Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Arum Wulandari
Abstrak :
Meningkatnya pemenuhan energi dan semakin seringnya isu mengenai permasalahan lingkungan membuat para peneliti selalu mencari solusi yang tepat agar dapat mengamankan ketersediaan energi dan meminimalisir efek lingkungan yang mungkin terjadi. Salah satu teknologi yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut dalam mengatasi kedua masalah tersebut adalah sistem pendingin dan penyimpanan energi panas secara adsorpsi. Penelitian yang dilakukan ini merupakan menguji kinerja adsorber tipe fin-tube dalam sistem pendingin dan penyimpan panas adsorpsi menggunakan pasangan adsorben dan adsorbat berupa zeolit alam - air. Metodologi yang dilakukan adalah rancang bangun adsorber tipe fin tube dan alat uji adsorpsi serta menguji kinerjanya. Variasi yang dilakukan adalah menggunakan adsorber tipe fin-tube yang mempunyai jarak antar fin 2 mm dan 3 mm, temperatur adsorpsi dan temperatur evaporasi. Selanjutnya dilakukan analisa kharakteristik thermal sehingga didapat kapasitas massa yang terserap maksimal adalah 62,2%, COP sistem pendingin maksimal sebesar 0,44 serta efisiensi thermal sistem penyimpan panas tertinggi sebesar 28,61%. ......The increasing supply of energy and more frequent issues regarding environmental problems makes researchers always look for the right solution in order to secure energy availability and minimize the environmental effects that may occur. One technology that deserves to be further developed in overcoming these two problems are the cooling system and thermal energy storage by adsorption. This research was conducted to test the performance of the fin-tube type adsorber in the cooling system and adsorption thermal energy storage using an adsorbent and adsorbate pair in the form of natural zeolite - water. The methodology used are the design of the fin tube type adsorber, adsorption test equipment and performance test. The variations are using a fin-tube type adsorber which has a fin pitch of 2 mm and 3 mm, the adsorption temperatur and the evaporation temperatur. Furthermore, the thermal characteristics analysis was carried out so that the maximum absorbed mass capacity was 62.2%, the maximum cooling system COP was 0.44 and the highest thermal efficiency of the thermal energy storage system was 28.61%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Faisal
Abstrak :
Karbon mesopori telah berhasil disintesis melalui metode soft template dengan Pluronic F-127 sebagai agen pembentuk pori; phloroglucinol dan formaldehida sebagai sumber karbon. Karbon mesopori kemudian dimodifikasi permukaannya dengan trietilentetraamina (TETA) untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi gas CO2, dan dilakukan juga modifikasi permukaan karbon aktif komersial dengan TETA sebagai pembanding. Karbon mesopori dan karbon aktif komersial termodifikasi TETA dikarakterisasi dengan instrumen FTIR, SEM, EDS dan surface area analyzer-BET untuk melihat pengaruh modifikasi terhadap struktur dan sifat kedua material tersebut. Analisis komposisi unsur dari karbon mesopori termodifikasi dan karbon aktif termodifikasi 30% TETA (w/w) menunjukkan peningkatan kandungan unsur nitrogen berurutan sebesar 21,190% wt dan 1,897% wt. Spektrum FTIR karbon mesopori dan karbon aktif termodifikasi TETA 30% wt memiliki puncak serapan pada bilangan gelombang 3100~3600 cm-1, 1485~1579 cm-1 dan 2924 cm-1 yang merupakan puncak serapan vibrasi stretching N-H, vibrasi stretching simetris dan asimetris CH2 dan vibrasi bending N-H dari TETA, yang menunjukkan kedua material karbon telah berhasil dimodifikasi. Hasil analisis luas permukaan dan ukuran pori menunjukkan modifikasi karbon aktif dengan TETA menurunkan luas permukaan karbon aktif komersial secara signifikan, dari 518,9 m2/g menjadi 17,83 m2/g untuk modifikasi TETA 30% wt, sementara luas permukaan