Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Tony Poputra
Abstrak :
ABSTRAK
Perubahan orientasi dalam dunia bisnis dimana dari firm oriented menjadi customer oriented, membawa dampak terhadap strategi dan operasional perusahaan saat ini. Strategi dan operasi ditujukan untuk memaksimalkan nilai pelanggan (customer value) agar perusahaan bisa tetap eksis dan bertumbuh, dimana diantaranya diupayakan agar pelanggan hanya dibebani dengan harga beli yang sesuai dengan mutu barang dan barga beli tersebut merepresentasi harga pokok yang wajar dan perusahaan, yaitu bebas dan ketidakefisienan perusahaan.

Dalam rangka meningkatkan nilai pelanggan serta kinerja keuangan, PT. Gaya Motor telah mencoba menerapkan sistem ABC/M. Sistem tersebut dipakai perusahaan untuk kalkulasi barga pokok, peningkatan berkelanjutan, serta penghematan biaya. Untuk menjalankan sistem tersebut perusahaan menggunakan dua software, yaitu program Net Prophet yang dibuat oleh Sapling Corporation serta program Excel.

Pemanfaatan sistem ABC/M telah membantu perusahaan untuk menegosiasi kembali fee produk yang tidak sesuai dengan sumber daya yang dikonsumsinya. Negosiasi itu pula ditujukan untuk menghilangkan subsidi silang antan merek kendaraan ataupun antan variant dalam satu merek sehubungan penetapan fee yang keliru.

Walaupun informasi harga pokok yang dihasükan telah berguna untuk negosiasi ulang, namun kenyataannya informasi tersebut belum menggambarkan kondisi barga pokok yang memadai karena adanya beberapa kendala mendasar, yaltu di antaranya: pertama, budget Outlook I yang digunakan sebagai perkiraan biaya untuk menghitung harga pokok kurang valid, sebab program pembuatan budget tidak menggunakan standar melainkan berdasarkan persentase tertentu dan tahun sebelumnya dengan mempertirnbangkan perubahan volume produksi, dan kedua, estimasi data operasional

yana dikumpulkan dari lapangan sangat kasar sebab bagian operasional belum terbiasa melakukan estimasi atas kegiatannya.

Dalam upaya mengelola aktivitas, informasi ABC/M telah dapat menyajikan mengenai besarnya biaya dan aktivítas-aktivítas yang tidak menambah nilai. Informasi yang diperoleh dan perusahaan mengenal besarnya biaya dan aktivitas aktívitas tersebut selama bulan Agustus 1997 sebesar Rp 594.944.600, atau bila disetahunkan berkisar Rp 7,2 milyar yang kurang Jebih sama dengan 7% dari total biaya perusahaan. Namun untuk tujuan pengelolaan biaya, informasi yang dihasilkan masih terdapat kelemahan pula. Kelemahan ini muncul karena tim ABM belum memanfaatkan data standar operasional yang berasal departemen Engineering untuk menampilkan informasi biaya seharusnya sebagai pembanding untuk biaya aktual dari tiap aktivitas agar tercipta alat ukur bagi kinerja manajemen dalam mengelola aktivitasnya sehingga tercipta efisiensi menyeluruh bagi perusahaan.

Dalam upaya menghasilkan informasi yang berguna bagi perusahaan, tim ABC/M menghadapi beberapa kendala diantaranya adalah:

. Data yang diberikan oleh pelaksana lapangan sering terlambat.

. Kesulitan dalam merinci biaya-biaya apa saja yang terabsorpsi dcjlam suatu variant sebab informasi dan Net Prophet hanya sampai pada biaya per proses.

Timbulnya kelemahan serta kendala di atas, yaitu antara lain :

. Petugas pelaksana lapangan menganggap tugas pengumpulan data dan pelaporannya ke tim ABM bukanlah prioritasnya.

. Pengumpulan data lapangan masih dilakukan secara manual sehingga tidak memungkinkan dibuat integrasi dengan sistem ABC/M.

