Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hari Subagio S.
Abstrak :
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang manfaat penggunaan kacamata merah sebagai alat bantu dan memperpendek waktu adaptasi gelap (WADG) awak pesawat TNI-AU / ABRI di dalam simulator "Night Vision Trainer" (NVT) Lakespra S. Kacamata mata merah telah digunakan oleh awak pesawat untuk membantu proses adaptasi gelap, tetapi belum dilakukan penelitian tentang manfaat dari alat tersebut. Disain penelitian bersifat pre dan post eksperimen laboratorium tanpa kontrol. Sampel dengan syarat stakes I-II Jukniskesau 1993 diambil secara acak sederhana dari populasi awak pesawat TNI-AU / ABRI yang datang ke Lakespra S untuk "medical examination" (medex) dan mendapatkan Indoktrinasi dan Latihan Aerofisiologi (ILA) secara rutin. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 171 awak pesawat, terdiri dari 86 penerbang dan 85 non penerbang. Hasil penelitian menunjukkan - Rata-rata WADG dengan memakai kacamata merah 27 men it 16 detik lebih cepat secara bermakna dibandingkan dengan rata-rata WADG tanpa memakai kacamata merah yaitu 30 menit 13 detik (p < 0,001). - Terbukti bahwa umur dan merokok merupakan faktor perancu terhadap proses adaptasi gelap / WADG. - Rata-rata WADG awak pesawat umur < 30 tahun lebih cepat secara bermakna dibandingkan dengan rata-rata WADG awak pesawat umur > 30 tahun. - Rata-rata WADG awak pesawat tidak merokok lebih cepat secara bermakna dibandingkan rata-rata WADG awak pesawat yang perokok. - Rata-rata WADG pada penerbang lebih pendek secara bermakna dibandingkan dengan rata-rata WADG non penerbang. - Lama sebagai anggota ABRI / awak pesawat seiring dengan umur yang juga bermakna terhadap WADG tanpa kacamata merah dan WADG dengan kacamata merah. Semakin lama bekerja, semakin tua umurnya dan semakin lama WADG. - Rata-rata WADG awak pesawat yang memakai kacamata hitam/"sunglasses" bila berada di bawah sinar yang many-Haulm / matahari lebih cepat secara bermakna dibandingkan dengan rata-rata WADG tidak memakai kacamata hitam.
ABSTRACT A study had been carried out using the Night Vision Trainer (NVT) simulator on the efficacy of red lens goggles as a tool to shorten the dark adaptation time (DAT) among the aircrews of the Indonesian Air Force / Indonesian Armed Forces. The red lens goggles had been used for quite a long time among the aircrews but there was no evaluation study to indentify its usefulness. The design of the study was pre and post laboratory experiment with no control. The sample of the study were aircrews with the pre requisities "Stakes I - II Jukniskesau 1993" who came to Lakespra S. for medical examination (Hedex) and got Indoctrination and Aerofisiological Training routinely. The number of the samples collected were 171 aircrews consisted of 86 pilots and 85 non pilots. The result of the study were as follows - the mean of the DAT using red lens gloggles was 27 minutes 16 seconds is significantly shorter compare to not using red lens goggles of 30 minutes 13 seconds (p < 0,001). - age and smoking were proved to be the confounders to the DAT. - the mean of the DAT among aircrews with age < 30 years old is significantly shorter compare to the mean of DAT among aircrews with age ? 30 years old. - the mean of the DAT among smoking aircrews is significantly longer compare to not smoking. - the mean of the DAT among pilots is significantly shorter than among non pilot. - both the length of time as Indonesian military and as aircrew member-ships along with increasing the age are significantly longer to the mean of the DAT both with and without red lens goggles. The longer working, the older of aircrew the longer the DAT. - the mean of the DAT among those who wear sunglasses when they were in open area is significantly shorter than those who were not wear sunglasses.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Irianto
Jakarta: Rajawali, 2010
629.13 AGU m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Irianto
Jakarta: Grasindo, 1999
629.13 AGU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Prasetya Ade Nugroho
Abstrak :
