Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Wulandari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asty Saskia Fabianto
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap wanita tentunya mendambakan mempunyai suami dan keluarga yang bahagia. Jika ada alternatif lain , maka keputusan untuk bercerai tentunya sangat dihindari. Namun apabila seluruh jalan sudah ditempuh , segala macam cara telah dilakukan oleh seorang istri kepada suami untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga tidak berhasil, maka terpaksa ia harus memutuskan bercerai. Dalam penulisan skripsi ini, penelitian lebih difokuskan pada subyek wanitawanita yang berstatus janda yang mengalami hidup tak bermakna, kemudian setelah melalui proses^ia berhasil mengubah hidupnya menjadi bermakna. Adapun penelitian ini adalah kualitatif dengan bersumber pada dua orang subyek yang telah menjadi janda, serta berlandaskan teori Logotherapy dari Viktor Frankl. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan hal apa yang dialami oleh wanita-wanita berstatus janda selama ia mengalami hidup tak bermakna sampai ia dapat dikatakan berhasil merubah kehidupannya menjadi bermakna. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kesejalanan antara kasus kedua orang subyek penelitian dengan tahapan mencapai keberhasilan meraih hidup bermakna, seperti yang diutarakan oleh teori Viktor Frankl, yaitu; Tahap-tahap ini dapat digolongkan menjadi lima tahapan sebagai berikut; a. Tahap Derita (peristiwa tragis, penghayatan tanpa makna) b. Tahap Penerimaan Diri (pemahaman diri, pengubahan sikap) c. Tahap Penemuan Makna Hidup (penemuan makna dan penentuan tujuan-tujuan hidup) d. Tahap Realisasi Makna (keikatan diri, kegiatan terarah untuk pemenuhan makna hidup) e. Tahap Kehidupan Bermakna (penghayatan bermakna, kebahagiaan) Yang secara keseluruhan, hasil analisis kedua subyek penelitian, dalam proses dari kehidupan tak bermakna menjadi bermakna,membutuhkan waktu, effort yang besar perjuangannya .Dan memerlukan waktu yang cukup lama .
2004
S3252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
P. Maduretno
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang psrose penyesuaian diri istri yang suaminya terserang stroke. Stroke adalah penyakit kerusakan pada area otak yang ketika persediaan darah ke area tersebut terganggu dan menyebabkan otak kekurangan oksigen. Stroke dapat mengakibatkan penderitanya mengalami kelumpuhan fisik, gangguan kognitif dan emosi tergantung dari bagian otak mana yang terkena serangan. Penyakit stroke tidak hanya menimbulkan penderitaan atau kesulitan pada diri penderitanya saja, namun juga keluarganya, terutama orang yang memiliki ikatan emosi yang erat dengan penderita, seperti pasangan atau anak (Rolland dalam Herfianti, 1998). Istri yang suaminya menderita penyakit kronis harus menghadapi masalah-masalah baru yang berkaitan dengan penyakit dan ini menjadi stres tersendiri bagi istri (Kuyper & Wester, 1998). Seorang istri yang suaminya terserang stroke dituntut harus menerima dan menyesuaikan diri dengan kondisi suaminya yang mengalami perubahan setelah stroke. Menurut Atwater (1983), penyesuaian diri meliputi perubahan dalam diri seseorang dan lingkungannya untuk mencapai hubungan yang baik dengan orang lain dan lingkungannya. Haber & Runyon (1984) mengemukakan karakteristik yang menunjukkan penyesuaian diri yang efektif meliputi persepsi yang akurat tentang realitas, kemampuan mengatasi stres dan kecemasan, gambaran diri (self-image) yang positif, kemampuan untuk mengekspresikan emosi, dan memiliki hubungan interpersonal yang baik. Penyesuaian diri yang dapat dilakukan oleh seorang istri yang memiliki suami yang menderita penyakit kronis adalah dengan membiasakan diri dan belajar hidup dari kenyataan atau keadaan yang ada, juga menyesuaikan jadwal sehari-hari dan menyesuaikan dengan keinginan penderita. Penelitian dilakukan pada istri yang menjadi caregiver bagi suaminya yang terserang stroke. Untuk mendapatkan gambaran tentang proses penyesuaian diri istri yang suaminya terserang stroke, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan wawancara dan obsercasi sebagai alat pengumpulan datanya. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa masalah yang dialami istri yang suaminya terserang stroke berkaitan dengan masalah beban tugas merawat suami, masalah dengan kondisi sakit suami, dan masalah hubungan dengan orang-orang disekitamya. Istri penderita stroke menyesuaikan diri dengan berbagai tugas-tugas merawat suaminya dengan menerima dan menjalankannya. Mereka berusaha memahami dan menerima keadaan suaminya dan berusaha menghadapi setiap masalah yang muncul.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidwina
2004
S3377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellizah Adam
Abstrak :
Pengasuhan anak merupakan suatu proses yang penuh stres (stressful) namun juga membawa kepuasan emosional bagi pasangan suami istri (Carter & Mc Goldrick, 1982). Berbagai masalah yang ditemui dalam mengasuh anak dapat membuat kedua orang tuanya mengalami konflik baik di antara mereka berdua maupun dengan orang sekitarnya. Masalah-masalah yang dialami oleh orang tua anak dengan gangguan perkembangan tertentu biasanya lebih besar dari orang tua dengan anak normal (Mangunsong, 1998). Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti mengenai orang tua anak penyandang autisma Autisma adalah suatu gangguan perkembangan yang dialami oleh anak sejak tiga tahun awal kehidupannya. Gangguan ini bersifat menetap dan mempengaruhi semua aspek kehidupan anak. Gejala pada anak adalah kesulitan berkomunikasi verbal, kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain, serta obsesi kuat terhadap rutinitas. Pada umumnya anak penyandang autis tidak memperlihatkan ciri-ciri penampilan fisik yang menunjukkan kelainannya itu, sehingga terkadang orang tua mengalami kesulitan menerima diagnosa anak. Selain itu, para orang tua juga merasakan berbagai perasaan negatif yang diakibatkan diagnosa autisma anak. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran proses stres dan coping pada orang tua anak penyandang autisma. Dalam menggambarkan proses stres yang dialami oleh para orang tua penyandang autisma, akan digunakan model appraisal yang dikembangkan oleh Lazarus (dalam Cooper & Pavne, 1991). Proses ini terdiri dari dua tahap yaitu primary dan secondary appraisal. Dari hasil appraisal individu terhadap situasi yang dihadapinya maka individu akan menentukan bermasalah atau tidaknya situasi tersebut. Bila suatu situasi dirasa bermasalah, maka individu akan memunculkan respon untuk mengatasinya {coping). Model strategi coping yang digunakan adalah dari Carver, Wientraub & Scheier (1989) dengan skala COPE. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yaitu melalui metode wawancara dan observasi. Yang menjadi subyek adalah tiga pasang suami-istri yang memiliki anak penyandang autisma. Semua subyek berdomisili di DKI Jakarta dengan tingkat pendidikan antara SMEA dan Strata-2 (pasca saijana). Tingkat sosial ekonomi subyek adalah menengah sampai menengah ke atas. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sebelum mendapat diagnosa autisma anak, dua pasang orang tua tidak pernah mengetahui sama sekali tentang autisma sedangkan satu pasang sudah mengetahui dari media massa Ketidaktahuan mengenai autisma ini menyebabkan dalam penanganan anak menjadi kurang terarah dan juga kurang efektif. Di samping itu.diagnosa yang tidak pasti mengenai kondisi anak menimbulkan keresahan dan tekanan emosional pada kedua pasangan tersebut. Perilaku anak yang sulit dipahami dan tidak wajar juga menimbulkan masalah yang dirasa berat oleh semua subyek. Coping yang dilakukan pada saat ini biasanya berupa mencari informasi dan juga melampiaskan perasaan sedih dengan menangis atau berdoa. Setelah mendapat diagnosa, ketiga pasangan mengaku merasakan berbagai emosi negatif seperti sedih, kasihan pada anak, tidak percaya, dan sebagainya. Untuk mengatasi ini, para orang tua selain berusaha mencari informasi dan penanganan bagi anak, juga mencari dukungan dari orang sekitar seperti keluarga, teman dan rekan keija. Sesudah mengetahui diagnosa anak, masalah yang dihadapi antara lain masalah keuangan kesulitan menemukan fasilitas terapi yang cocok dan juga memberikan penjelasan pada keluarga besar agar dapat menerima autisma anak mereka. Dalam pembagian tanggung jawab pengasuhan anak, dua pasangan memiliki bentuk keluarga