Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Turnip, Idawaty Elisabet
Abstrak :
Timbal, mangan, fenol, merupakan zat-zat kimia yang banyak terdapat diperairan karena berasal dari limbah buangan industri, maupun sisa-sisa penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya diperairan, terutama timbal dan mangan juga terdapat di linkungan udara.Kandungan yang berlebihan akan zat-zat tersebut diperairan dapat menimbulkan kemsakan dalam sistem biota akuatik, terutama pada ikan, yang akhirnya dapat merugikan manusia pula, karena hidup manusia tidak bisa lepas dari air dan lingkungan sekitar.Dalam penelitian ini dilakukan uji toksisitas akut zat-zat tersebut terhadap ikan mas yang berusia sekitar 1 bulan dengan berat antara 1 - 2 gr.Timbal dan mangan yang dipergunakan dalam bentuk senyawaan dengan nitrat, dan fenol dalam bentuk fenol mumi. Parameter dalam uji toksisitas akut ini adalah LCso. yaitu konsentrasi toksikan dimana diperoleh 50% hewan uji mati. Pengujian dllakukan selama 96 jam atau 4 hari. Penelitlan ini juga mengamati apakah ada bioakumulasi zat-zat tersebut dalam tubuh ikan. Hasii yang diperoleh dari penelitlan ini adalah harga LCso - 96 jam bagi fenol adalah sebesar 40 ppm, timbal nitrat sebesar 50 ppm, dan 100 ppm bagi mangan nitrat. Tidak terlihat adanya akumulasi pada ikan mas untuk semua senyawa tersebut.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Deandra Diba
Abstrak :
ABSTRACT
Di Indonesia, kanker kolorektal termasuk dalam kanker dengan insidensi tinggi yang memiliki rata-rata kematian sebanyak 10.2% pada pria dan 8.5% pada wanita. Meskipun kemoterapi adalah terapi standar untuk kanker kolorektal, efek samping yang disebabkan masih tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan agen antikanker potensial yang berasal dari herbal sebagai terapi baru atau tambahan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kulit Garcinia mangostana L. (mangostin) mengandung α- mangostin yang berpotensi sebagai agen antikanker karena dapat memicu apoptosis dan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Untuk meningkatkan efikasinya di area kolon, fraksinasi ekstrak etil asetat dari G. mangostana L. diformulasikan ke dalam bentuk mikropartikel dan dienkapsulasi dengan kitosan-alginat yang bersifat targeted-release pada area kolon. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan LD50 dari fraksinasi etil asetat ekstrak G. mangostana L. dengan mikroenkapsulasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji toksisitas akut oral dengan menggunakan 20 mencit BALB/c betina nulipara yang dibagi menjadi 4 kelompok (n=5) yang diberikan dosis tunggal 2, 3, dan 5 g/kgBB dan satu kelompok kontrol. Administrasi ekstrak pada mencit BALB/c pada dosis tunggal mangosteen 2, 3, dan 5 g/kgBB tidak menunjukkan gejala toksisitas selama 14 hari observasi. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa mikropartikel ekstrak fraksi etil asetat G. mangostana L. tidak menunjukkan toksisitas pada dosis tunggal 2, 3, dan 5 g/kgBB. Untuk memastikan tingkat keamanan dari partikel ini, perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi dan biokimia serta uji toksisitas subkronik.
