Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Misnar Mourbas
Abstrak :
Masalah kesehatan masyarakat di Pelabuhan laut dan Bandar Udara yang harus diawasi antara lain adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Aegypti selain sebagai vektor penyakit DBD juga sebagai vektor penyakit demam kuning (Yellow Fever). Permasalahan yang dihadapi program pemberantasan penyakit DBD adalah kurangnya perhatian masyarakat dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan ditemukannya House Index (HI) di pelabuhan cukup tinggi. Di Pelabuhan Teluk Bayur Padang HI = 2,14% tahun 1999 (I-II < I% dalam IHR 1969). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk Aedes Aegypti di Pelabuhan Teluk Bayur Padang tahun 2000 dengan disain penelitian Cross Sectional. Seluruh data dianalisa secara bertahap mulai dari analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan uji Regressi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,3% masyarakat berperilaku baik terhadap PSN, sedangkan 33,7% masyarakat berperilaku kurang baik terhadap PSN dan HI = 12,3%. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa terdapat enam variabel yang berhubungan secara bermakna dengan prilaku terhadap PSN yaitu pengetahuan, sikap, sarana dan prasarana, penyuluhan kesehatan, pemberantasan nyamuk dewasa dan pemeriksaan jentik Aedes aegypti. Dari hasil analisis multivariat, variabel sarana dan prasarana dan penyuluhan kesehatan mempunyai hubungan yang paling dominan dengan perilaku terhadap pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar penyediaan sarana dan prasarana yang baik dan penyuluhan kesehatan sangat diperlukan untuk pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah.
The Factors that Connected with Community Behavior to PSN Aedes Aegypti in the Teluk Bayur Padang Harbour 2000thPublic health problem at the harbour and the airport that must be watch are Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) that spreading by Aedes aegypti. Besides spreading Dengue Haemorrhagic Fever, Aedes aegypti also spread Yellow Fever. The Problem of Program Pemberantasan Penyakit DBD is the less attention of people in the movement of Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) and been found out the House Index (HI) in the Harbour with High enough level. In the Teluk Bayur Padang Harbour HI = 2,14 % in 1999' (HI < 1 % in IHR 1969). The research is mean to get information about the factors that connected with community behavior to PSN Aedes aegypti in the Teluk Bayur Padang Harbour 2000th with Cross Sectional research design. All data were analysis step by step, started univariate, bivariate and multivariate with Logistic Regression Test. The result showed that 66,3 % people behavior is positive to the PSN and 33,7 % community behavior is negative to PSN and HI = 12,3%. From bivariate analysis result is known that there are 6 variables connected in significant with behavior to PSN ; knowledge, attitude, facility, health education, mosquito fighting and the larva Aedes aegypti Checking. From Multivariate analysis result the facility and health education variable has very dominant connection with behavior to PSN - DBD. According to the research result, suggested to provide the better facilities and health education that very used for PSN - DBD.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T4596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Witjaksono
Abstrak :
Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena marbiditasnya tinggi dan penyebarannya semakin luas. Pengobatan spesifik terhadap DBD sampai saat ini belum ada, sehingga pemberantasan DBD terutama dilakukan dengan pengendalian vektornya, yaitu Ae. aegypti. Pengendalian Ae. aegypti antara lain dilakukan dengan menggunakan insektisida, yaitu temefos 1 % untuk stadium larva dan pengasapan dengan malation 4 % untuk nyamuk dewasa. Selain cara tersebut juga telah dilakukan pengendalian lingkungan untuk meniadakan tempat perindukan nyamuk dengan melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Namun demikian upaya ini belum memberikan hasil yang memadai karena jumlah kasus DBD masih tetap tinggi serta wilayah yang terjangkit semakin luas. Pada tahun 1995, jumlah penderita DBD mencapai 25.000 penderita dan tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Di Jakarta selama lima tahun terakhir terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD pada tahun 1992, 1994, 1995 dan 1996 dengan jumlah kasus sebanyak 4000 penderita / pertahun dengan angka kematian lebih dari 1 %. Pada tahun 1997 pada bulan Januari sampai Mei terdapat 3000 orang penderita dengan 13 Orang meninggal dunia (Dep-Kes, 1997). Karena upaya pengendalian DBD belum memberikan hasil yang memadai maka perlu cara lain untuk membantu program pemberantasan vektor DBD, antara lain dengan Teknik Jantan Mandul l Sterile Male Technique (TJM). Teknik Jantan Mandul (TJM) merupakan teknik pemberantasan serangga dengan jalan memandulkan serangga jantan. Dasar teorinya adalah bila serangga betina hanya kawin satu kali dan perkawinan tersebut dengan serangga jantan yang mandul, maka keturunan tidak terbentuk (K.nipling, 1965). Serangga jantan mandul dilepas di lapangan dengan harapan dapat bersaing dengan jantan normal alam dalam berkopulasi dengan serangga betina. Serangga betina yang telah berkopulasi dengan jantan mandul dapat bertelur, tetapi telurnya tidak dapat menetas. Apabila penglepasan serangga jantan mandul dilakukan secara terus menerus, maka populasi serangga di lokasi penglepasan menjadi sangat rendah. Pemanfaatan TJM telah dilakukan oleh Sharma et al (1972) di India dengan meradiasi pupa jantan Cx p. fatigans berumur 24 - 36 jam. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa dosis radiasi 60 Gy telah menyebabkan 99 % mandul. Hasil yang diperoleh oleh Sharma et al (1972) dilanjutkan dengan.pengujian lapangan oleh Rajagopalan et at (1973) di desa kecil Sultanpur di India. Di desa terdapat 200 rumah dan 1750 orang dan populasi nyamuk yang muncul setiap ha l diperkirakan 24.000 - 30.000 ekor. Rajagopalan (1973) meradiasi pupa jantan berumur 24 - 36 jam dengan dosis 60 Gy. Selanjutnya pupa tersebut diletakkan di pot-pot tanah sekitar rumah penduduk. Pupa jantan yang diradiasi berjurnlah 3 kali lebih banyak dari pada jantan normal.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sungkar, Saleha
Abstrak :
LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk "Aedes aegypti sebagai vektor utama dan Ae. albopictus sebagai vektor potensial. DBD pertama kali dilaporkan di Surabaya (Partana dkk., 1970) dan Jakarta (Kilo dkk., 1969) pada tahun 1968. Pada saat itu di Surabaya terdapat 58 kasus anak dan 24 di antaranya meninggal dunia (Case Fatality Rate 41.3%). Sejak saat itu jumlah kasus DBD terus meningkat dan penyebarannya semakin luas. DBD tidak saja menyerang masyarakat kumuh tetapi juga menyerang masyarakat dengan sosial ekonomi tinggi. Pada tahun 1973 DBD mulai menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia; jumlah kasus mencapai 10.189 dengan insidens 8.14% (Suroso, 1983).

Pada tahun 1986 semua kelurahan di DKI Jakarta sudah merupakan daerah endemis kecuali Kepulauan Seribu (Masyhur, 1988). Pada tahun 1987 terjadi kejadian luar biasa di 13 propinsi yaitu pada 44 daerah tingkat II dengan insidens 13.5%. Pada tahun 1988 insidens mencapai 27.09 % dan DBD telah tersebar di seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor Timur (Suroso, 1990). Laporan terakhir menunjukkan bahwa pada tahun 1992, DBD merupakan penyakit yang endemis di 19 propinsi, 122 Dati II, 605 kecamatan dan 1800 desa/kelurahan. Propinsi terakhir yang melaporkan kasus DBD adalah Timor Timur yaitu pada bulan Maret 1993 ditemukan satu kasus DBD di Dili (Soerjosembodo, 1993).

