Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Akam
"Usaha untuk meminimisasi limbah buangan industri yang mengandung amonia agar mencapai baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah RI dalam Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 yang diperbolehkan dalam buangan limbah ke air pemukaan tanah adalah 50 mg/L (50 ppm) dan beban pencemaran maksimum sebesar 0.75 kg amonia/ton limbah. Minimisasi limbah pada industri mensaratkan penggunaan proses operasi seefisien mungkin dan kontinyu serta hasil yang optimal.
Dalam penelitian ini kolom adsorpsi-regenerasi sistem tertutup dibuat agar dua buah kolom dapat digunakan secara simultan sehingga mendekati kondisi yang diharapkan dalam industri. Zeolit yang digunakan adalah zeolit alam lampung yang telah mengalami pencucian dan pemanasan pada 150 °C. Garam NaCl yang digunakan sebagai regeneran adalah garam yang dijual dipasar (Refina) dan keluaran dari kolom regenerasi dikembalikan lagi kedalam bak penampung regeneran sehingga penggunaan bahan regeneran lebih ekonomis. Konsentrasi regeneran yang digunakan 5 g/L, laju alir fluida 0.3 ml/dtk serta dilakukan variasi suhu regeneran yaitu: 30 °C, 40 °C dan 60. Limbah amonia yang digunakan adalah Iimbah buatan mengandung amonia teknis 1 g/L; larutan amonia teknis 2 g/L dan urea 1 g/L, serta limbah yang sesungguhnya yang mengandung limbah amonia industri 2 g/L. Konsentrasi amonia keluaran reaktor dianalisis dengan metode destilasi-titrasi, sedangkan zeolitnya dikarakterisasi dengan FTIR.
Dari hasil penelitian diperoleh penggunanaan kolom adsorpsi-regenerasi sistem tertutup belum Iayak untuk dikembangkan dalam skala industri pada pemakaian konsentrasi amonia 2 g/L. Peningkatan suhu regenerasi dapat memperkecil penurunan kapasitas adsorpsi amonia. Umur dari zeolit untuk mencapai baku mutu bervariasi untuk masing-masing suhu regenerasi namun semuanya pada tahap adsorpsi 2. Untuk suhu regenerasi 30 °C, 40 °C dan 60 °C penurunan kapasitas adsorpsi (5 siklus) rata-rata berturut-turut 5.61 %, 4.85 % dan 3.178 %. Penggunaan limbah amonia sesungguhnya memperkecil penurunan kapasitas adsorpsi namun lebih cepat melewati baku mutu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Ali Rimbasa
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliusman
"Tingkat kematian karena keracunan asap kebakaran jauh lebih besar dibandingkan dengan kematian karena luka bakar. Penelitian ini bertujuan untuk penjernihan asap dan penyerapan CO mengunakan material berukuran nano. Penelitian ini dibagi tiga tahapan, tahap pertama dilakukan seleksi adsorben dalam menyerap CO dengan metode adsorpsi isotemis. Tahap kedua dilakukan uji pembuatan asap dari tisu. Tahap ketiga dilakukan uji penjernihan asap menggunakan adsorben terpilih di tahap pertama dalam kompartemen tunggal yang dilengkapi alat pendeteksi asap fotoeletrik berbasis micro controller. Variabel penelitian adalah ukuran partikel, massa adsorben dan ketinggian sensor di dalam ruang uji dengan parameter tingkat penjernihan 10% (t10).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif dan zeolit alam teraktifasi memiliki kemampuan yang baik dalam penyerapan CO. Nilai ngibbs berturut-turut karbon aktif dan zeolit alam teraktifasi, adalah 0,0682 dan 0,0352 mmol/g. Massa tisu 6 gram dapat menghasilkan asap yang pekat. Proses penjernihan asap lebih efektif menggunakan adsoben dibandingkan tanpa adsorben, waktu t10 adsorben dibawah 50% dari t10 tanpa adsorben. Adsorben dengan ukuran partikel 53 μm mempunyai kemampuan paling baik. Kolom bagian atas lebih cepat jernih dibandingkan tengah dan bawah. Urutan kemampuan adsorben dalam menjernihkan asap berturut-turut: Accom> ACZnCl2> zeolit alam. Nilai t10 terbaik dari ACcom untuk bagian atas, tengah dan bawah kolom adalah 4, 4,6 dan 7,7 menit.