ABSTRACT
In Indonesia, colorectal cancer is included in the list of cancers with high incidence with estimated death rate of 10.2% in men and 8.5% in women. Although chemotherapy is a standard therapy for colorectal cancer, it leaves a problem of adverse side effects that need to be sought from potential anticancer agents from herbs to be used as a new or additional therapy. Based on previous studies, Garcinia mangostana L. (mangosteen) pericarp contains α- mangostin that is potential as an anti-cancer agent as it can induce apoptosis and has a high antioxidant content. To improve its efficacy in the colon area, fractionation of ethyl acetate extract of G. mangostana L. was then formulated into microparticles encapsulated by chitosan-alginat material which targeted-release aiming the colon area. This research aims to identify the LD50 microencapsulated fractionation of ethyl acetate extract of G. mangostana L. The method used in this experiment was oral acute toxicity test using 20 nulipara female BALB/c mice that were divided into 4 groups (n=5) that were given intragastric administration of a single dose of 2, 3, and 5 g/kg.BW and one control group. Administration of this extract to BALB/c mice at a single dose of 2, 3, and 5 g/kg body weight mangosteen produced no toxicity signs during 14 days of observation. The results of this study indicate that encapsulated of ethyl acetate fraction microparticles of G. mangostana L. extract cause no toxicity at a single dose of 2, 3, and 5 g/kg body weight. To ensure the safety level, histopathological, biochemical examination and subchronic toxicity test are necessary.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Widya Ningrum
Abstrak :
Hingga saat ini di Indonesia belum ada metode uji toksisitas akut limbah yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) merupakan salah satu organisasi yang sudah mengeluarkan prosedur standar pengujian toksisitas lingkungan OECD 425 secara internasional. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah metode OECD 425 memenuhi persyaratan validasi yaitu akurasi dan presisisi serta dapat digunakan sebagai metode standar pengujian toksisitas akut limbah di Indonesia. Pada penelitian ini digunakan tembaga (II) sulfat pentahidrat sebagai reference toxicant untuk mengetahui nilai LD50 dan pengaruh pemberian larutan tersebut pada hati dan ginjal. Hewan uji berupa mencit betina galur DDY sebanyak 120 ekor. Kelompok perlakuan diberi tembaga (II) sulfat pentahidrat dengan dosis berturut-turut 840 dan 2150 mg/kg bb, sedangkan kelompok kontrol diberi akuades. Nilai LD50 ditentukan dengan software AOT425StatPgm, kemdian dilakkan validasi nilai LD50 tersebut. Hasil uji toksisitas akut oral OECD 425 menunjukkan nilai LD50 tembaga (II) sulfat pentahidrat 1344 mg/kg bb yang sesuai dengan literatur. Pemeriksaan histologi hati dan ginjal menunjukkan adanya pengaruh pemberian dosis 840 mg/kg bb dan 2150 mg/kg bb. Metode pengujian toksisitas akut oral OECD 425 memenuhi persyaratan akurasi dan presisi serta dapat menjadi metode acuan untuk pengujian toksisitas akut oral limbah di Indonesia. ......Up to this time in Indonesia, an acute oral toxicity test of waste hasn?t been accreditated by the National Accrediatation Committee (KAN). Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) is one of the organization which published an OECD 425 guideline method for environmental toxicology testing internationally. This study was intended to find out whether the OECD 425 method can satisfy the accuracy and precision of validation criteria and can be used as the standard acute toxicity test for waste in Indonesia. Copper (II) sulphate pentahydrate was used as a reference toxicant in order to determine the LD50 value and determine the effect of the solution on liver and kidney. One hundred and twenty DDY female mice were used in the trial. Treated groups were given the reference toxicant solution of copper (II) sulphate pentahydrate with dose of 840 and 2150 mg/kg bw, while control group was given the aquadest. LD50 value was determined by AOT425StatPgm software. The results of the acute oral toxicity OECD 425 test showed that LD50 value of copper (II) sulphate pentahydrate was 1344 mg/kg bw which was in agreement with literature. The histology examinations data showed that administration of the reference toxicant solution dose 840 mg/kg bw and 2150 mg/kg bw affect the liver and kidney of mice. Acute oral toxicity OECD 425 method has proved its accuracy and precision of validation criteria, thus can be used as the reference acute toxicity method for waste in Indonesia.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42763