Sampai saat ini vaksin dan obat antivirus DBD belum ditemukan, karena itu satu-satunya cara pemberantasan DBD yang dapat dilakukan adalah pemberantasan vektor untuk memutuskan rantai penularan. Pemberantasan ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengasapan dengan insektisida malation 4%, abatisasi dengan temefos 1% dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pengasapan dalam radius 100 m di areal sekitar rumah penderita DBD telah dilaksanakan sejak tahun 1969. Tindakan ini ternyata tidak cukup untuk mengendalikan DBD di Indonesia. Pada tahun 1980-1988, selain pengasapan juga dilakukan abatisasi masal di berbagai kota endemis. Di Yogyakarta, pada tahun 1981 dilakukan abatisasi masal di wilayah kota oleh 2.370 tenaga sukarela. Abatisasi masal ini berhasil menurunkan populasi vektor sampai mendekati nol dalam 2 minggu setelah tindakan; namun 3 bulan sesudah abatisasi dihentikari, kepadatan vektor berangsur-angsur meningkat kembali mencapai 50% kepadatan sebelum dilakukan abatisasi (Lubis, dkk., 1985; Suroso, 1983). Sementara itu jumlah kasus DBD semakin bertambah, proporsi kasus dewasa meningkat dan penyebarannya semakin luas. Berdasarkan data di atas, disimpulkan bahwa secara keseluruhan DBD masih belum dapat dikendalikan dengan pengasapan dan abatisasi (Suroso, dkk., 1991; Dep Ides, 1992; Piarah, 1993).

Untuk mengatasi masalah ini dikembangkan suatu cara pemberantasan yang disebut PSN. Tujuan utama PSN adalah untuk meniadakan tempat perindukan stadium muda. Pemberantasan stadium muda dilakukan dengan menguras Tempat Penampungan Air (TPA) seminggu sekali serta membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan ke tempat sampah yang akan diangkut oleh dinas kebersihan (Suroso T., 1984).

PSN adalah suatu cara pemberantasan yang aman, murah, mudah dan mempunyai angka keberhasilan yang tinggi bila dilakukan secara serentak dan berkesinambungan (Masyhur, 1985; Pranoto, 1992). Namun demikian pelaksanaan PSN mengalami hambatan karena tidak semua masyarakat mau melakukan PSN. Hal ini disebabkan pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai DBD dan pencegahannya masih rendah.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlila
Abstrak :
ABSTRAK
Demam berdarah adalah suatu penyakit menular yang ditandai dengan demam mendadak, perdarahan baik di kulit maupun bagian tubuh lainnya serta dapat menimbulkan shock dan kematian. Penyebab penyakit ini adalah virus Denggi (Dengue) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Penanggulangan nyamuk Aedes aegypti sebagi vektor utama demam berdarah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu sanitasi lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi habitat jentik, penanggulangan nyamuk dengan adultisida dan penanggulangan jentik dengan larvisida. Satu-satunya larvisida yang digunakan untuk pengendalian vektor demam berdarah di Indonesia adalah temephos. Larvisida tersebut mulai digunakan pada tahun 1976 dan sejak tahun 1980 dipakai secara masal untuk program penaggulangan vektor demam berdarah. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian untuk membandingkan status kerentanan populasi jentik Aedes aegypti terhadap temephos dari tiga kelurahan di Jakarta, yaitu kelurahan Johar Baru, kelurahan Cempaka Putih Timur, dan kelurahan Kampung Rawa. Penentuan status kerentanan dilakukan dengan cara menentukan LC-50 dan LC-90 temephos terhadap jentik Aedes aegypti dari tiga kelurahan tersebut. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kerentanan populasi jentik Aedes aegypti dari tiga kelurahan tersebut terhadap temephos dan populasi jentik Aedes aegypti dari tiga kelurahan tersebut masih rentan tehadap temephos.