Mortality level due to fire smoke poisoning larger than caused by burn. The aim of this study is smoke clearing and CO adsorption using nano sized material. This study is conducted in three stages, the first stage is the selection of adsorbent to adsorb CO using isotherm adsorption method. The second stage is smoke production testing from tissue as raw material. The final stage is smoke clearing testing using adsorbent chosen in the first stage, conducted in a single compartment equipped with a photoelectric smoke detector based on micro controller. The variables in this study are particle size, adsorbent mass, and detector height in the compartment test, with degree of clearing called t10 as observed parameter.
The results showed that activated carbon and activated natural zeolite has the best ability to adsorb CO. ngibbs value for activated carbon and activated natural zeolite is 0.0682 and 0.0352 mmole/g respectively. 6 grams of tissue can produce high density of smoke. Smoke clearing process using adsorbent more effective than without adsorbent, with t10 using adsorbent less that 50% compared to without adsorbent. Adsorbent with particle size 53μm has the most excellent abilities. Top section of compartment cleared faster than middle and bottom section. The order of adsorbent ability in smoke clearing is as follows: ACcom > ACZnCl2 > natural zeolite. The best parameter of t10 for ACcom at the top, middle, and bottom of compartment is 4, 4.6 and 7.7 minutes respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
D2117
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlelah
"Dalam teknologi ANG, gas alam diserap oleh adsorben pada tekanan yang relatif lebih rendah yaitu 500 sampai dengan 600 psi dan temperatur ruangan sehingga memungkinkan untuk menyimpan gas lebih banyak dibandingkan dengan penyimpanan pada bejana yang tidak dilengkapi dengan adsorben. Pada penelitian ini gas alam diambil dari stasiun Bitung dengan jarak tempuh sejauh 32 km dari lokasi Kawasan Industri Modern Cikande sedangkan data kebutuhan gas alam didapat dengan melakukan konversi data konsumsi listrik ke satuan gas alam. Untuk mengetahui kelayakan proyek ini, dilakukan kajian keekonomian dengan masa opersional proyek selama 10 tahun.
Kajian keekonomian dilakukan melalui parameter NPV, IRR dan PBP untuk skenario konsumsi gas alam 20 , 30 dan 40 dari total konsumsi gas alam di Kawasan Industri Modern Cikande. Hasil kajian keekonomian dengan simulasi perubahan nilai IRR sebesar 11 , 12 ,13 , 14 dan 15 menunjukan bahwa hanya skenario penyerapan konsumsi gas alam 30 dan 40 yang dapat memberikan nilai jual ANG yang kompetitif terhadap harga jual solar dan tarif listrik untuk sektor industri.

In ANG technology, natural gas is absorbed by the adsorbent at relatively low pressure 500 to 600 psi and ambient temperature. It is possible to store more gas in a sorbent filled vessel than in an empty vessel at the same pressure. In this study, natural gas is taken from Bitung station that has the distance around 32 km from Modern Industrial Area Cikande while natural gas demand data is obtained by converting electricity consumption data to natural gas units. Economics and sensitivity analysis are carried out to determine the feasibility of this project, operational period of the project is estimated for 15 years.
The economic analysis would be performed through NPV, IRR and PBP parameters for scenario 20, 30 and 40 from natural gas consumption at Modern Industrial Area Cikande. Economics analysis with simulation on IRR value from 11 , 12 , 13 , 14 and 15 shows that only natural gas consumption with scenario 30 and 40 achieved competitive price against the diesel fuel and electricity base rate for industrial's sector.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47362
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Kurniawan
"ABSTRAK
Teknologi adsorpsi menjadi salah satu solusi oleh peneliti saat ini untuk menyelesaikan permasalahan energi dan lingkungan. Bagian utama sistem pendingin adsorpsi adalah adsorben dan adsorbat. Salah satu adsorben yang paling banyak digunakan dalam penelitian tentang pendinginan adsorpsi adalah silika gel. Konfigurasi chiller terdiri atas dua ruang penyerapan dengan menggunakan fin tube heat exchangers sebagai adsorber, kondenser, and evaporator. Chiller diuji pada kondisi temperatur hot water inlet/cooling water inlet/chilled water inlet/outlet sebesar 79.2/29.4/11.0/8.5oC. Heat dan mass recovery diadopsi dalam eksperimen untuk meningkatkan kapasitas pendinginan. Waktu proses pendinginan divariasikan untuk memperoleh waktu optimal berkaitan dengan performa. Nilai terbaik untuk COP dan kapasitas pendinginan diperoleh sebesar 0.52 dan 3.1 kW menggunakan jarak fin 3 mm pada saat waktu adsorpsi/desorpsi sebesar 700 s.

