman tanaman semusim pada tanah dengan kemiringan lereng leblh besar dan 15%, dan f) peningkatan aktlvitas penyuluhan melalui kelompok tani secara berkala dan membuat demplot teknologl pemupukan dan konservasi tanah.
2009
T32836
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Briggs, David J.
London: Longman Scientific & Technical, 1994
630.912 BRI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vasey, Daniel E.
Iowa: Iowa State University Press, 1992
630.9 VAS e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New Delhi: Malhotra Publishing House, 1992
632.9 FAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library