tradisional di mana suami bekerja dan istri mengurus anak sedangkan satu pasangan memiliki bentuk keluarga di mana suami dan istri sama-sama beker]a dan pengasuhan anak di siang hari diserahkan kepada baby sitter dan orang tua dari istri. Ditemukan adanya perbedaan di mana pada keluarga tradisional, istri yang lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak cenderung lebih mengetahui cara mendidik anak dan juga lebih tahu cara menerapkan hal-hal yang diajarkan pada terapi. Para suami dalam keluarga tradisional ini berusaha untuk mengikuti perkembangan anak namun banyak terhambat oleh kesibukan pekerjaan. Karena ketidaktahuan mereka, kedua orang ayah terkadang inkonsisten dalam mendidik anak sehingga melanggar aturan pengasuhan yang ditetapkan oleh istri mereka. Inkonsistensi ini dirasakan sebagai masalah yang amat besar oleh satu pasangan sedangkan tidak oleh pasangan yang lain. Pada keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, pengetahuan dan perlakuan terhadap anak relatif sama meski sang istri mengakui bahwa suaminya lebih tegas. Setahun terakhir, para subyek merasakan kepuasan yang berbeda terhadap berbagai penanganan yang mereka lakukan terhadap anak mereka Dua orang pasangan mengaku sudah melihat banyak kemajuan pada anaknya dan bahwa sebagian besar cara yang mereka pilih membawa hasil yang positif sementara satu pasangan merasa sangat tidak puas. Ketidakpuasan ini diakibatkan oleh inkonsistensi dari suami dan juga karena kurang intensifnya terapi pada tahuntahun awal diagnosa karena hambatan biaya Penelitian ini menemukan bahwa ada beberapa gejala coping yang tidak diungkap oleh Skala COPE yaitu perbandingan keberhasilan diri sendiri dengan orang lain (socicil comparison). Skala ini juga tidak membahas mengenai pemberian dukungan sosial kepada orang lain sebagai sebuah strategi coping.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Rosmauli
2005
S3468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Astuti
Abstrak :
Keluarga sudah sejak lama diketahui sebagai penyedia pendampingan atau bantuan terbesar bagi para lansia dengan gangguan fisik dan kognitif (Brody, dalarn Gatt, Bengtson, & Blum, 1990). Alasan mengapa para lansia ini membutuhkan bantuan, berkaitan erat dengan konteks epidemiologis akibat munculnya penyakit-penyakit Icronis yang mengarah pada gangguan fisik dan kerusakan kognitif Gangguan serta kerusakan tersebut menempatkan sebagian besar lansia pada posisi membutuhkan pendampingan atau bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keadaan ini mengakibatkan timbulnya tuntutan akan peran caregiving atau pemberian pengasuhan yang lebih aktif dari anak-anak yang telah mencapai usia dewasa (adult children). Dalarn banyak situasi caregiving, anggota keluarga yang berperan sebagai primary. caregiver mengemban tanggung jawab yang lebih besar dalam memberikan pengasuhan. Hal ini sesuai dengan definisi dari caregiving itu sendiri yaitu intera1csi dimana salah satu anggota keluarga membantu pihak lain dalam mengeIjakan tugas atau aktivitas sehari-hari yang pada umwnnya bisa dilakukan secara mandiri. Salah satu jenis penyakit kronis yang kemunculannya meningkat sering dengan pertambahan usia adalah demensia Demensia merupakan gangguan fungsi kognitif yang berdampak pada timbulnya gangguan emosi dan tingkah laku pada diri penderitanya Memberikan pengasuhan serta perawatan kepada penderita demensia atau jenis gangguan mental lainnya, secara umum lebih sulit dibandingkan dengan merawat lansia yang mengalami gangguan fisik tapi sedikit atau sarna sekali tidak memperlihatkan adanya gangguan emosional dan tingkah laku (Birkel, Pearson et. aI., dalam Zarit & Edwards, 1999). Menurut sebagian besar caregiver, gangguan emosional dan tingkah laku ini selain sangat menyuJitkan juga mampu membuat mereka merasa sangat tertekan (Teri et.aI., Levine, et.aI., dalam Zarit & Edwards, 1999).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilmer, B. von Haller (Beverly von Haller), 1909-1994
New York: McGraw-Hill, 1966
150.13 GIL i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gilmer, B. von Haller (Beverly von Haller), 1909-1994
New Delhi: McGraw-Hill, 1967
158 GIL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library