ABSTRACT
The adsorption technology is becoming the more expected solution by today 39 s researchers for fix the energy and environmental issues. The main part of the cooling system adsorption is adsorbent and adsorbate. One of the most widely used adsorbents in research of adsorption technology is silica gel. A new silica gel water adsorption chiller design was developed that composed of two sorption chambers with compact fin tube heat exchangers as adsorber, condenser, and evaporator. The chiller is tested under typical condition for hot water inlet cooling water inlet chilled water inlet outlet temperatures are 79.2 29.4 11.0 8.5oC, respectively. Heat and mass recovery were adopted in experiment to increase the cooling capacity. The cooling time was variated to obtain the heat recovery optimum time related to the performance. Best value of COP and cooling power were obtained 0.52 and 3.1 kW using 3 mm range of fin, respectively, at adsorption desorption time 700 s."
2018
T50886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Suryaningsih
"Keterbatasan sumber energi akibat meningkatnya kebutuhan energi dari tahun ke tahun membuat keinginan besar mewujudkan teknologi alternatif untuk sumber energi terbarukan. Salah satunya adalah perangkat sel surya berbasis fotoelektrokimia seperti Dye Sensitized Solar Cell (DSSC). Sistem DSSC ini terdiri atas semikonduktor TiO2, dyes N719, elektrolit I-/I3-, serta elektroda Pt/FTO. Sejauh ini, DSSC cukup menjanjikan sebagai perangkat alternatif sumber energi terbarukan. Namun, masih ada hal penting yang perlu diperhatikan pada DSSC adalah adanya arus listrik pendek yang menyebabkan elektron hole terganggu, yakni hole menjadi kosong dan dalam jangka waktu panjang menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha mengatasinya. Salah satunya adalah perlakuan dengan menambahkan koadsorben asam 3-fenil propanoat pada fotoanoda TiO2 tersensitisasi zat warna N719. Dalam penelitian ini, diuji pengaruh penambahan koadsorben dengan variasi konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mmol/L dan variasi waktu perendaman selama 6, 12, 18, dan 24 jam. Hasil preparasi TiO2 nanotube dikarakterisasi menggunakan SEM-EDX, XRD, FTIR, UV-Vis DRS, dan potensiostat. Sementara preparasi TiO2/N719/PPA dikarakterisasi menggunakan UV-Vis DRS dan diuji efisiensinya dalam rakitan DSSC. Hasil uji efisiensi DSSC terbaik adalah 7,30% pada konsentrasi optimum koadsorben asam 3-fenil propanoat 0,5mM dan waktu optimum perendaman 18 jam.


 

Limited energy sources due to increasing energy needs from year to year makes a great desire to realize alternative technologies for renewable energy sources. One of them is photoelectrochemical based solar cell devices such as Dye Sensitized Solar Cell (DSSC). The DSSC system consists of TiO2 semiconductors, N719 dyes, I-/ I3- electrolytes, and Pt/FTO electrodes. So far, DSSC is quite promising as an alternative device for renewable energy sources. However, there is still an important thing to note in DSSC is the existence of short photocurrents that cause hole electrons to be disrupted; hole become empty and in the long term cause damage. Therefore, efforts should be made to overcome them. One of them is the treatment by adding 3-phenyl propanoic acid loading to the TiO2 photoanode sensitized N719. In this study, tested the effect of adding co-absorbent with variation concentration of 0.1; 0.2; 0.3; 0.4 and 0.5 mmol/L and variation of immersion time for 6, 12, 18 and 24 hours. The results of TiO2 nanotube preparation were characterized using SEM-EDX, XRD, FTIR, UV-Vis DRS, and potentiostat. While the TiO2/N719/PPA preparation was characterized using UV-Vis DRS and tested for efficiency in the DSSC assembly. The best DSSC efficiency test results were 7.30% at the optimum concentration of 3-phenyl propanoic acid co-absorbent 0.5 mM and the optimum immersion time at 18hours.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library