Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauzan Al-Rasyid
"Adverbia adalah kelas kata yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Kelas kata ini dapat berupa kata monomorfemis atau polimorfemis. Bagaimanapun, dari berbagai penelitian terdahulu tentang adverbia, belum ditemukan pembahasan mengenai ciri-ciri adverbia polimorfemis -nya dikaitkan dengan posisinya dalam kalimat, yaitu apakah adverbia yang dikonstruksi melalui proses afiksasi ini memiliki ciri tertentu yang membuatnya dapat diletakkan pada awal, tengah, atau akhir kalimat. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara metodologis, yaitu pendekatan deskriptif dengan dimensi eksplanatif. Data penelitian ini adalah sepuluh adverbia polimorfemis -nya, yaitu kiranya, rupanya, rasanya, semuanya, agaknya, adakalanya, tampaknya, layaknya, biasanya, dan sedikitnya. Sampel kalimat diambil dari Korpus Indonesia (KOIN) dan kemudian dianalisis dengan memeriksa letak adverbia polimorfemis -nya di dalam kalimat dikatikan dengan kelas kata pembentuknya. Penelitian ini memanfaatkan fitur konkordansi yang dapat menampilkan daftar kemunculan suatu kata dalam kalimat. Beberapa kalimat kemudian diambil secara acak yang masing-masing mewakili posisi adverbia yang hendak diteliti dalam kalimat. Tiap temuan dicatat dan dianalisis, kemudian diuji apakah adverbia polimorfemis -nya pada kalimat tersebut mungkin diubah letaknya dan, jika demikian, apakah adverbia tersebut hanya mewatasi kata, frasa, atau klausa. Penelitian ini menemukan adverbia-adverbia polimorfemis -nya yang terbentuk dari nomina dapat diletakkan pada posisi mana pun dalam kalimat, baik di awal, tengah, maupun akhir, dan dari segi perilaku sintaksisnya sama-sama berupa adverbial ekstraklausal. Sementara itu, adverbia polimorfemis -nya lainnya yang terbentuk dari kelas kata lain bisa jadi memiliki karakter yang berbeda-beda.

Adverbs are words that can accompany adjectives, numerals, or propositions in syntactic construction. This word class can be monomorphemic or polymorphemic. However, from various previous studies on adverbs, no discussion has been found regarding the characteristics of the adverb ending in -nya related to its position in the sentence, whether the adverb constructed through this affixation process has certain characteristics that make it able to be placed at the beginning, middle, or end of the sentence. This study uses a methodological approach, namely a descriptive approach with an explanatory dimension. The data of this study are ten adverbs ending in -nya: kiranya, rupanya, rasanya, semuanya, agaknya, adakalanya, tampaknya, layaknya, biasanya, and sedikitnya. The samples of the sentences were taken from the Korpus Indonesia (KOIN) and then analyzed by examining the position of the adverb ending in -nya in the sentence and the class of words that form it up. This study utilizes the concordance feature which can display a list of occurrences of a word in a sentence. Several sentences are taken randomly, each of which represents the position of the adverb to be examined in the sentence. Each finding is recorded and analyzed, then tested whether the adverb ending in -nya in the sentence can be changed and, if so, whether the adverb is only limited to words, phrases, or clauses. This study found that adverbs ending in -nya which are formed from nouns can be placed in any position in a sentence, either at the beginning, middle, or end, and in terms of their syntactical behavior, they are extraclausal adverbs. Meanwhile, adverbs ending in -nya which are formed from other word classes may have different characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sondakh, Sonya
