Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titis Alocitta Rachma
"Adiksi internet pada mahasiswa dapat menurunkan performa akademik dan memunculkan masalah kesehatan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perspektif waktu Present-Fatalistic dan Future memengaruhi adiksi internet, namun hasil yang ditemukan masih diperdebatkan karena pada penelitian lain ditemukan hasil dengan pola yang berbeda. Berdasarkan teori Transactional Model of Stress and Coping, adanya perbedaan disebabkan terdapat peran perceived stress pada hubungan keduanya.
Dari penjelasan tersebut, maka penelitian ini ingin melihat peran perceived stress sebagai mediator dalam hubungan perspektif waktu Present-Fatalistic dan Future dengan adiksi internet. Responden penelitian ini adalah mahasiswa berusia 18-24 tahun yang menggunakan internet di kehidupan sehari-hari (n = 348).
Berdasarkan hasil analisis mediasi, ditemukan bahwa perceived stress berperan sebagai mediator pada hubungan perspektif waktu Present-Fatalistic dan Future dengan adiksi internet. Hal ini berarti individu dengan Present-Fatalistic dan Future cenderung terlibat dalam adiksi internet apabila individu mengalami stres. Selain itu, terdapat hubungan langsung antara PresentFatalistic dan adiksi internet yang menunjukkan bahwa individu dengan PresentFatalistic dapat terlibat dalam adiksi internet meskipun individu tidak mengalami stres.

Internet addiction can cause academic and health problems. Previous studies showed that Present-Fatalistic and Future time perspectives influence internet addiction, but the results are still debated because other studies found a different pattern of results. Based on the Transactional Model of Stress and Coping theory, the difference is caused by the role of perceived stress in the relationship.
The current study aimed to know the role of perceived stress as a mediator in the relationship between Present-Fatalistic and Future time perspectives with internet addiction. Participants in this study were college students aged 18-24 (n = 348).
Based on the mediation analysis, it was found that perceived stress acts as a mediator in the relationship between Present-Fatalistic and Future time perspectives with internet addiction. This means that individual with Present Fatalistic and Future time perspectives will have internet addiction if the individual experiences stress. In addition, there is a direct relationship between Present Fatalistic and internet addiction which shows that individual with Present-Fatalistic have a tendency to experience internet addiction even though the individual does not experience stressful conditions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvina Isnaini
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara keberfungsian keluarga dan dukungan sosial pada remaja ketergantungan narkoba yang menjalani rehabilitasi. Pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan alat ukur Keberfungsian Keluarga yaitu McMaster Family Assessment Device (FAD) (Epstein, Ryan, Bishop, Miller, & Keitner, 2003) dan pengukuran Dukungan Sosial yaitu alat ukur Berlin Social Support Scale (BSSS) (Schwarzer & Schulz). Partisipan berjumlah 40 remaja ketergantungan narkoba yang menjalani rehabilitasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberfungsian keluarga dan dukungan sosial pada remaja ketergantungan narkoba yang menjalani rehabilitasi (r = .666; p = .000).

This research was conducted to find correlation between family functioning and social support among adolescent substance dependency taking rehabilitation. Family functioning conflict was measured using a modification instrument named McMaster Family Assessment Device (FAD) (Epstein, Ryan, Bishop, Miller, & Keitner, 2003) and social support was measured using a modification instrument named Berlin Social Support Scale (BSSS) (Schwarzer & Schulz). The participants of this research were 40 adolescent substance dependency taking rehabilitation. The main result of this research showed that family functioning have a significant relation with social support among adolescent substance dependency taking rehabilitation (r = .666; p = .000)"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S45607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reztika Putri Hadiani
"Pertumbuhan pengguna internet yang terjadi secara global juga dilaporkan terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan survei terbaru, diketahui bahwa kelompok usia remaja merupakan kelompok dengan tingkat pengakses internet tertinggi. Pertumbuhan angka ini salah satunya disebabkan oleh kebutuhan pembelajaran dalam jaringan selama pandemi COVID-19. Tingginya angka pengakses internet pada kelompok usia remaja ini perlu menjadi perhatian karena penggunaan internet pada usia ini dapat menyebabkan peningkatan risiko adiksi internet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengasuhan terhadap adiksi internet melalui self-control pada siswa-siswi SMAN 2 Cibinong. Belum cukup banyak bahasan penelitian yang menyatukan ketiga variabel ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yang menyajikan data berupa angka dalam bentuk tabel untuk menjelaskan hubungan asimetrik antar variabel. Penelitian dilakukan terhadap 273 siswa yang menerima pengasuhan ibu dan ayah, yang dipilih melalui pengambilan sampel berstrata acak. Penentuan besaran sampel dihitung melalui rumus Slovin dengan estimasi ketimpangan 5%. Data yang dikumpulkan berupa data primer dari hasil pengisian kuesioner yang telah ada dari masing-masing variabel. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui item-item pertanyaan yang tidak valid. Uji reliabilitas dilakukan dengan Cronbach’s α > 0.08 untuk masing-masing kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat untuk mengetahui gambaran kondisi setiap variabel melalui kategorisasi. Analisis bivariat juga dilakukan melalui analisis Somers’ D untuk variabel dalam penelitian ini yang berskala ordinal. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan (59.3%, n = 162), berada pada tahap perkembangan remaja (14-18 tahun) dengan usia paling banyak muncul adalah 16 tahun (n = 129), terdiri dari kelas 10 (50.18%, n = 137), aktif mengakses internet selama 12 bulan terakhir (98.9%, n = 270), menggunakan gawai sebagai perangkat untuk mengakses internet (97.44%, n = 266), mengakses internet menggunakan Wi-Fi (84.6%, n = 231), mengakses internet dengan gawai pribadi sejak lebih dari lima tahun lalu (54.6%, n = 149), dan mengakses internet dalam durasi harian lebih dari lima jam (60.8%, n = 166). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dalam penelitian ini mengalami adiksi internet dalam kategori tinggi (50.2%, n = 137), menerima pola pengasuhan authoritative (36.6%, n = 100) dan neglectful (30.4%, n = 83) dari pihak ibu, pola pengasuhan authoritative (34.4%, n = 94) dan neglectful (31.1%, n = 85) dari pihak ayah dan memiliki self-control dalam kategori tinggi (54.2%, n = 148). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pengasuhan ibu dan ayah tidak berpengaruh signifikan terhadap adiksi internet, p = 0.844 dan p = 0.703. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa pengasuhan ibu dan ayah tidak berpengaruh signifikan terhadap self-control, p = 0.769 dan p = 0.215. Adapun self-control berpengaruh signifikan secara negatif terhadap adiksi internet, d = -0.402, p < 0.001. Analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh pengasuhan terhadap adiksi internet melalui self-control tidak dapat dilanjutkan karena tidak memenuhi ketentuan sehingga menghasilkan pengaruh mediasi yang tidak signifikan. Hasil penelitian ini menekankan pentingnya self-control sebagai salah satu faktor yang secara signifikan mampu mencegah adiksi internet pada remaja.