. Lack of commitment dan sebagian manajemen pelaksana karena menganggap informasi ABC/.M kurang bermanfaat bagi mereka.

. Belum didisainnya program untuk mengeksploitasi secara penuh informasi dari Net Prophet ke dalam program Excel sesuai kebutuhan pemakai.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franky Dewanta
Abstrak :
Menurunnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) membuat para bank yang selama ini mengandalkan pendapatannya dari sektor tersebut harus mulai mengalihkan aktiva produktifnya ke sektor lain yaitu kredit, guna mempertahankan pendapatan yang telah diperoleh. Mengalihkan ke sektor kredit bukanlah suatu langkah yang mudah karena kredit dinilai suatu bisnis yang berisiko. Untuk itu harus mempunyai suatu mekanisme yang baik dalam memproses permohonan kredit dari nasabahnya dan secara selektif kredit hanya diberikan kepada debitur yang layak guna meminimalkan resiko yang ada. Bank harus melakukan penyaringan terhadap setiap permohonan kredit dari nasabah. Sarana penyaringan calon debitur tersebut adalah, dengan menggunakan analisa kredit untuk menganalisa kemampuan dan kemauan membayar dari calon debitur dan dituangkan dalam suatu Memo Pengolahan Kredit (MPK). Biasanya proses maupun biaya yang yang dikeluarkan untuk pengolahan sebuah kredit relatif sama walaupun permohonan kredit tersebut berbeda jumlahnya (plafond). Untuk itu bank harus lebih selektif memilah permohonan yang mana yang masih boleh ditangani dan mana yang harus ditolak, agar bank memperoleh keuntungan yang maksimal. Adapun latar belakang penulisan karya akhir ini adalah ingin mendapatkan gambaran Bagaimana mengkalkulasi biaya yang ditimbulkan khususnya biaya pengolahan sebuah permohonan kredit, dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC). Dengan metode ini biaya tersebut dapat dikalkulasikan secara tepat, dengan jalan menelusuri apa yang menjadi pemicu (driver) timbulnya biaya tersebut atau dengan kata lain aktivitas-aktivitas apa yang mengakibatkan timbulnya biaya-biaya tersebut. Hasil perhitungan yang didapatkan dengan sistem ABC ini menunjukan bahwa untuk plafond yang sama besar, pelepasan kredit dengan jaminan likuid (deposito, bank notes, emas lantakan) yang selama ini sangat diminati oleh KCU "A" temyata memberikan pendapatan yang lebih kecil bila dibandingkan kredit dengan jaminan solid (tanah bangunan, ruko, mobil) yang selama ini dinilai lebih komplek proses pengolahannya. Dan tidak kalah penting lagi dengan perhitungan sistem ABC ini KCU "A" mempunyai suatu standar (benchmark) yaitu berapa besar permohonan kredit yang masih dapat diterima oleh KCU "A" agar masih tetap memperoleh keuntungan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Hambadi
Abstrak :
Karya akhir ini memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) membuktikan bahwa sistem akuntansi biaya tradisional yang digunakan pada saat ini menghasilkan informasi yang kurang akurat; dan (2) memberikan usulan penerapan dan mendemonstrasikan keunggulan ABC dalam menghitung biaya produksi. Industri pakaian jadi merupakan industri yang sarat dengan persamgan, dimana jumlah pemain dalam industri tersebut cukup banyak, dan krisis ekonomi Indonesia tahun 1997 semakin menyulitkan hidupnya industri tersebut. Dengan semakin rumitnya lingkungan usaha serta ketatnya persaingan, maka manajemen perusahaan perlu memperhatikan dengan cermat biaya produk mereka. Biaya produk yang kurang akurat akan menyebabkan distorsi harga jual produk. Perusahaan sangat membutuhkan informasi biaya produk yang akurat, sehingga dapat mengukur dengan tepat biaya produknya agar dapat mengambil keputusan dan strategi yang tepat. PT X sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri garmen sangat membutuhkan sistem manajemen biaya yang handal untuk memberikan masukan dalam pengambilan