Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siahaan, Kristo Benny Pamungkas
Abstrak :
Shigella dysenteriae adalah bakteri gram negatif yang menyebabkan diare berdarah pada manusia. Madu memiliki efek antimikroba dan dapat memperbaiki vili di epitel pencernaan yang dirusak oleh Shigella. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati disentri, salah satunya adalah siprofloksasin. Namun, itu memerlukan penambahan terapi adjuvan untuk mempercepat perbaikan vili usus, yaitu madu manuka. Belum diketahui apakah madu manuka sebagai terapi adjuvan bisa digunakan untuk terapi pada penderita Shigella. Penelitian ini menggunakan uji eksperimental dengan desain pararel secara in vivo pada tikus Sprague-Dawley dengan mengamati morfologi feses. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa morfologi feses hari ke-1 tidak bermakna secara statistik antar kelompok. Morfologi feses hari ke-3 memiliki perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol negatif dibandingkan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok madu manuka. Morfologi feses hari ke-7 memiliki perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol negatif dibandingkan kelompok kontrol positif, kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok madu manuka, dan kelompok madu manuka sebagai terapi adjuvan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Efektivitas madu manuka sebagai terapi adjuvan dapat terlihat jika diberikan selama 7 hari.
Shigella dysenteriae is a gram-negative bacterium which causes bloody diarrhea in humans. Honey has antimicrobial effect and repairs villi in intestinal epithelial which was destructed by Shigella. Ciprofloxacin could be used to treat dysentery. However, adjuvant therapy is needed for fast repairs villi in intestinal. Manuka honey is not completely known whether could be used as adjuvant therapy for Shigellosis. This in vivo experimental test used Sprague-Dawley rats as animal subject. The feces morphology on first, third, and seventh day were the parameter to measure the effect of therapy. The data were analyzed by SPSS program 20.0 for windows with Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test. The result showed that feces morphology on first day was not statistically significant among groups. The feces morphology on third day had statistically significant between negative control group versus positive control group and Manuka honey group versus positive control group. The feces morphology on seventh day had statistically significant between negative control group versus positive control group, Manuka honey group versus positive control group, Manuka honey as adjuvant therapy versus negative control group. The effect of Manuka honey as adjuvant therapy could be seen if it was given during seven days.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Shigella dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif penyebab disentri tersering di masyarakat. Belum jelas diketahui apakah madu Manuka yang memiliki sifat antibakteri dapat membantu penyembuhan disentri sebagai terapi adjuvan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu Manuka sebagai terapi adjuvan terhadap jumlah bakteri feses, perubahan perilaku, serta perubahan berat badan pada tikus yang diinduksi Shigella dysenteriae. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan melakukan pengamatan perilaku, penimbangan berat badan, beserta penghitungan jumlah koloni bakteri menggunakan metode Total Plate Count pada hari pertama dan ketiga penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2013-September 2015 di Rumah Kandang Hewan Coba Departemen Farmakologi dan Terapeutik dan Laboratorium Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Data dianalisis menggunakan program SPSS 22.0 for Windows dengan uji One Way Anova pada data berat badan dan uji Kruskall Wallis pada data jumlah bakteri. Hasil menunjukkan bahwa perubahan berat badan dan jumlah bakteri feses pada hewan yang diinduksi bakteri dan diberi terapi adjuvan madu Manuka dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol negatif tidak bermakna secara statistik sedangkan perubahan perilaku pada hewan coba tidak dapat ditentukan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa madu Manuka sebagai terapi adjuvan tidak efektif dalam membunuh bakteri golongan Shigella., Shigella dysenteriae is a Gram-negative bacteria which is the most frequent cause of dysentery in humans. It is not yet known whether the antibacterial Manuka honey can help recovery of dysentery as adjuvant therapy. This research is aimed to know the effects of Manuka honey as an adjuvant therapy to fecal bacterial count, as well as behavioral and body weight changes in Shigella dysenteriae induced mice. This research utilizes experimental design by behavioral observation, body weight measurement, and bacterial colony count using Total Plate Count method on first and third day of research. This research was carried out from December 2013 to September 2015 in Animal House of Pharmacology and Therapeutic Department and Laboratorium of Microbiology Department of Faculty of Medicine, University of Indonesia. All retrieved data were analyzed using SPSS 22.0 for Windows using One Way Anova test on body weight data and Kruskall Wallis test on bacterial count data. The results showed that body weight changes and fecal bacterial count in bacteria induced animals treated with Manuka honey as adjuvant therapy compared to positive and negative control group are statistically not significant while behavioral changes on test animals cannot be determined. From these results it can be inferred that Manuka honey as adjuvant therapy is not effective to act against Shigella group bacteria]
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library