The growth of internet users that occurs globally is also reported to occur in Indonesia from year to year. Based on the latest survey report, it is known that the teenage age group has the highest level of internet access. This growth in numbers is partly due to the need for online learning during the COVID-19. The high number of internet users in this teenage age group needs to be a concern because it can risk internet addiction. This research aims to determine the effect of parenting on internet addiction through self-control in students at SMAN 2 Cibinong. There are still few studies conducted to discuss these three variables. This research is quantitative research with descriptive design. The research was conducted on 273 students who received parenting from both parents, who were selected through random stratified sampling. Determination of sample size was calculated using the Slovin formula with a 5% margin of error. The primary data collected from the questionnaire. Validity tests are carried out to eliminate invalid question items. Reliability test showed Cronbach’s α > 0.08 for each questionnaire. Data analysis was carried out using univariate and bivariate through Somers’ D analysis. The results showed that the most of the students were female (59.3%, n = 162), were in adolescent development stage (14-18 years old) with the most common age is 16 years (n = 129), consisting of 10th grade (50.18%, n = 137), actively access internet during the last 12 months (98.9%, n = 270), using smartphone as a device to access the internet (97.44%, n = 266), access the internet using Wi-Fi (84.6% , n = 231), access the internet with personal device since more than five years ago (54.6%, n = 149) and access the internet more than five hours in a day (60.8%, n = 166). The results show that most of the students experienced a high level of internet addiction (50.2%, n = 137), received authoritative (36.6%, n = 100) and neglectful (30.4%, n = 83) maternal parenting style, authoritative (34.4%, n = 94) and neglectful (31.1%, n = 85) paternal parenting style and having high level of self-control (54.2%, n = 148). The result show that parenting has no significant effect on internet addiction, p = 0.844 for maternal parenting, and p = 0.703. Results also shows that parenting has no significant effect on self-control, p = 0.769 for maternal parenting and p = 0.215 for paternal parenting. Meanwhile, self-control has a significant influence on internet addiction, d = -0.402, p < 0.001. Multivariate analysis can’t be accomplished because it doesn’t meet the requirements for significant influence between variables in bivariate analysis, resulting in an insignificant mediation effect. This result emphasizes the importance of self-control as a factor that can significantly prevent internet addiction in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffa Arsy Cahyanishrina
"Popularitas game gacha mulai meningkat secara pesat dalam beberapa tahun terakhir, ditandai dengan lonjakan jumlah pemain secara signifikan. Dengan mengandalkan sistem monetisasi berbasis transaksi mikro, game ini menekankan keterlibatan emosional yang mendorong terbentuknya hubungan parasosial antara pemain dan karakter virtual. Di sisi lain, muncul kekhawatiran mengenai dampak negatif dari permainan ini berupa risiko adiksi game. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara adiksi game dan hubungan parasosial pada pemain game gacha. Sebanyak 760 partisipan yang bermain game gacha minimal dua hari dalam seminggu dilibatkan dalam studi ini. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Game Addiction Scale (GAS-21) dan Multiple Parasocial Relationships Scale (MPRS). Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara adiksi game dan hubungan parasosial (r = 0.269, p < 0.001). Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat adiksi game, semakin kuat pula hubungan parasosial yang terjalin antara pemain dan karakter favorit dalam game.