"Masalah pokok yang diutarakan dalam skripsi ini adalah Filsafat Kebersamaan Gabriel Marcel (G.Marcel's Philosophy of Communion). Nenurut Marcel manusia itu berorientasi pada kebersamaan ontologis (ontological communion). Manusia akan merasa tidak lengkap atau utuh dan mengalami frustrasi bila disendirikan atau mengurung diri lepas dari keberbarengan dengan sesamanya. Ini adalah teristimewa nyata bagi manusia yang sadar diri, yang dalam dirinya terkandung tuntutan-tuntutan on_tologis akan pemenuhan, akan transendensi, akan keutuhan bersama. Namun manusia itu juga bebas dan karenanya bisa saja memilih menutup diri terhadap dorongan-dorongan dan harapan-harapan akan partisipasi intersubyektif dengan alam semesta, dengan sesamanya dan dengan Tuhan. Menurutnya berada itu berpartisipasi dalam keberadaan, atau Ada selalu berarti ada bersama (Ease est co-ease). Jadi pilihan yang dihadapi manusia adalah terpisah mengurung diri atau melibatkan diri, bercampur bersama dengan lainnya. Karena diri dan dengan siapa diri itu berpartisipasi tidak bisa dipisahkan, maka berarti manusia itu secara organik dengan alam dan begitu pula alam itu secara or_ganik dengan manusia. Dengan perkataan lain partisipasi adalah dasar bagi pengalaman eksistensi manusia. Kebersamaan (communion) merupakan kenyataan yang dinamis, dimana person-person dalam seluruh kehidupan konkritnya saling memberikan, saling mengisi, saling ada di dalam yang lain, se_hingga bersama mewujudkan realitas baru yang merupakan partisipasi dalam suatu kenyataan yang lebih tinggi; aku dan kau menjadi suatu kesatuan baru yang tidak bisa terpisah menjadi dua bagian. Kebersamaan (communion) adalah kehadiran (presence) yang tercapai sepenuhnya. Hanya karena manusia tetap terbuka bagi yang lain dan secara aktif tetap hadir baginya, kebersamaan (communion) bisa menjadi kenyataan. Dalam hal kebersamaan (communion) Marcel menjelaskan, bahwa penghalang utama bagi terpenuhinya kebersamaan adalah kecen_derungan untuk mengobyektivikasi, karena tindakan ini mengandung kekuatan yang memecah-mecah. Untuk mendalami ini diperlukan pengertian perbedaan antara problem dan misteri. Menurut Marcel problem itu dijumpai pada pertanyaan mengenai obyek yang eksterior bagiku dan tidak memperdulikan saya. Sedangkan misteri menyangkut perjumpaan dengan realitas yang mencakup subyek yang sedang mencari atau mempertanyakan. Kebersamaan bisa tercapai karena orang monghormati misteri. Filsafat Marcel adalah terbuka_ artinya seraya filsafat_nya mengarah ke kematangan dalam komunitas lewat kebersamaan asli. Filsafatnya itu mengharap mendapat kesempurnaan lebih lanjut dari dialektika cinta kasih dari atas yang mengalir dari Yang Absolut ke dalam manusia dan lingkungan manusia. Sesuai dengan sifatnya yang religius ia selalu berhasrat menolong masyarakat dari atomisasi dan kolektivitas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bakti Pratiwi
"ABSTRAK
Tujuan menganalisa adverbia yatto ialah untuk mengetahui fungsi dan padanan artinya dalam bahasa Indonesia. Metode dalam melaksanakan penulisan skripsi ini adalah metode kepustakaan.
Kesimpulan yang didapat dari analisa adalah adverbia yatto mengandung makna, menunjukkan usaha dan kemampuan maksimal seseorang dalam mengatasi situasi sulit yang dihadapi untuk mewujudkan harapan dan keinginannya, padanan artinya adalah 'akhirnya', kemudian menunjukkan. kemampuan yang dicapai dalam melakukan perbuatan tidak bisa melebihi batas kemampuan yang dimiliki, padanan artinya adalah 'hanya bisa', juga menunjukkan tingkat kemampuan dan tingkat keadaan yang pada waktu itu mulai dicapai, padanan artinya adalah 'baru'. Situasi sulit yang dihadapi dalam kalimat yang mengandung adverbia yatto dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, situasi waktu, situasi perbuatan, situasi tempat kejadian dan situasi tingkat kemampuan. Adverbia yatto menerangkan predikat kata kerja sehingga termasuk Jenis adverbia Jotai no fukushi 'adverbia keadaan'. Jenis kata kerja yang dapat diterangkan oleh adverbia yatto ialah kata kerja refleksi, kata kerja kontinuitas dan kata kerja potensial. Kata-kata kerja tersebut kebanyakan menunjukkan kala lampau dan aspek selesai.