Tantangan yang dihadapi mobile robot pada operasi search and rescue adalah otomatisasi. Dalam mewujudkan mobile robot yang benar-benar otomatis, terdapat 3 permasalahan yang perlu dipecahkan. Permasalahan tersebut adalah lokalisasi, pemetaan, dan perencanaan rute. Di antara ketiga permasalahan tersebut, permasalahan paling fundamental yang harus dipecahkan adalah lokalisasi. Salah satu algoritma yang dapat digunakan untuk melakukan lokalisasi adalah Extended Kalman Filter (EKF). Kelebihan algoritma ini antara lain dapat diterapkan pada sistem mikrokontroler 8 bit sekalipun. Pada beberapa penelitian, implementasi algoritma ini membutuhkan banyak sensor. Implementasi algoritma ini pada sistem dengan sumber daya sensor minimal membutuhkan strategi khusus. Penelitian ini akan menguji performa dua metode yang digunakan untuk implementasi lokalisasi berbasis Extended Kalman Filter, yaitu landmark detection dan line extraction. Implementasi dilakukan dengan menggunakan strategi khusus untuk menyesuaikan dengan keadaan robot yang memiliki sumber daya sensor minimal. Untuk landmark detection, strategi yang dilakukan adalah mempartisi dinding area uji, kemudian hasil partisi tersebut dianggap sebagai landmark. Untuk line extraction, proses ekstraksi baru dilakukan setelah robot bergerak maju tiga kali dan mendapat tiga titik. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa strategi landmark detection memiliki performa yang lebih baik daripada strategi line extraction, dengan error posisi x dan y dibawah 3 cm dan error orientasi dibawah 5 derajat.
A challenge that must be overcome by a mobile robot used in a search-and-rescue operation is automation. To realize truly autonomous mobile robot, there are three problems that need to be solved. Those problems are localization, mapping, and path- planning. Among those three problems, the problem of localization is the most fundamental problem that need to be solved. One of the algorithm that can be used to localize a mobile robot is Extended Kalman Filter. The advantage of applying Extended Kalman Filter (EKF) for localization is that this algorithm can be implemented even on 8-bit microcontroller based system. On some research, implementation of the EKF needs many sensors. Implementation of this algorithm on a system with minimum sensor resource needs a special strategy. This research will test the performance of two methods used to implement EKF-based localization, namely landmark detection and line extraction. The method is implemented using a special strategy to cope with the minimal sensor resource provided. To implement landmark detection method, the wall of testing environment is partitioned and then each partition is treated as an individual landmark. To implement the line extraction method, the extraction process is done after the robot moves forward three times and detect three points. The result gotten shows that landmark detection strategy gives better performance than line extraction strategy with the error of x and y position below 3 cm and orientation error below 5 degrees.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S377
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Ezni Balqiah
Abstrak :
PT. Pelita Air Service (PAS) yang berdiri pada tahun 1970, awalnya bergerak pada industri penerbangan carter yang melayani PERTAMINA, pada tahun 1991 mulai mengarah profit oriented dengan menjadi perusahaan angkutan udara borongan (air charter). Pada awal tahun 2000, perusahaan ini mulai melakukan proses perijinan untuk bergerak di penerbangan berjadwal. Sejak 25 Agustus 2000, PAS menawarkan rute penerbangan Jakarta-Yogya-Jakarta dengan menghadirkan konsep nuansa Yogya untuk membungkus program pemasaran dan pelayanan. Penerbangan Jakarta-Yogya dinamakan Malioboro Weekend Flight, yang diyakini manajemen PAS sebagai diferensiasi layanan dengan memberikan sentuhan keunikan yang dapat mengetuk pasar. Apa yang dilakukan PAS ini merupakan penerapan dan Pemasaran Eskperensial (Experiential Marketing), yaitu dengan memberikan pengalaman (experience) kepada penumpang sebagai upaya untuk menarik penumpang menggunakan jasa PAS untuk jalur penerbangan Jakarta-Yogya bahkan memotivasi penumpang untuk melakukan penggunaan ulang (repeat buying). Akan tetapi dengan durasi penerbangan yang hanya 40 menit pada jalur Jakarta-Yogya dan keterbatasan armada pesawat yang dimiliki untuk melayani Elite penerbangan berjadwal ini, membuat PAS kesulitan untuk menghadirkan nuansa Yogya melalui suasana ruangan (spatial environment), yaitu dekorasi di dalam pesawat yang