keputusan mengenai penetapan harga jual produk. Setelah mengkaji secara mendalam mengenai proses produksi, sistem manajemen biaya yang diterapkan oleh PT X, penulis berkesimpulan bahwa sistem manajemen biaya memiliki andil yang cukup besar dalam penurunan kinerja PT X. Penulis mengusulkan sistem ABC untuk memperbaiki distorsi dari informasi biaya produk dari sistem yang sudah ada. Activity-Based Costing System (ABC System) adalah sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada kegiatan kemudian pada produk. Aktivitas merupakan apa yang orang atau sistem lakukan dalam suatu organisasi. Aktivitas mengkonsumsi sumber daya untuk menghasilkan output. Sistem ABC dirancang dengan landasan pikiran bahwa produk memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya. Dalam sistem ABC, digunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu untuk menentukan berapa besar biaya yang terjadi. Hal ini penting untuk mendapatkan keakuratan biaya, dan menghilangkan distorsi dalam penentuan harga pokok produk. Dalam penerapannya, ABC kemudian berkembang menjadi ABM (Activity Based Management), suatu istilah yang lebih luas, yang mencakup tentang bagaimana mengelola biaya yang dikeluarkan perusahaan sehingga menjadi lebih efisien. Dengan demikian, konsep ABC dan ABM saling berkaitan satu sama lain. Penulis memilih PT. X yang bergerak dalam bidang manufaktur sebagai obyek penelitian. Penulis akan membandingkan sistem penghitungan biaya yang sudah diterapkan perusahaan dengan sistem Activity Based Costing dan bagaimana keunggulan dan pengaruh sistem ABC terhadap perusahaan, dalam hal ini untuk menentukan harga pokok produksi perusahaan dalam menjalankan operasinya. Analisis harga jual produk dengan sistem ABC menggambarkan bahwa harga jual yang ditetapkan oleh PT X dapat merupakan suatu kelemahan bagi PT X, dan sebaliknya. Dengan sistem ABC, produk-produk bervolume tinggi masih memiliki ruang untuk melakukan perubahan harga ke arah yang lebih menguntungkan bagi konsumen yaitu dengan menurunkan harga jual. Sedangkan bagi produk-produk bervolume rendah, PT X tampaknya harus menyesuaikan harga jual dengan cara menaikkan harga, atau bahkan menolaknya jika mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Menggunakan sistem ABC untuk keperluan penghitungan biaya produksi, dimana PT X dapat menghitung biaya produksi yang lebih relevan untuk kedua jenis produk dimana volume produksi kedua jenis produk tersebut amatlah berbeda dengan jumlah yang sangat signifikan. Dengan sistem ABC, PT X dapat mendapatkan nilai biaya produksi yang memberikan dasar argumentasi yang lebih baik. Penelitian dalam karya akhir ini menggambarkan distorsi yang ditimbulkan oleh sistem tradisional cukup signifikan, bahkan sudah memberikan "arah yang sesat" bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Penelitian menggambarkan penggunaan sistem ABC dalam penghitungan biaya produksi ini berguna dalam menentukan arah operasi perusahaan ini selanjutnya. Secara keseluruhan dari langkah-langkah yang dilakukan dalam sistem ABC menggambarkan sistem ABC merupakan sarana yang sangat baik untuk mengenal operasi dari perusahaan, tidak saj a dari segi finansial tetapi juga operasional. Sehingga gambaran operasional perusahaan akan lengkap dalam artian keputusan-keputusan yang diambil oleh perusahaan didasarkan pada data yang lebih akurat dan menyeluruh. Aplikasi sistem ABC juga mendorong perusahaan untuk mulai melakukan pencatatan data operasional yang dibutuhkan untuk perhitungan ABC, seperti data activity driver atau resources driver juga diharapkan dengan diperhatikannya data operasional ini maka akan bisa membuka kesempatan untuk manajemen untuk menganalisa operasional perusahaan dengan lebih baik, demi perbaikan di masa datang.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library