"
1989
S13505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oxye Dara Tri Janah
"Skripsi ini memaparkan tentang perbedaan kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Mandarin yang menggunakan adverbia yibian ... yibian dengan yang menggunakan sufiks zhe sebagai penghubung subordinatif secara sintaktis dan semantis. Secara sintaktis kedua bentuk kalimat majemuk bertingkat ini memiliki perbedaan dalam struktur kalimatnya, sedangkan secara semantis diperoleh perbedaan jenis verba yang digunakan dan hubungan semantis kedua verbanya. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis verba pada kalimat yibian ... yibian semuanya adalah verba perbuatan, sedangkan pada kalimat zhe berupa verba perbuatan dan verba penunjuk sikap. Perbedaan verba perbuatan dalam kedua bentuk kalimat ini didasarkan pada kuat-lemahnya sifat kedinamisannya.

This thesis explains the differences among two complex sentences that use adverb yibian ... yibian and suffix zhe as a subordinative linking syntactically and semantically. These two complex sentences syntactically have a difference in their sentence structure, and semantically have a protruding difference in the verb usage and its semantic relations. Analysis and result pinpoints that a verb in sentence with adverbial yibian ... yibian is known as an activity verb, while a verb in another sentence with suffix zhe is defined as a verb of posture. The verbs in these two type of sentences are underpinned by the intensity of the their dynamic properties."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjanara Mahroezar
"Bahasa bersifat khas dan dibangun dari kekhasan yang berhubungan erat dengan budaya (Terigan 1986;2-3). Pendapat ini menjelaskan bahwa kebiasaan-kebiasaan berbahasa dalam suatu masyarakat ditentukan pula oleb budaya yang dimiliki masyarakat tersebut.
Skripsi ini meneliti perbedaan antara tindak bahasa permi ntaan pada bahasa Belanda dan tindak bahasa yang sama pada bahasa Indonesia dari segi pragmatis dengan menggunakan teori Blum Kulka dan Olshtain.
Korpus data diperoleh dari tujuh buku cerita bergambar yang diterbitkan dalam versi bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar perbedaan strategi yang muncul sama sekali tidak dipengaruhi oleh perbedaan konteks, melainkan murni disebabkan oleb perbedaan budaya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pola realisasi tindak bahasa permintaan pada bahasa Belanda dan bahasa Indonesia memang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, meskipun digunakan dalam konteks yang sama. Pada versi bahasa Belanda, tindak bahasa permintaaan pada umumnya menggunakan pendengar sebagai subjek, sementara pada versi bahasa Indonesia pada umumnya tidak ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Muhammad Nugraha
"Hampir di setiap rumpun bahasa ditemukan homonim. Homonim adalah hubungan antara kata yang ditulis dan/atau dilafalkan dengan cara yang sama dengan kata lain, tetapi yang tidak memiliki hubungan makna (Kridalaksana, 1993: 76). Salah satu contoh homonim yang kebetulan menjadi objek pada penelitian ini adalah kata dalam bahasa Belanda, yaitu kata maar.
Maar termasuk ke dalam kelompok homonim karena maar juga termasuk ke dalam lebih dari satu kelas kata. Maar bisa menjadi konjungsi dan juga bisa menjadi adverbia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu di mana letak perbedaan maar sebagai konjungsi dengan maar sebagai adverbia dari segi posisi dan anti, dan apakah penggunaan maar (adv) dapat mempengaruhi formalitas suatu teks."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verhagen, Arie
Dordrecht: Foris Publications, 1986
BLD 439.318 VER l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library