bernuansa Yogya dengan menghadirkan gambar keraton serta musik campursari di dalam pesawat. Mulai bulan Februari 2001, PAS menghentikan iklan Malioboro Weekend Flight, karena konsep ini dirasakan sudah tidak dapat didukung lagi oleh aspek teknis pelaksanaannya dilapangan. Untuk selanjutnya PAS tetap menawarkan petualangan udara (air venture) dengan lebih menekankan kepada pelayanan yang diberikan awak kabin kepada penumpang selama penerbangan berlangsung. Selain itu untuk memberi sensasi kejutan dan lebih memotivasi penumpang melakukan penggunaan ulang, PAS melakukan undian bagi penumpang Jakarta - Yogya atau sebaliknya yang disebut dengan Unique Game Venture, yaitu undian dengan hadiah potongan harga bahkan tiket gratis untuk penerbangan selanjutnya dengan PAS pada penerbangan selanjutnya. Permasalahan yang diuji dalam penelitian ini adalah mengukur afeksi penumpang yang ditimbulkan oleh konsep petualangan di udara (air venture) yang tawarkan PAS pada penumpang jalur Jakarta-Yogya-Jakarta pada saat mempergunakan jasa (in flight) dan bagaimana pengaruh afeksi tersebut terhadap kepuasan yang dirasakan penumpang, penggunaan ulang, serta perilaku keluhan. Secara lebih terperinci tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Mengungkapkan afeksi yang yang muncul pada saat mempergunakan jasa penerbangan Jakarta-Yogya. 2. Mengungkapkan kepuasan pada saat mempergunakan jasa penerbangan Jakarta-Yogya. 3. Mengetahui pengaruh kepuasan terhadap penggunaan ulang dan perilaku keluhan. Afeksi yang diukur adalah arousal, afeksi positif, dan afeksi negatif yang diukur dengan menggunakan 13 indikator (variabel teramati), kepuasan diukur dengan menggunakan 3 indikator, penggunaan ulang diukur dengan 2 indikator, dan perilaku keluhan diukur dengan 2 indikator. Selain afeksi, Oliver (1994) menyatakan bahwa kinerja, kualitas, dan diskonfirmasi juga mempengaruhi kepuasan. Maka demikian perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja, kualitas, dan diskonfirmasi. Kinerja diukur dengan 8 variabel teramati, kualitas diukur dengan 3 indikator, dan diskonfirmasi diukur dengan 3 indikator. Terdapat 34 indikator variabel dalam penelitian ini yang dituangkan dalam bentuk kuesioner yang dibagikan kepada respoenden, yaitu penumpang pesawat Pelita rute Jakarta-Yogya-Jakarta. Pengolahan data dilakukan dengan metoda SEM mengingat Structural Equation Modeling (SEM) menguji suatu rangkaian hubungan saling ketergantungan secara bersamaan (seketika). lni sangat bermanfaat bila satu variabel terikat akan menjadi variabel bebas pada hubungan saling ketergantungan berikutnya. Suatu set hubungan ini, setiap variabel bebas dan terikat, merupakan dasar Structural Equation Modeling. Hasil pengolahan data memperlihatkan terdapatnya hubungan yang signifikan sebagai berikut : 1. Afeksi negatif dengan arousal dan kinerja 2. Afeksi positif dengan arousal dan kinerj a 3. Kualitas dengan kinerja 4. Kepuasan dengan afeksi negatif, kualitas, dan diskonfirmasi 5. Penggunaan ulang dengan kepuasan 6. Perilaku keluhan dengan kepuasan Hasil pengolahan juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan yaitu : 1. Kepuasan dengan afeksi positif dan kinerja 2. Perilaku keluhan dengan afeksi negatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya sebagian dari model Oliver (1994) dan apa yang disampaikan Day (1984) tidak terbukti. Oliver (1994) menyatakan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari afeksi positif, afeksi negatif, kualitas, kinerja, dan diskonfirmasi, sedangkan Day (1984) menjelaskan bahwa sumber utama perilaku keluhan sebenarnya bukan pada ketidakpuasan tetapi kepada emosi negatif yang rnuncul sebagai akibat ketidaksesuaian dengan hasil yang diperoleh dari mengkonsurnsi produk / jasa.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Igif G. Prihanto