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit transmisi nyamuk dengan prevalensi tinggi di Indonesia. Salah satu tempat dengan kejadian luar biasa (KLB) DBD adalah kecamatan Bayah, provinsi Banten dengan peningkatan penderita hingga 25 orang pada tahun 2008. Solusi terbaik penanggulangan DBD adalah pengendalian vektornya, nyamuk Aedes sp., yang dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Untuk mengetahui efektivitas program tersebut, dilakukan survei entomologi, diantaranya survei larva. Penelitian ini bertujuan mengetahui kepadatan dan penyebaran vektor DBD sebelum dan sesudah penyuluhan. Untuk itu, perlu diketahui juga house index (HI), container index (CI) dan breteau index (BI) larvanya. Penelitian ini difokuskan pada kepadatan larva dalam container non-TPA, sebagai jenis container yang kurang diperhatikan dalam PSN. Survei dilakukan pada 100 rumah di kecamatan Bayah dengan single larva method dengan jumlah 14 container non-TPA dari total 419 container. Nilai indeks larva setelah penyuluhan HI 42%; CI 15,27%; BI 64% lebih rendah dibanding sebelum penyuluhan HI 52%; CI 17,18%; BI 72%. Setelah penyuluhan tidak ditemukan satupun larva dalam container non-TPA. Dengan uji McNemar didapatkan tidak ada perbedaan bermakna (p = 0,375) antara jumlah larva sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan, sehingga disimpulkan bahwa penyuluhan tidak menyebabkan penurunan jumlah larva dalam container non-TPA. ......Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is arthropod-borne disease with high prevalence in Indonesia. A location that had a DHF super-incidence is kecamatan Bayah, Banten province, with escalation of victim into 25 persons in 2008. The best solution for treating DHF is by control its vector, Aedes sp., that could be done by having a counseling and mosquito’s nest eradication (PSN). To determine the effectivity of the program, entomology survey done, one of which larvae survey. The goal of this research is to know the density and spreading of DHF’s vector before and after counseling. For that, the house index (HI), container index (CI) and breteau index (BI) of the larvae should be known. The research focused on the larvae density in non-common water container, as a type of container that lack of attention in PSN. The survey was held on 100 houses in kecamatan Bayah with single larvae method with 14 non-common water containers among 419 containers founded. The density rate after the counseling HI 42%; CI 15,27%; BI 64% was lower than before counseling HI 52%; CI 17,18%; BI 72%. After counseling there is no larvae founded in non-common water container. Using McNemar test, founded that there is no meaningful difference (p = 0,375) between larvae density before and after counseling, so then the counseling doesn’t decrease larvae density in non-common water container.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S45443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Christianingrum
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi ancaman bagi masyarakat di Indonesia, terutama di Kelurahan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat sehingga perlu dilakukan pemberantasan vektor DBD. Pemberantasan vektor DBD perlu ditekankan pada container dalam rumah karena tempat perindukan utama Aedes aegypti terletak di dalam rumah. Salah satu cara pemberantasan vektor DBD yang ramah lingkungan dan memiliki efek jangka panjang adalah dengan penggunaan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat efektivitas penggunaan Bti pada Kelurahan Cempaka Putih Barat yang sebelumnya telah mendapat Bti. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keberadaan larva Aedes pada container dalam rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat setelah mendapat Bti. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional analitik. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 25 April 2010 di Kelurahan Cempaka Putih Barat, yaitu RW 03 yang tidak mendapat Bti dan RW 07 yang mendapat Bti. Container dalam rumah yang paling banyak mengandung larva pada RW 03 dan RW 07 adalah bak mandi karena container bervolume besar disukai Ae. aegypti. Container dalam rumah yang positif larva pada RW 03 adalah 7% dan pada RW 07 adalah 5%, terdapat perbedaan tetapi tidak bermakna secara statistik (p = 0,341). Disimpulkan Pemberian Bti tidak berpengaruh terhadap keberadaan larva Aedes pada container dalam rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a health issue that remains a threat to society in Indonesia, especially in the Cempaka Putih Barat, Central Jakarta thus dengue vector needs to be controlled. The eradication of dengue vectors should be emphasized in the containers inside the house because the main breeding site of Aedes aegypti is located inside the house. One of the dengue vector eradication methods which is environmentally friendly and has a long-term effects was the use of Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Therefore, this study would look the effectiveness of Bti application in Cempaka Putih Barat that had previously been received Bti. The purpose of this study was to determine the presence of Aedes larvae in containers inside the house in RW 03 and RW 07 Cempaka Putih Barat after Bti application. This study was a cross-sectional analytic study. The data collection was conducted on April 25, 2010 in Cempaka Putih Barat, RW 03 where Bti was not applied and RW 07 where Bti was applied. Container inside the house which was the most widely-containing larvae in RW 03 and RW 07 was the bathtub because of a large-volume container preferred Ae. aegypti. Container inside the house that was positive larvae in RW 03 was 7% and RW 07 was 5%, there was the difference but it was not significant (p = 0.341). It was concluded that Bti didn’t not affect the presence of Aedes larvae in containers inside the house in RW 03 and RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Satria Rahmaditya
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan nasional yang walau angka kematiannya menurun, namun belum teratasi secara sempurna. DKI Jakarta adalah salah satu provinsi dengan prevalensi DBD tinggi, yang memiliki 10 kelurahan zona merah DBD dari total 44 kelurahan, diantaranya kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat. Untuk membantu program pemberantasan larva Ae.aegypti dan penyakit DBD, peneliti melakukan survei entomologi untuk mendapatkan data dasar mengenaikeberadaan Ae. aegypti di Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat. Penelitian menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan di 100 rumah pada tanggal 28 Maret 2010 di RW 07 Cempaka Putih Timur dan RW 03 Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Data diambil dengan single-larvae method, kemudian larva diidentifikasi di laboratorium Parasitologi FKUI serta dianalisis dengan uji Chi-square.Penelitian menunjukkan keberadaan larva Ae.aegypti pada TPA lebih banyak di Cempaka Putih Timur (23 positif larva Ae. aegypti dari 196 TPA) daripada Cempaka Putih Barat (16 positif dari 231 TPA). namun uji Chi-square terhadap perbandingan jumlah total TPA menghasilkan nilai p = 0,094, yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna. Selain itu, diteliti pula jenis permukaan TPA, salah satu faktor fisik yang memengaruhi keberadaan larva di TPA, dimana uji Chi-square menunjukkan perbedaan bermakna dari variabel tersebut (p = 0,0002). Dari penelitian tersebut, untuk kelurahan Cempaka Putih Timur didapatkan House Index (HI) 38,00%, Container Index (CI) 15,73%, dan Breteau Index (BI) 56. Sedangkan penelitian di Cempaka Putih Barat diperoleh HI 17,00%, CI 5,96%, dan BI 18. Disimpulkan bahwa keberadaan larva Ae. aegypti pada TPA di Cempaka Putih Timur lebih tinggi daripada keberadaan di Cempaka Putih Barat, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa faktor fisik jenis permukaan TPA memiliki perbedaan bermakna di kedua kelurahan tersebut.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an national health problem in Indonesia, which remains uncompletely resolved until now, especially in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat. Those areas are 2 of 44 red zone areas in Jakarta, one of the most DHF high prevalence cities in Indonesia. In order to help the Government’s DHF and Aedes aegypti’s larvae eradication program, researcher conducted a cross-sectional study to obtain basic entomological data from those areas to determine the existence of Aedes aegypti in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat. This study conducted by obtaining data from 100 houses in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat on March 28th 2010. The data was collected using the single larvae method, then the larvaes identified in FKUI parasitology laboratory and the data analyzed by Chi-square test. From 100 houses observed in Cempaka Putih Timur and 100 from Cempaka Putih Barat, data obtained shows the existence of Aedes aegypti larvae was higher in Cempaka Putih Timur (23 positive in 196 total found) than Cempaka Putih Barat (16 positive in 231), means the existence is slightly higher in Cempaka Putih Timur although the Chi-square test showed that there was no significant difference of larvae’s existence (p = 0,094; p > 0,05). Another variable tested -the surface of container- shows there was significant difference between rough container surface and the smooth one (p = 0,0002)between those two areas. From this research, obtained the value of House Index (HI) of Cempaka Putih TImur was 38.00%, Container Index (CI) was 15,73%, and the Bruteau Index (BI) was 56. Whereas in Cempaka Putih Barat, the value of HI was 17,00%, CI 5,96%, and BI was 18. Although the data obtained shows that the existence was higher in Cempaka Putih Timur, there was no significant difference.