karbon mesopori hanya turun dari 391 m2/g menjadi 161,3 m2/g. Hasil uji adsorpsi CO2 menunjukkan karbon mesopori termodifikasi TETA memiliki kemampuan adsorpsi CO2 lebih baik dibandingkan karbon mesopori tanpa modifikasi, yang mengadsorpsi 7,166 mmol CO2/g adsorben dibandingkan dengan 6,100 mmol CO2/g adsorben untuk karbon mesopori tanpa modifikasi selama 30 menit. Hasil ini lebih baik dibandingkan dengan kemampuan adsorpsi CO2 karbon aktif termodifikasi TETA (30% wt dan 50% wt) yang mengadsorpsi 1,200 mmol CO2/g adsorben dan 1,230 mmol CO2/g adsorben. Kemampuan adsorpsi karbon aktif komersial termodifikasi TETA turun drastis bila dibandingkan dengan sebelum modifikasi (sebesar 9,070 mmol CO2/g adsorben), yang merupakan kemampuan adsorpsi CO2 paling baik diantara adsorben-adsorben lainnya pada penelitian ini. Hasil ini menunjukkan modifikasi karbon mesopori dengan TETA berhasil meningkatkan kemampuan adsorpsi CO2, namun sebaliknya modifikasi karbon aktif dengan TETA menurunkan kemampuan adsorpsi CO2, yang diakibatkan oleh tertutupnya pori. ...... Mesoporous carbon has been successfully synthesized through soft templating method with Pluronic F-127 as pore directing agent; phloroglucinol and formaldehyde as carbon sources. Furthermore, the surface of mesoporous carbon was modified with triethylenetetraamine (TETA) to enhance the CO2 adsorption capability. As comparison, activated carbon was also modified with TETA and tested for CO2 adsorption. TETA modified mesoporous and activated carbon were characterized with FTIR, SEM-EDS and SAA-BET instruments to see the effect of modification to the structure and characteristic of both materials. Analysis of the elemental composition of mesoporous carbon and activated carbon modified TETA 30% wt indicates the enhancement of nitrogen to the amount of 21,190 % wt and 1,897 % wt for mesoporous and activated carbon respectively. FTIR spectrum of both materials show peaks at 3100~3600 cm-1, 1485~1579 cm-1 and 2924 cm-1 which are assigned for N-H stretching, symmetric and asymmetric CH2 and N-H bending peaks from TETA, which indicates that both materials has been succesfully modified. The result of surface area and pore size measurement indicate that modification of activated carbon with TETA decreases its surface area, from 518,9 m2/g to 17,83 m2/g for 30% wt TETA modification. On the other hand, the surface area of modified mesoporous carbon only decreased from 391 m2/g to 161,3 m2/g. The CO2 adsorption results indicate that modified mesoporous carbon have higher CO2 adsorption capability than non-modified mesoporous carbon, in which adsorbing 7,166 mmol CO2/g adsorbent for 30% wt loading compared to 6,100 mmol CO2/g adsorbent for non-modified mesoporous carbon through 30 minutes running. This result is higher than TETA modified activated carbon (30% wt and 50% wt) adsorption capability which are 1,200 mmol CO2/g adsorbent and 1,230 mmol CO2/g adsorbent, respectively. The adsorption capability of modified activated carbon decreases significantly compared to non-modified activated carbon (about 9,070 mmol CO2/g adsorbent), which is the highest amongst all tested adsorbents in this work. In conclusion, the surface of mesoporous carbon modification with TETA enhance the CO2 adsorption capability. On the other hand, modification of activated carbon with TETA lower the CO2 adsorption capability, due to the blocking of the pores.