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gugum Permana
Abstrak :
Carbon nanotubes CNT merupakan terobosan penghantar obat kanker yang mampu menuju ke dalam sel dengan meminimalisasi kerusakan jaringan normal di luar jaringan kanker. Fungsionalisasi dilakukan untuk memperbaiki dispersibilitas dan toksisitas CNT sehingga mampu memenuhi standar penghantar obat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh penambahan HCl terhadap dispersibilitas dan toksisitas akut CNT. Fungsionalisasi menggunakan campuran H2SO4 6M dan HNO3 6M dan HCl dengan variasi molaritas sebesar 6M, 8M, 10M dan 12M. CNT yang telah difungsionalisasi f-CNT dikarakterisasi dengan FTIR, Uji dispersi, dan SEM-EDS serta dilakukan pengujian toksisitas akut in vivo. Karakterisasi menunjukkan bahwa f-CNT dengan konsentrasi HCl 10 molar memiliki kandungan oksigen tertinggi sebanyak 6,84, dispersibilitas selama lebih dari 24 hari dan bersifat praktis tidak toksik setelah di uji menggunakan uji toksisitas akut selama 14 hari. ......Carbon nanotubes CNT are novel strategy for cancer drug delivery and equipped with a cell targeting agent to increase target specificity. Functionalization needed to fix the dispersibility and toxicity of CNT as a drug delivery. This study aims to obtain The Effect of Optimation Hydrochloric Acid HCl against dispersibility and toxicity. Functionalization used a mixture of 6 M HNO3 and 6 M H2SO4 and variation of HCl molarity from 6M, 8M, 10M, and 12 M. Functionalized CNT f CNT were characterized by FTIR, dispersion tests, SEM EDS and acute toxicity In vivo. The characterization resulted f CNT with HCl concentration 10M has the best oxygen percentation from functionalization for 6,84, dispersion up to 24 days and practical non toxic after using acute toxicity method for 14 days.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rasyid Setyawan
Abstrak :
Telah dibuat ekstrak jamu anti-aterosklerosis (AA) dengan bahan daun tanjung (Mimusops elengi L.), daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.), dan temulawak (Curcuma xanthorriza L.) yang merupakan tumbuhan dengan kandungan zat aktif yang bisa menurunkan faktor risiko aterosklerosis. Pembuatan ekstrak meliputi pengeringan bahan segar yang dilakukan menggunakan tray dryer pada suhu 100oC dan waktu 230 menit untuk temulawak, 60 menit untuk daun tanjung, dan 80 menit untuk daun belimbing. Simplisia kering diekstrak menggunakan pelarut air dalam waktu 45 menit yang ditandai nilai TPC dan TFC tertinggi pada variasi waktu ekstraksi, dengan nilai TPC sebesar 3,173 mg GAE/ml, dan nilai TFC terbaik pada 30 menit, dengan nilai TFC sebesar 0,635 mg QE/ml. Ekstrak cair kemudian disaring menggunakan kain saring dan dikeringkan menggunakan pengeringan beku dan dihasilkan kandungan fitokimia yaitu xanthorrhizol, alfa-curcumene, dan alfa-bergamotene tertinggi dengan area berturut-turun 11,5%, 7,66%, dan 6,33%. Hasil uji toksisitas menunjukkan nilai Lethal Dose (LD50) ekstrak jamu AA sebesar 3,321 g/kg BB mencit. Berdasarkan hasil simulasi produksi ekstrak jamu AA berkapasitas 7,024 kg/hari, didapatkan NPV sebesar 3.084.000$, IRR sebesar 38,52%, serta PBP dalam kurun waktu 1,55 tahun dengan harga produk 0,2$ per kapsul. ......Anti-atherosclerosis (AA) herbal extracts have been made using tanjung leaves (Mimusops elengi L.), sweet starfruit leaves (Averrhoa carambola L.), and temulawak (Curcuma xanthorriza L.) which are plants with active substances that can reduce atherosclerosis risk factors. The extracts included drying of fresh ingredients using a tray dryer at a temperature of 100oC and a time of 230 minutes for temulawak, 60 minutes for tanjung leaves, and 80 minutes for star fruit leaves. Dried simplicia was extracted using water in 45 minutes which was marked by the highest TPC and TFC values ​​at various extraction times, with a TPC value of 3.173 mg GAE/ml, and the best TFC value at 30 minutes, with a TFC value of 0.635 mg QE/ml. The liquid extract was then filtered using filter cloth and dried using freeze-drying and the highest phytochemical content, namely xanthorrhizol, alpha-curcumene, and alpha-bergamotene, were 11.5%, 7.66%, and 6.33% respectively. The results of the toxicity test showed that the lethal dose (LD50) of the herbal extract AA was 3.321 g/kg body weight of mice. Based on the simulation results of AA herbal extract production with a capacity of 7,024 kg/day, obtained NPV of 3,084,000$, IRR of 38.52%, and PBP for a period of 1.55 years with a product price of 0.2$ per capsule.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Rasta Waty