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini mengkaji kolaborasi peneliti bidang kedirgantaraan Indonesia pada periode tahun 1975-1994 di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengkaji tingkat kolaborasi peneliti bidang kedirgantaraan; (2) memahami tingkat produktivitas peneliti LAPAN yang ditinjau dari profil latar belakang pendidikan dan senioritas/kepangkatan; (3) mengetahui hubungan antara kolaborasi peneliti dengan produktivitasnya; (4) meneliti apakah peneliti yang sering berkolaborasi merupakan peneliti yang lebih produktif dan merupakan titik sintetis. Objek penelitian ini adalah (1) semua publikasi hasil penelitian peneliti bidang kedirgantaraan Indonesia pada periode tahun 1975-1994 di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.yang dimuat pada Majalah LAPAN, Warta LAPAN, KKIT LAPAN dan Prosiding LAPAN; (2) data biografi peneliti LAPAN yang berisi data latar belakang pendidikan dan kepangkatan peneliti. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Egghe (1991) dan Subramanyarn (1983). Di samping itu, data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pengujian statistik Non-parametrik, dan penerapan graf komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa : (1) tingkat kolaborasi peneliti yang dihasilkan adalah rendah. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah karya tunggal yang dihasilkan oleh peneliti lebih besar dibanding dengan jumlah karya kolaborasinya, sehingga ada kecenderungan peneliti untuk melakukan penelitian secara individual; (2) tingkat produktivitas peneliti yang ditinjau berdasarkan latar belakang pendidikan menunjukkan bahwa peneliti yang berpendidikan lebih tinggi menghasilkan jumlah penelitian yang lebih banyak dibanding dengan peneliti yang berpendidikan lebih rendah, sehingga ada kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan seorang peneliti akan semakin tinggi produktivitasnya; (3) tingkat produktivitas peneliti yang ditinjau berdasarkan senioritas/kepangkatan menunjukkan bahwa jumlah penelitian yang dihasilkan oleh peneliti senior ada yang lebih rendah dibanding dengan peneliti yuniornya, sehingga tidak ada kecenderungan bahwa peneliti senior atau peneliti dengan pangkat lebih tinggi selalu menghasilkan produktivitas penelitian yang lebih besar; (4) pengujian hipotesis pertama yang berbunyi "ada hubungan antara kolaborasi peneliti bidang kedirgantaraan dengan produktivitasnya" menghasilkan H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kolaborasi peneliti dengan produktivitasnya, sehingga ada kecenderungan bahwa semakin tinggi kolaborasi peneliti akan semakin tinggi produktivitasnya; (5) Pengujian hipotesis kedua yang berbunyi "peneliti yang sering berkolaborasi merupakan peneliti yang lebih produktif dan merupakan titik sintetis bila dibanding dengan peneliti yang jarang berkolaborasi" menghasilkan ada peneliti yang sering berkolaborasi tetapi produktivitasnya lebih rendah dan merupakan titik sintetis dibanding peneliti yang jarang berkolaborasi. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak terdapat kecenderungan peneliti yang lebih kolaboratif selalu produktif dan merupakan titik sintetis.
ABSTRACT This research assesses researcher collaboration in Indonesian aeronautics and space field period 1975-1994 at The National Institute of Aeronautics and Space. This research objective are : (1) assesses researcher collaboration level; (2) to explore LAPAN's researcher productivity level which is seen from education background profile and seniority; (3) to study the relationship between researcher collaboration and their productivity; (4) The researcher who often collaborate is a more productive researcher and the synthetic point. This research objects are : (1) The entire publications which are given by researchers in Indonesian aeronautics and space field period 1975-1994 at The National Institute of Aeronautics and Space that are published in Majalah LAPAN, Warta LAPAN, KKIT LAPAN and Prosiding LAPAN. (2) Biography data of LAPAN's researcher which contains education background and seniority of that researcher. Data analysis is done by using Egghe method (1991) and Subramanyam (1983). On the other hand, data is analyzed descriptively by using statistic non-parametric test, and communication graph application. Results of that research show that : (1) Researcher collaboration level which we given is low. This result shows that the result of individual effort more than the result of their collaboration effort, so that they trend to do the research individually. (2) Productivity level of the researcher which is seen from education background shows that the researcher who has the higher education level gives more researcher output than the researcher who has the lower education level; so that they trend to say that the higher education level of the researcher the higher their