The popularity of gacha games has grown substantially in recent years, marked by a significant increase in the number of players. Relying on a microtransaction-based monetization system, these games emphasize emotional engagement, which may foster parasocial relationships between players and virtual characters. Meanwhile, concerns regarding the potential negative impact of such games, particularly the risk of game addiction, have emerged. This study aims to examine the relationship between game addiction and parasocial relationships among gacha game players. A total of 760 participants who played gacha games at least two days per week were involved in this study. Data were collected using the Game Addiction Scale (GAS-21) and the Multiple Parasocial Relationships Scale (MPRS). Correlation analysis revealed a significant positive relationship between game addiction and parasocial relationships (r = 0.269, p < 0.001). These findings suggest that higher levels of game addiction are associated with stronger parasocial bonds between players and their favorite in-game characters. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffa Arsy Cahyanishrina
"Popularitas game gacha mulai meningkat secara pesat dalam beberapa tahun terakhir, ditandai dengan lonjakan jumlah pemain secara signifikan. Dengan mengandalkan sistem monetisasi berbasis transaksi mikro, game ini menekankan keterlibatan emosional yang mendorong terbentuknya hubungan parasosial antara pemain dan karakter virtual. Di sisi lain, muncul kekhawatiran mengenai dampak negatif dari permainan ini berupa risiko adiksi game. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara adiksi game dan hubungan parasosial pada pemain game gacha. Sebanyak 760 partisipan yang bermain game gacha minimal dua hari dalam seminggu dilibatkan dalam studi ini. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Game Addiction Scale (GAS-21) dan Multiple Parasocial Relationships Scale (MPRS). Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara adiksi game dan hubungan parasosial (r = 0.269, p < 0.001). Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat adiksi game, semakin kuat pula hubungan parasosial yang terjalin antara pemain dan karakter favorit dalam game.

The popularity of gacha games has grown substantially in recent years, marked by a significant increase in the number of players. Relying on a microtransaction-based monetization system, these games emphasize emotional engagement, which may foster parasocial relationships between players and virtual characters. Meanwhile, concerns regarding the potential negative impact of such games, particularly the risk of game addiction, have emerged. This study aims to examine the relationship between game addiction and parasocial relationships among gacha game players. A total of 760 participants who played gacha games at least two days per week were involved in this study. Data were collected using the Game Addiction Scale (GAS-21) and the Multiple Parasocial Relationships Scale (MPRS). Correlation analysis revealed a significant positive relationship between game addiction and parasocial relationships (r = 0.269, p < 0.001). These findings suggest that higher levels of game addiction are associated with stronger parasocial bonds between players and their favorite in-game characters. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Safira
"Mahasiswa yang berada di tahap emerging adulthood kerap kali menghadapi tantangan-tantangan perkuliahan dan kehidupan yang dapat berdampak buruk terhadap Kesejahteraan Psikologis. Berdasarkan tinjauan literatur, ditemukan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar psikologis (PKDP) dan penggunaan internet bermasalah (PIB) berperan dalam Kesejahteraan Psikologis pada mahasiswa. Belum terdapat penelitian yang meneliti dinamika hubungan PKDP, PIB, dan Kesejahteraan Psikologis pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran PKDP dan PIB dalam memprediksi Kesejahteraan Psikologis serta hubungan PKDP dan PIB pada mahasiswa. Penelitian ini melibatkan 243 partisipan mahasiswa (Mage=21,2, Nperempuan=179) . Pengukuran variabel menggunakan alat ukur Ryff Psychological Well Being Scale (RPWBS), Basic Psychological Need Satisfaction Scale (BPNSS), dan Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PIB dapat memediasi hubungan antara PKDP dan Kesejahteraan Psikologis secara parsial (β = 9,1906, 95% CI [7,8382, 10,5430]). Temuan dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan dalam menyusun intervensi meningkatkan Kesejahteraan Psikologis pada mahasiswa di tahap emerging adulthood =melalui PIB.

Students who are in the emerging adulthood stage often face challenges in college and life that could have a negative impact on psychological well-being (PWB). Based on a literature review, it was found that basic psychological need satisfaction (BPNS) and problematic internet use (PIU) played a role in PWB for university students. Previous research in Indonesia have not investigated the dynamic BPNS, PIU, and PWB in university students yet. This research aimed to look at the role of PIU in mediating the relationship between BPNS and PWB. This research involved 243 student participants (Mage=21,2, Nwoman=179)) and live in Indonesia. Variable measurements used the Ryff Psychological Well Being Scale (RPWBS), Basic Psychological Need Satisfaction Scale (BPNSS), and Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS 2). The research results show that PIU partially mediated the relationship between BPNS and PWB (β = 9,1906, 95% CI [7,8382, 10,5430]). The findings from the research can be used as a consideration when arranging intervention to increase university students PWB in the emerging adulthood stage through PIB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library