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Maulidina Medika Rahmita
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi dengan nyamuk Ae.aegypti sebagai vektor yang mengakibatkan masalah kesehatan di Jakarta antara lain Kelurahan Paseban Barat. Untuk memberantas vektor DBD telah diberikan penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) kepada penduduk. Diharapkan dengan telah mendapatkan penyuluhan kepadatan dan penyebaran vektor lebih rendah dari indikator kepadatan vektor WHO. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan dan penyebaran vektor dengan ada tidaknya hubungan terhadap penutup container pada daerah yang telah mendapatkan penyuluhan. Container dikategorikan menjadi 2, yaitu container berpenutup dan container tidak berpenutup. Penelitian ini bersifat analitik observasional dan menggunakan desain potong lintang . Data diambil pada tanggal 21 Juni 2009 di RW 03 Paseban Barat, Kelurahan Paseban, Kotamadya Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta yang merupakan daerah dengan kjumlah penderita DBD tinggi. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah dengan single-larval method dan dianalisis menggunakan Fisher Exact Test untuk mengetahui kepadatan dan penyebaran vektor terhadap penutup container. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 rumah yang diteliti didapatkan nilai container index 4,3%, house index 11, dan braeteu index 14. Disimpulkan kepadatan dan penyebaran vektor DBD di Paseban Barat termasuk tinggi dan kepadatan dan penyebaran larva Ae.aegypti tidak berhubungan dengan penutup container (p=0,664).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of infectious disease transmitted by mosquitos Ae. aegypti as vector and has caused health problem in Jakarta, one of which is in West Paseban Village.In order to eliminate the vector,counselling had been given before to educate the people who lives in those areas. The expectancy was that by giving health education, the number of distribution and intensiveness of the vector will be lower than WHO intensiveness indicator.The aim of the research is to discover the intensiveness and distribution of the vector associated with /without container lid. Container categorized into 2, which are container with lid and container with no lid.This research is an observational analysis and using crosssectional study . The data was collected on 21 June 2009 at west Paseban Village RW 03 Central Jakarta which has high percentage of DHF sufferers. The data was collected from 100 houses using the single-larval method and then analyzed using Fisher exact test to discover the intensiveness and distribution of the vector toward the lid container.The result showed 100 houses surveyed, the house index was 11, the container index 4,3% and brateau index 14. Thus, it can be concluded that the intensiveness and distribution of DHF vector in west paseban is high and the existence of the Ae.aegypti larvae was not associated with the lid of the containers. (p=0,664).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Triadi
Abstrak :
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang banyak terdapat di DKI Jakarta, antara lain Kelurahan Rawasari. Suatu agent ramah lingkungan telah dikembangkan untuk pemberantasan Ae. aegypti yaitu Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas Bti dalam menekan jumlah larva Ae. aegypti di container non-TPA. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat melalui intervensi aplikasi Bti dan menggunakan desain eksperimental. Data dikumpulkan pada 14 Februari dan 14 Maret 2010. Sebanyak 120 rumah diobservasi dan dilakukan survei entomologi dengan metode single-larval lalu container ditetesi Bti 4 ml/m2 cair. Data diolah dengan program SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji McNemar. Dari 60 container non-TPA, jumlah kontainer yang positif sebelum aplikasi adalah 7 kontainer dan 53 adalah negatif, sedangkan setelah aplikasi turun menjadi 3 kontainer positif dan 56 negatif, namun uji McNemar menunjukkan p = 0.453 yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan Bti tidak efektif digunakan untuk mengurangi populasi larva Ae. Aegypti pada container non-TPA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medisya Yasmine