productivity. (3) Productivity level of the researcher is seen using their seniority shows that some the senior researcher gives less result than their junior researcher. So that view about senior research or a research that the higher level always give more research productivity. (4) The hypothesis test which is stated as "there is relationship between researcher collaboration in aeronautics and space and their productivity" gives Ha is rejected and Hi is accepted. From that result, it can be said that there is positive relationship and significant between researcher collaboration and their productivity, so that there is a view that the higher the research collaboration the higher their productivity. (5) The second hypothesis test which is stated as "The researcher who often do collaboration is more productive researcher and do collaboration" tells that there are some researchers who often do collaboration but they give less production. So it is not true that the more collaboratitive a researcher always productive and the synthetic point.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Imam Wahyudin
Abstrak :
Pemerintah Indonesia membentuk Single Air Navigation Service Provider (ANSP) bernama LPPNPI (Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia) berdasar pada UU. Penerbangan No 1 Tahun 2009 pasal 271. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa proses pembentukan organisasi penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan dari segi keselamatan dengan pemodelan sistem manajemen keselamatan (SMK) dan eskalasi prioritas 8 kriteria ANSP dengan Analitic Hierarchy Process yang belum tercakup dalam rencana peralihan, sehingga organisasi yang dibentuk memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa dengan pemodelan SMK pada proses perubahan organisasi ANSP terjadi penurunan indeks resiko keselamatan dan diketahui urutan prioritas kriteria ANSP. Hasil tersebut dijadikan sebagai dasar penyusunan roadmap dan ceklist kesiapan untuk memandu langkah-langkah Management of Change. ......Government of Indonesia established a single Air Navigation Service Providers (ANSP) named LPPNPI (Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia) based on the Aviation Law No. 1 Year 2009 Article 271. This study aims to analyze the process of formation of the organization of air navigation service providers in terms of safety with Safety Management System (SMS) modeling and the priority escalation of 8 ANSP criteria with AHP thats not included in the transition plan, so that the organization will be formed have good safety level. This study indicates the priority of ANSP criteria and show that by SMS modeling the of ANSP organizational change safety risk index.This results serve as the basis for arranging the Roadmap and Readiness Checklist to guide the step of Management of Change.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novy Husaeny
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah proses optimasi terhadap sejumlah penerbangan dengan suatu periode waktu yang dilakukan secara berurutan (sequential) antar satu penerbangan dengan penerbangan berikutnya sesuai dengan prinsip first come first serves. Metode optimasi didasarkan pada prinsip pemilihan rute terpendek antara titik awal dan akhir pergerakan pesawat di area taxiway, dengan mempertimbangkan waktu tunggu yang mungkin dihasilkan akibat menghindari terjadinya konflik dalam pergerakan di area taxiway. Rute terbaik dipilih berdasarkan total waktu taxiing dan waktu tunggu yang paling minimum diantara sekumpulan alternatif rute dengan waktu tunggu yang diakibatkan. Kumpulan rute ditentukan berdasarkan prinsip shortest path dimana penerbangan setelahnya akan menyesuaikan proses pergerakan terhadap penerbangan yang telah dioptimasi sebelumnya. Optimasi dibatasi oleh jumlah waktu tunggu maksimal dan batasan separasi minimum antar pesawat di area taxiway. Proses optimasi pergerakan pesawat terbang pada area taxiway ditampilkan dalam bentuk algoritma. Algoritma diujikan pada contoh kasus penerbangan di Bandar Udara Ngurah Rai Bali. Hasil optimasi dari 10 (sepuluh) nomor penerbangan menghasilkan nilai total pergerakan sejumlah 384 detik lebih baik daripada proses pembebanan penerbangan berdasarkan adjustment dari pengontrol lalu lintas udara (ATC) dengan menggunakan jadwal dan nomor penerbangan yang sama.