Abstrak :
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme ACE merupakan salah satu golongan obat antihipertensi utama dalam menurunkan tekanan darah. Metabolit sekunder golongan flavonoid telah banyak diteliti dan terbukti memiliki aktivitas penghambat ACE. Herba suruhan Peperomia pellucida L. Kunth. merupakan tanaman yang berpotensi sebagai penghambat ACE. Belum diketahui karakterisasi senyawa yang terdapat dalam herba suruhan dengan aktivitas penghambat ACE. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan aktivitas penghambat ACE yang terdapat dalam ekstrak metanol herba suruhan serta keamanan penggunaan ekstrak metanol herba suruhan. Penentuan karakterisasi senyawa dilakukan dengan metode Liquid Chromatography-Mass Spectrophotometry LC-MS dan uji aktivitas penghambat ACE secara in vitro menggunakan metode Lam, sedangkan uji keamanan ekstrak metanol dengan uji toksisitas akut. Melalui penelitian ini dihasilkan bahwa nilai IC50 ekstrak metanol herba suruhan adalah 19,356 g/mL dengan karakterisasi senyawa flavonoid dengan aktivitas penghambat ACE yang terdapat dalam ekstrak metanol herba suruhan memiliki nilai [M] m/z 329; 433; 477; 537; 591; 593; 609; dan 623. Uji toksisitas akut ekstrak metanol herba suruhan menunjukkan bahwa tidak terdapat kematian dengan LD50>4000 mg/kg BB, serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai AST dan ALT. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol herba suruhan mengandung senyawa flavonoid dengan aktivitas penghambat ACE yang tidak menimbulkan kematian dan perubahan pada organ hati hewan coba.
Inhibition of Angiotensin Converting Enzyme ACE is one of therapeutic treatment of hypertension in decreasing blood pressure. Many evident and research done for flavonoid as one of secondary metabolite that has ACE inhibitor activity. Peperomia pellucida L. Kunth. herb is one of the Indonesian potential plant as an ACE Inhibitor. It is not known characterization of the active substances with ACE inhibitor activity. Many flavonoids substances have ACE inhibitor activity. The present study was aimed at investigating the characterization of flavonoid substances with ACE inhibitor activity in Peperomia pellucida methanolic extracts. Substances characterization conducted using Liquid Chromatography Mass Spectrophotometry LC MS while in vitro ACE inhibitor test performed using Lam method and acute toxicity test for safety assessment. Peperomia pellucida methanolic extracts showed ACE inhibitor activity with IC50 value 19,356 g mL. Substances characterization analysis revealed the presence of flavonoid with M m z 329 433 477 537 591 593 609 623. Acute toxicity test analysis showed that there was no death with LD50 value more than 4000 mg kg BW. Blood analysis for aspartate aminotransferase AST and alanine aminotransferase ALT showed no significant differences between normal group and dose group in male and female mice. From this study, it is suggested that Peperomia pellucida methanolic extracts have many flavonoid substances with ACE inhibitor activity that did not cause mortality and liver function changes.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T47240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nurita Anggraini
Abstrak :
Akar tanaman Acalypha indica Linn. banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional untuk menghilangkan nyeri sendi dan menurunkan kadar asam urat dalam darah, karena itu perlu dilakukan pengujian keamanan efektivitas penggunaan akar Acalypha indica Linn. dalam pengobatan asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji toksisitas akut dan mengetahui nilai LDso serta pengaruh pemberian ekstrak air akar Acalypha indica Linn. terhadap hematologi dan histologi organ mencit. Pada penelitian ini digunakan 50 ekor mencit (25 ekor mencit betina dan 25 ekor mencit jantan). Tiap jenis kelamin dibagi di dalam 5 kelompok dengan 5 ekor mencit tiap kelompoknya. Kelompok I, II, Ill, dan IV merupakan kelompok yang diberi ekstrak air akar Acalypha indica Linn. pada hari ke-1 dengan dosis berturut-turut 39, 78, 156, dan 312 g/kg bb mencit. Kelompok V adalah kelompok kontrol yang diberi aquadest. Pada hari ke-0 dan hari ke-2 dilakukan pemeriksaan hematologi yang meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih, dan jumlah trombosit. Empat belas hari setelah pemberian ekstrak, dilakukan pemeriksaan hematologi dan pembedahan untuk pemeriksaan histologis organ (hati, ginjal, jantung, dan paru). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak akar Acalypha indica Linn. praktis tidak toksik (>15 g/kg bb). Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan tidak terjadi perbedaan yang bermakna antara kelompok I, II, Ill, dan IV dengan kelompok kontrol normal pada a = 0,05. Hasil pemeriksaan histologi menunjukkan pemberian ekstrak akar Acalypha indica Linn. tidak menyebabkan kerusakan jaringan ginjal, jantung, dan paru-paru. Namun, pada hati dapat menyebabkan peningkatan diameter vena sentralis hewan uji mencit.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia , 2005
S32440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tanaman Jintan (Plectranthus amboinicus) dikenal sebagai tanaman bangun-bangun, dikenal sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat bagi masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas ekstrak daun jintan dan mengetahui efek toksisitas akut pada tikus putih yang diinduksi arthritis. Ekstrak dari daun jintan segar disarikan dengan metode maserasi ethanol 96%, dan diencerkan dengan larutan CMC-Na. Tikus putih Wistar jantan dan betina, umur 2-3 bulan dibagi 5 kelompok: Kontrol, induksi arthritis (P1), induksi artritis dan ekstrak daun jintan dosis 19 g/kgBB (P2), induksi artritis dan ekstrak daun jintan dosis 38 g/kgBB (P3) dan kelompok obat allopurinol 2,5 mg/kgBB (P4). Seluruh kelompok tikus diinduksi arthritis menggunakan uric acid 2% dan oxonic acid 1,5% per oral selama 15 hari berturut-turut. Setelah terbentuk lesi arthritis, diberikan ekstrak daun jintan secara intra peritoneal selama 7 hari. Sampel serum darah diambil sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengukur konsentrasi monosodium urea (MSU). Uji toksisitas akut menggunakan 4 kelompok tikus putih Wistar jantan dan betina yang diberi ekstrak daun jintan mulai dosis 1900 mg/kg BB, 3800 mg/kgBB dan 5000 mg/kgBB. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun jintan secara kualitatif mempunyai kandungan senyawa Flavonoid, Saponin, Polifenol, Terpen dan Antrakuinon. Uji aktivitas ekstrak daun jintan memperlihatkan penurunan konsentrasi MSU (p<0,05) pada kelompok P2 dan P3, sedangkan pada kelompok P1, P4 dan kontrol tidak ada perbedaan (p>0,05) sebelum dan sesudah perlakuan. Uji toksisitas akut ekstrak daun jintan tidak menimbulkan kematian 50% (LD50) dan tidak menimbulkan gejala toksik, gangguan syarafi dan penurunan aktivitas pada semua kelompok perlakuan sehingga ekstrak daun jintan dapat digolongkan sebagai bahan yang ?praktis tidak toksik.
Anti Inflammation Effects and Acute Toxicity of Jintan Leaves (Plectranthus amboinicus) Extract on Arthritis Induced Rats. Jintan plant (Plectranthus amboinicus) is known as bangun-bangun plant and known as one of medicinal plants for Indonesian people. The purposes of this study were to analyze jintan leaves extract activity and to understand acute toxicity effect on arthritis induced rats. Extract were obtained from fresh jintan leaves by ethanol 96% maceration method, then diluted with CMC-Na. White rats strain wistar aged 2?3 months were divided into 5 groups: Control; treatment arthritis induced (P1), treatment arthritis induced given extract dose of 19 g/kg BW (P2); treatment arthritis induced given extract dose of 38 g/kgBW (P3) and treatment group with allopurinol dose of 2.5 mg/kg BW. Arthritis induced was done by uric acid 2% and oxonic acid 1.5% intraperitoneal for 15 days. After formed a lesion arthritis, jintan extract and allopurinol were given for 7 days. Blood serum sample were collected before and after treatment to measure Monosodium Urea (MSU) concentration. Acute toxicity test using 4 groups of Wistar rats given jintan extract starting dose of 1900 mg/kgBW, 3800 mg/kgBW and 5000 mg/kgBW. The results showed that jintan extract contain relative fraction of flavonoid, saponin, polyphenol, terpen and antraquinon. Activity test of jintan extract showed decrease concentration of MSU (p<0.05) in group P2 and P3, while in group P1, P4, and control no differences (p>0.05) before and after treatment. Acute toxicity test showed no lethal dose 50% and there were no toxic symptoms of neurological disorders and physical activity disturbance in all treatment group, so that jintan leaves extract can be classified as ?practically nontoxic? herbal plant.
Universitas Airlangga. Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>