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Pencemaran air oleh logam berat Pb (II) akibat kegiatan industri telah menarik perhatian dunia secara signifikan karena memiliki efek yang merugikan bagi lingkungan. Disisi lain melimpahnya senyawa fosfat di perairan menambah masalah eutrofikasi yang menyebabkan alga blomming dan pertumbuhan tanaman air yang tidak terkendali. Adsorpsi merupakan metode yang efektif dengan harga ekonomis untuk mengatasi permasalahan limbah Pb (II) di perairan. Pemanfaatan tanaman air sebagai biosorben telah dikembangkan demi tujuan tersebut namun masih memiliki beberapa kelemahan. Pada penelitian ini, teknik immobilisasi dilakukan pada spesies tanaman air Duckweed (Lemna perpusilla Torr) pada nanopartikel magnetit dengan penambahan Ca-alginat sebagai adsorben yang memiliki efektifitas tinggi. Adsorben tersebut memiliki pH optimum 10, waktu kontak optimum pada menit ke-90, dan suhu 25oC dengan kemampuan mengadsorpsi terbaik hingga 49,28 mg/g (dengan %Adsorpsi 98,55%) dalam penyerapan logam Pb (II). Nanopartikel magnetit akan mempermudah separasi adsorben dengan memberi medan magnet yang kuat. Nilai %Recovery sebesar 77,75% dalam eluen HNO3 1M yang dimiliki adsorben menjadikan adsorben dapat digunakan kembali. Karaterisasi dengan FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi yang berperan aktif dalam proses penyerapan logam Pb (II)., Water pollution by heavy metals Pb (II) as a result of industrial activities has attracted worldwide attention significantly because it has a detrimental effect on the environment. The abundance of phosphate compounds in water is also adding to the problem of eutrophication which causes blooming algae and aquatic plant growth uncontrolled. Adsorption is an effective method with economical prices to overcome the problems of waste Pb (II) in water. Utilization of water plants as biosorbent been developed for this purpose, but still have some weaknesses. Immobilization technique performed on the species of aquatic plants Duckweed (Lemna perpusilla Torr) on magnetite nanoparticles with the addition of Ca-alginate as an adsorbent which has a high effectiveness. The adsorbent has an optimum pH 10, the optimum contact time within the 90 minute, and temperature of 25oC with the best ability to adsorb up 49.28 mg/g (in %Adsorption 98.55%) in the absorption of Pb (II). With the magnetite nanoparticles will facilitate the separation of the adsorbent with a given magnetic field in its application in water because it has a strong magnetic power. Value%Recovery of 77.75% in 1M HNO3 eluent makes adsorbent can be reused. Characterization with FTIR showed the presence of functional groups that play an active role in the process of absorption of Pb (II).]
Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Modistian
Abstrak :
Studi adsorpsi methyl orange (MO) menggunakan adsorben karbon aktif dan lumpur alum telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas adsorben serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksperimen pada tingkat penyisihan MO. Beberapa faktor pengaruh yang diamati pada proses adsorpsi ini adalah efek konsentrasi adsorben, konsentrasi polutan, pH, temperatur, kecepatan pengadukan, volume reaksi serta penggunaan kembali adsorben (reuse). Studi dilakukan karena MO merupakan salah satu zat pewarna yang berbahaya dalam industri tekstil yang memiliki dampak terhadap manusia dan lingkungan. Berdasarkan eksperimen parametrik yang dilakukan pada adsorben karbon aktif diketahui bahwa seiring dengan naiknya konsentrasi adsorben, efisien penyisihan polutan MO juga meningkat sebesar 99,87% pada 1 g/L karbon aktif. Sedangkan pada efek konsentrasi polutan MO berbanding terbalik dimana semakin besar konsentrasi polutan yang diberikan, tingkat penyisihan pada adsorben semakin menurun, yaitu dari 95,89% menjadi 16,8%. Dan untuk adsorben lumpur alum, efisiensi penghilangan polutan MO sangat kecil hanya 5% dengan aktivasi KOH. Dari kedua perbandingan adsorben yang telah dilakukan, karbon aktif merupakan adsorben yang efektif digunakan untuk menghilangkan polutan methyl orange di air dengan persentase removal hampir 100% pada konsentrasi adsorben 0.5 g/L. Karbon aktif juga dapat diregenerasi dengan efisiensi penyisihan mencapai 80%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library