Abstrak :
Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue ditransmisikan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti yang sudah resisten terhadap insektisida sintetik. Tujuan penelitian ini mengevaluasi aktivitas insektisida (larvasida dan adultisida) ekstrak rimpang (Zingiber officinale) yang mengandung nanokomposit Ag-TiO2 terhadap A. aegypti. Metode: Penelitian eksperimen terbagi dua kelompok. Pertama, larva A. aegypti dipaparkan dengan ekstrak jahe (konsentrasi 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 ppm), nanokomposit Ag-TiO2 (konsentrasi 1, 3, 6, 9, dan 12 ppm), dan campuran ekstrak jahe dan nanokomposit (12 ppm) dengan lima pengulangan. Kedua, nyamuk dewasa betina A. aegypti dipaparkan dengan ekstrak jahe (konsentrasi 2500, 5000, 10 000, dan 20 000 ppm), nanokomposit Ag-TiO2 (konsentrasi 5, 10, 20, dan 30 ppm), dan ekstrak jahe yang mengandung nanokomposit (30 ppm) dengan tiga pengulangan. Hasil: Mortalitas 100% larva ditemukan pada ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (LC50 = 704,1 ppm, LC90 = 1868,5 ppm) dan ekstrak jahe (LC50 = 765,7 ppm, LC90 = 1945,1 ppm). Terdapat perbedaan persentase mortalitas larva (p < 0,05) dengan korelasi positif bermakna dengan konsentrasi ekstrak jahe (r = 0,6), Ag-TiO2 (r = 0,8), dan ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (r= 0,7). Sebesar 100% mortalitas nyamuk ditemukan pada Ag-TiO2 (LC50 = 15,5 ppm, LC90 = 99,0 ppm) dan ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (LC50 = 744,4 ppm, LC90 = 5078,9 ppm). Terdapat perbedaan persentase mortalitas nyamuk (p < 0,05) diikuti korelasi positif kuat antara konsentrasi Ag-TiO2 (r = 0,9) dan ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (r = 0,9 p). Kesimpulan: Ekstrak rimpang Z. officinale yang mengandung nanokomposit Ag-TiO2 merupakan insektisida yang efektif untuk mengontrol populasi A. aegypti. ......Background: Dengue hemorrhagic fever is transmitted by mosquito vector Aedes aegypti which has been reported resistant to synthetic insecticides. The aim of this study was to evaluate insecticide activities (larvacidal and adulticidal) of Zingiber officinale rhizome extract and Ag-TiO2 nanocomposite against A. aegypti. Method: This experimental study consists of two groups. First, the larvae of A. aegypti exposed to ginger extract (concentrations 500, 1000, 1500, 2000, and 2500 ppm), Ag-TiO2 nanocomposite (concentrations 1, 3, 6, 9, and 12 ppm), and mixture of Z. officinale rhizome extract and Ag-TiO2 (12 ppm) in 5 replicates. Second, adult female A. aegypti mosquitoes exposed with ginger extract (consentrations 2500, 5000, 10000, and 20000 ppm), Ag-TiO2 nanocomposite (consentrations 5, 10, 20, 30 ppm), and ginger extract containing nanocomposite (30 ppm) in 3 replicates. Result: A. aegypti larvae 100% mortality was found on the ginger extract containing Ag-TiO2 (LC50 = 704,1 ppm, LC90 = 1868,5 ppm) and ginger extract (LC50 = 765,7 ppm, LC90 = 1945,1 ppm). There was a significant difference (p < 0,05) and a significant positive correlation between larvae mortality and the concentration of ginger extract (r = 0,6), Ag-TiO2 (r = 0,8), and ginger extract containing Ag-TiO2 (r= 0,7). Mosquitoes 100% mortality was found on the Ag-TiO2 (LC50 = 15,5 ppm, LC90 = 99,0 ppm) and ginger extract containing Ag-TiO2 (LC50 = 744,4 ppm, LC90 = 5078,9 ppm). Percentage difference (p < 0,05) and strong positive correlation was found between the mortality of mosquitoes and the Ag-TiO2 (r = 0,9) and ginger extract containing Ag-TiO2 (r = 0,9) concentrations. Conclusion: Zingiber officinale rhizome extract containing Ag-TiO2 nanocomposite is an effective insecticide to control A. aegypti population.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>