ABSTRACT
The purpose of this study is the optimization of the number of flights to a time period that is done sequentially between one flight to the next flight in accordance with the principle of first come first serves. Optimization method based on the principle of choosing the shortest route between the start and end of the movement of aircraft on the taxiway area, taking into account the waiting time may result due to avoid any conflict in the movement in the taxiways area. Best route selected based on total time Taxiing and the minimum waiting time between a set of alternative routes to the waiting time caused. Set of the shortest path is determined based on the principle of cost thereafter which will adjust the movement of the flight which was previously optimized. Optimization is limited by the amount of the maximum waiting time and the minimum limited separation between aircraft on the taxiway area. Process optimization aircraft movements on taxiways area displa yed in the form of algorithms. The algorithm was tested on a sample case of flight at Bali's Ngurah Rai Airport. Optimization results of ten flight number produces a total value of 384 movements a second better than the imposition of cost based adjustment of ATC using the schedules and the same flight number.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
Abstrak :
ABSTRAK Desain landasan bandar udara harus mempertimbangkan klimatologi angin untuk menggurangi potensi kejadian cross wind dan tail wind karena cross wind dan tail wind dapat menyebabkan kecelakaan dan keterlambatan pesawat. Potensi cross wind dan tail wind yang besar pada suatu landasan di bandar udara sangat merugikan bagi penumpang pesawat dan perusahaan penerbangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi cross wind dan tail wind di landasan Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng dan menemukan parameterization yang tepat untuk prakiraan arah dan kecepatan angin di landasan Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Penelitian menggunakan data arah dan kecepatan angin dari stasiun meteorologi Soekarno Hatta tahun 2002-2012 untuk mengetahui potensi cross wind dan tail wind di landasan bandara Soekarno Hatta serta menjalankan model cuaca WRF (Weather Research and Forecasting) untuk mengetahui parameterization model cuaca yang tepat untuk prakiraan angin di bandara Soekarno Hatta. Komponen cross wind maksimum tertinggi periode tahun 2003-2012 terjadi pada bulan Agustus 30,53 knot, sementara tail wind maksimum tertinggi sebesar 25 knot terjadi pada bulan Januari untuk runway arah 250 derajat dan 24 knot terjadi pada bulan Agustus untuk runway arah 70 derajat. Potensi cross wind dan tail wind berbeda setiap bulannya. Parameterization model cuaca WRF untuk prakiraan arah dan kecepatan angin di bandara Soekarno Hatta yang paling sesuai adalah skema Betts-Miller. Skema tersebut menghasilkan prakiraan arah dan kecepatan angin dengan tingkat hubungan yang kuat dengan hasil pengamatan arah dan kecepatan angin dari stasiun meteorologi Soekarno Hatta, nilai korelasinya adalah 0,61.
ABSTRACT Runway orientation design should consider wind climatology for minimal cross wind and tail wind potential. Cross wind and tail wind may cause aircraft accident and flight delay. The aims of this study is analyze runway cross wind and tail wind potential in Soekarno Hatta airport and also to identify the most accurate parameterization of WRF (weather research and forecasting) numerical weaher prediction for Soekarno Hatta airport wind speed and direction forecast. This study using wind speed and direction data (2003-2012) from Soekarno Hatta meteorological station. WRF numerical weather prediction is run to get the most accurate wind speed and direction forecast. The maximum cross wind component in Soekarno Hatta airport (2003-2012) is 30,53 knot and the maximum tail wind component is 25 knot for runway 25. Cross wind and tail wind potential is different according to its time and month. Scheme Betts-Miller parameterization is the most accurate parameterization for Soekarno Hatta airport wind speed and direction forecast.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T38750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Elvis Pratiwi
Abstrak :
ABSTRAK
Pustekbang didirikan pada tahun 2011, dan pada waktu itu latar belakang pendidikan pegawai di Pustekbang tentang penerbangan sangat sedikit. Setiap tahun, Pustekbang selalu mengirimkan SDM di lingkungannya untuk mengikuti program pendidikan formal maupun diklat-diklat teknis dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM dalam bidang penerbangan. Akan tetapi setiap selesai melakukan program diklat tersebut tidak pernah dilaksanakan evaluasi pelatihan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis gambaran perilaku pegawai Pustekbang setelah mengikuti diklat teknis berdasarkan level perilaku (behavior) serta menganalisis gambaran hasil diklat teknis pegawai Pustekbang berdasarkan level hasil (result). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Post-positivis dengan teknik kualitatif. Hasil penelitian ini adanya peningkatan pada pengetahuan, keterlampilan dan sikap pegawai juga tercapainya target dan program yang menjadi tujuan organisasi.
ABSTRACT
Aeronautic Technology Center was established in 2011, and that time the education background of employees in Pustekbang about aeronautics only a few. Every year, Pustekbang always sending their human resources to attend formal education programs and technical training to improve the competencies. But no evaluation has ever been performed. The purpose of this research is to analyzing description of employee behavior after following the technical training based on behavior level and as well as analyzing description of technical training result of Pustekbang employee based on result level. This research uses post-positivist with qualitative technic. The results of this research is an increase in the knowledge, skills and attitudes of employees also achieve targets and programs that become the goal of the organization.
2017
T48922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>